Oleh Muhasan
Apa yang salah saat hujan yang sedianya membawa berkah, namun kini mendatangkan musibah. Seperti yang terjadi di daerah Cisolok.
Banjir bandang dan longsor Cisolok Sukabumi kembali mengguncang wilayah pesisir selatan Jawa Barat. Hujan deras yang mengguyur sejak Senin (27/10/2025) menyebabkan luapan sungai di beberapa desa dan mengakibatkan lumpur tebal merendam ratusan rumah warga, fasilitas umum, hingga balai desa di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Data resmi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi mencatat sedikitnya 626 kepala keluarga (KK) dengan total 1.873 jiwa terdampak bencana banjir bandang dan tanah longsor tersebut.
Pasca banjir bandang, sejumlah sungai di Kecamatan Cisolok meluap membawa material lumpur dan batu ke kawasan pemukiman warga. Salah satu lokasi terdampak parah berada di Kampung Tugu, Desa Cikahuripan, di mana lumpur banjir bandang tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga merusak bangunan Balai Desa Cikahuripan.
Data BMKG dan BPBD Sukabumi menilai bahwa banjir bandang di Cisolok Sukabumi disebabkan kombinasi antara curah hujan ekstrem dan kondisi topografi daerah yang berbukit. Banyak daerah di Kecamatan Cisolok berada di dekat pertemuan sungai dan lembah sempit, sehingga potensi luapan air sangat tinggi.
Dan para ahli kebencanaan menilai bahwa Kerusakan hutan di daerah hulu dan sedimentasi sungai yang meningkat turut memperparah dampak bencana. Curah hujan ekstrem dan kondisi topografi daerah yang berbukit. Banyak daerah di Kecamatan Cisolok berada di dekat pertemuan sungai dan lembah sempit, sehingga potensi luapan air sangat tinggi.
Kerusakan hutan di daerah hulu dan sedimentasi sungai yang meningkat turut memperparah dampak bencana.
Berbagai upaya sudah coba digulirkan oleh para pemangku kebijakan namun ternyata bencana banjir kerap saja terjadi pada musim penghujan tiba. Hal ini membuktikan bahwa upaya yang dilakukan masih belum efektif menanggulangi bencana banjir.
Jika kita berkaca pada sejarah maka akan kita dapati bahwa pernah berdiri sebuah peradaban gemilang yang mampu mengatasi berbagai permasalahan termasuk didalamnya banjir. Peradaban gemilang ini adalah peradaban yang dimiliki umat islam ketika berada di bawah satu kepemimpinan.
Tercatat dalam sejarah bahwa pada 970 Masehi orang orang Yaman di bawah negara yang berlandaskan sistem Islam telah berhasil membangun Bendungan parada dekat madrid Spanyol hingga kini bendungan bendungan yang dibangun pada keemasan Islam masih bisa dijumpai dikota Cordoba. Bendungan ini dibangun untuk mencegah terjadinya banjir yang disebabkan karena keterbatasan daya tampung tanah terhadap curahan air.
Selain itu dalam mengatasi banjir negara yang mengedepankan syari'at islam sebagai sumber hukumnya akan memetakkan daerah daerah rendah yang rawan akan terkena genangan air dan selanjutnya membuat kebijakan melarang masyarakat membangun pemukiman diwilayah wilayah tersebut. Negara akan membangun kanal kanal baru atau resapan air, juga sumur sumur resapan agar daerah daerah dataran rendah bisa terhindar dari banjir atau genangan, tidak hanya itu negara pun akan mengeluarkan syarat syarat tentang izin pembangunan bangunan, jika pendirian bangunan di lahan pribadi atau lahan umum bisa menghantarkan bahaya maka negara berhak tidak menerbitkan izin pendirian bangunan. Negara juga akan memberi sanksi bagi siapa saja yang melanggar kebijakan tersebut tanpa pandang bulu, sesuai yang ada dalam Alqur'an dan Assunnah.
Wallahua'lam

