Gen Z Susah Cari Kerja, Ada Apa?

Goresan Pena Dakwah
0



Oleh: Nashila Mumtazah 


Beritanusaindo.my.id -OPINI -Bung Karno pernah mengatakan “Berikan aku 10 pemuda akanku guncangkan dunia”. Memang benar, eksistensi pemuda mampu memberikan pengaruh dalam sebuah negara. Entah itu pengaruh yang baik atau justru sebaliknya. 


Sebuah fakta yang menyayat hati. Ratusan ribu anak-anak muda Indonesia menganggur dan bahkan banyak yang putus asa karena tidak mendapatkan pekerjaan.


Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan kelompok ini menjadi hopeless of job. Per Februari 2024, setidaknya terdapat 369,5 ribu anak muda rentang usia 15-29 tahun yang masuk ke golongan hopeless of job. Adapun penyebabnya adalah kurangnya lapangan pekerjaan di sektor formal, pergeseran pertimbangan anak muda lama menilai budaya kerja baru, hingga ketidaksesuaiaan antara lapangan pekerjaan dan pendidikan yang diperoleh. (Tempo.co, 09-08-2024).


Di sisi lain, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sekernas) per Februari 2024, ada 3,6 Juta Gen Z usia 15-24 yang menganggur tahun ini. Itu artinya, Gen Z menyumbang 50,29 persen dari total pengangguran terbuka di Indonesia. Jika ditambah dengan mereka yang tergolong bukan angkatan kerja tetapi tidak sedang sekolah atau pelatihan (Not in Employment, Education or Training/NEET), jumlah pengangguran mencapai 9,9 juta (wartaekonomi.co, 10-08-2024). 

Baca juga:

KDRT Menjamur Akibat Sistem Kufur


Pemuda-pemuda yang usia produktif seharusnya bisa lebih produktif, tapi nyatanya tidak bisa. Sebab  tidak  ada lapangan pekerjaan yang bisa memberdayakan diri mereka dalam dunia kerja, maka tidak heran pemuda seperti ini disebut pemuda mandul. Bukankah fakta ini merupakan sebuah masalah bagi negara? 


Berbagai pendapat terkait penyebab banyaknya pemuda menganggur mulai bermunculan, diantaranya yaitu Gen Z yang tidak inovatif akan kalah saing karena pekerjaan tradisional digantikan oleh otomatisasi dan digitalisasi, Gen Z sulit beradaptasi dengan dunia kerja karena pekerjaan jarak jauh memerlukan disiplin diri dan manajemen waktu yang baik, ekonomi Gen Z tidak stabil karena pekerjaan freelance tidak menjamin stabilitas jangka panjang atau pendapatan tetap, Gen Z harus bersaing ketat karena gig  economy sangat kompetitif dan Gen Z yang baru berkarir meski banyak soft kills akan tersingkir karena struktur organisasi bisnis sering membutuhkan karyawan dengan pengalaman tinggi.


Tapi benarkah karena hal demikian? Benarkah itu menjadi sebab utama  Gen Z menganggur dan hopeless job? Ternyata tidak, sebab pendapat-pendapat tadi merupakan serangkaian masalah-masalah teknis yang terlahir dari masalah pokok. Problematika mendasar yang sebenarnya adalah negara berdiri di atas paradigma kapitalistik ekonomi liberal, sehingga outputnya negara terdistorsi dari peranan strategisnya dan abai terhadap kewajiban mengurus rakyat. 

Baca juga: 

Kebuasan zionis Tak Ada Lawan


Hal ini terbukti dengan sikap acuh tak acuh negara dalam menyelesaikan masalah pengangguran, penyediaan  jumlah lapangan pekerjaan oleh negara tidak seimbang dengan jumlah tenaga siap kerja. Sehingga tidak heran pengangguran semakin meningkat. Wajar IMF menempatkan Indonesia menjadi negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN. Sebanyak 5,2% penduduknya menganggur dan sebaruh lebihnya yakni 50,29%-nya adalah Gen Z (BPS, 2024).


Sementara itu, negara sangat menggaungkan pertumbuhan ekonomi dengan berbagai gebrakan termasuk menjadikan Gen Z kontributornya, tapi anehnya gebrakan pertumbuhan ekonomi negara ini malah diserahkan kepada korporat dengan menguasai SDA yang sudah dilegitimasi di berbagai UU termasuk UU Cipta Kerja dan UU Omnibus Law dengan dalih kerja sama. Artinya negara memberikan karpet merah kepada korporat dengan ekonomi negara meroket, tapi justru ini menjadi boomerang  bagi negara dan menjadi malapetaka bagi rakyat. 


Karena sejatinya investor tidak bisa memberikan peluang ketenagakerjaan kepada rakyat, karena tujuannya membangun perusahaan di negeri ini bukan untuk menyerap tenaga kerja melainkan untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.


Disamping itu, para investor sangat lihai membaca strategi pasar dan juga sangat pandai memainkan ekonomi industrialisasinya. Hal ini terlihat dari ketertarikan para investor yang lebih menyukai industri padat modal daripada industri padat karya, sehingga akibatnya industri padat modallah yang mendominasi. Maka tenaga kerja bukan menjadi faktor kebutuhan lagi, sehingga wajar banyak sekali  tenaga kerja yang di PHK dengan alasan efisiensi biaya produksi. 

Baca juga:

Makan Gratis "Program Tuhan", Serius?


Kelangkaan lapangan kerja dan membludaknya pengangguran adalah tragedi kegagalan negara dalam mengurusi rakyat. Padahal terciptanya lapangan pekerjaan adalah bagian dari upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat. 


Potret kehidupan seperti ini sangat berbeda dengan kehidupan Islam. Islam memberikan penyelesaian fundamental dalam mengatasi pengangguran. Islam menjadikan negara sebagai pihak sentral yang bertanggung jawab penuh dalam  menyelesaikan pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Ini berdasarkan hadist Rasulullah saw., bersabda: “Seorang Imam (kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya". (HR. Bukhari). 


Kemudian negara yang menganut ideologi Islam memiliki peran strategis diantaranya adalah menetapkan regulasi tata kelola  SDA yang menjadikan negara sebagai pengelolannya, sementara yang lain tidak berhak mengelolah bahkan memprivatisasi SDA. Pengelolaan SDA yang dilakukan oleh negara murni untuk rakyat. Jika dalam pengelolaan SDA negara membutuhkan tenaga kerja maka negara akan memberdayakan SDM rakyat dengan memberikan ruang kerja. 


Untuk bisa optimal dalam hal demikian, negara memberikan pendidikan yang berkualitas kepada rakyat dengan berbagai penyediaan kualifikasi pendidikan di berbagai bidang. Hal ini terbukti bagaimana sejarah kegemilangan peradaban Islam, begitu banyak para cendekiawan muslim yang berkompeten di berbagai bidang baik bidang astronomi, teknologi dan sebagainya. Wallahu'alam bi Ash-Shawwab. [ ry].






Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)