![]() |
| Sumber ilustrasi gambar: Wikipedia |
Sejatinya rasa Fomo atau Yolo sudah ada dalam setiap diri individu, hanya saja ada yang menyalurkan nya secara hawa nafsu semata. Hal tersebut tidak berlaku untuk seorang yang menganut ideologi Islam. Karena Islam meniscayakan perbuatan seorang hamba harus senantiasa disandarkan pada aturan Syara.
Oleh Yeyen Avrinna Skep, BSN
Pegiat literasi, aktivis dakwah
Beritanusaindo.my.id -OPINI - FOMO atau Fear of Missing Out adalah kecemasan terus-menerus Ketika tahu orang lain sedang mengalami hal yang menyenangkan dan kita tidak terlibat didalamnya. Demi meninggalkan perasaan yang tidak nyaman seperti itu biasanya manusia meninggalkan apa yang sedang dilakukan dan menghabiskan waktu lebih lama dimedia sosial demi memiliki rasa untuk bergabung di dalamnya. FOMO ini membuat kita lebih focus sama apa yang terjadi diluar sana dari pada sepenuhnya hadir dalam pengalaman di depan mata.
Dulu fomo bisa di picu dari melihat koran dihalaman depan, melihat cover majalah-majalah remaja saat itu, atau melihat album foto wisata teman saat berkunjung kerumahnya, tapi saat ini media sosial mempermudah kita untuk melihat apapun dan siapapun yang ada dalam pikiran kita sepanjang waktu dangan cara semudah itu. Orang fomo ini sangat mudah sekali termakan oleh feeds atau notifikasi teman-temannya. Pemikiran orang fomo ini bisa di analogikan dengan YOLO atau You Only Live Once Dimana konsep agama itu hilang, hidup tanpa aturan dan konsekwensi, fokus hidupnya hanya jadi diri sendiri, meski semua itu di luar batas kemampuannya, yang terpenting yaitu menikmati hidup sebebas-bebasnya karena hidup hanya satu kali.
Di lansir dari KOMPAS.com - Tingkat adopsi layanan financial technology (fintech) oleh kalangan muda, milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012), terus meningkat. Berdasarkan laporan Lokadata.id, sebanyak 78 persen masyarakat generasi milenial dan gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital.
Dari data di atas menunjukan presentase kaum FOMO atau YOLO hampir mendekati angka 80 persen dari kalangan milenial dan Gen Z. Di mana pemikiran mereka di dominasi oleh paham kebebasan (sosialisme) juga rasa eksistensi diri yang tinggi, haus akan validasi manusia lain, karena takut ketinggalan trend di kalangan khalayak ramai sejatinya hanya di landasi oleh hawa nafsu semata.
Allah menciptakan naluri /gharizah yang salah satunya adalah gharizah al Baqa’ yaitu pola reaksi manusia terhadap rangsangan untuk mempertahankan diri dan sesuatu, seperti keinginan untuk mempertahankan rasa aman, nyaman sehingga perlu mengupayakan sebuah kepemilikan tertentu misal rumah, kendaraan melalui cara kerja untuk mendapatkan harta, menjaga eksistensi diri dan sebagainya.
Islam mengajarkan dalam memenuhi naluri baqo' ini harus sesuai dengan pemahaman aqidah islam yang benar, yang tidak mendzalimi diri sendiri maupun orang lain. Islam juga mengarahkan agar dalam memperoleh harta benda dengan cara yang baik (thayyib) dan benar (halal), tidak dengan cara-cara yang haram.
Rasa FOMO bisa diganti dengan kata JOMO atau Joy of missing out, memecahkan rasa takut dengan mengajak mereka berpikir secara mendalam dan menyederhanakan sesuatu yang dapat memberikan kemudahan berpikir terhadap diri, atau dengan merasionalkan apa yang di takuti menjadi sesuatu yang realistis dan dapat diindra, sehingga individu bersuka cita menerima apa yang dijalaninya tanpa harus membandingkan pencapaian orang lain, karena naluri/gharizah baqo ini jika tidak terpenuhi tidak akan menyebabkan kematian. Rasa YOLO bisa kita ganti dengan kata YODO You Only Die Once di mana adanya konsep agama dalam setiap individu yang menjadi poros hidupnya, bertindak sesuai dengan kemampuan diri dan kemauan Pencipta-Nya. Memahami tujuan penciptaan manusia yang hakiki dengan pendalaman Aqidah Islam yang baik dan benar sesuai Al-Qur’an dan AsSunnah.
Sejatinya rasa Fomo atau Yolo sudah ada dalam setiap diri individu, hanya saja ada yang menyalurkan nya secara hawa nafsu semata. Hal tersebut tidak berlaku untuk seorang yang menganut ideologi Islam.
Di mana semua perbuatan yang akan dilakukan perlu di tinjau ulang dalam perspektif Islam. Karena islam adalah agama keselamatan, seluruh nilai dan aturan lengkap dalam islam, Syariat islam akan membuat manusia berada dalam ketenangan dan ketentraman dalam menjalani hidup. Islam itu agama yang dapat menenangkan jiwa, hati serta memuaskan akal pikiran manusia, bahkan tidak hanya untuk manusia Islam adalah Rahmat bagi seluruh alam.
Wallahualam Bishawab. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
