![]() |
| Sumber ilustrasi gambar: IDN Times |
Pendidikan adalah salah satu bidang yang penting dalam menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu rakyat. Sayangnya dalam sistem kapitalisme, negara tidak berpihak penuh pada rakyat dalam hal ini. Padahal minimnya kualitas pendidikan tentu akan berpengaruh pada output pendidikan.
Oleh: Asma Dzatin Nithaqoin
Aktivis Dakwah
Beritanusaindo.my.id - OPINI - Ketika menimba ilmu di dunia pendidikan, sarana dan prasarana yang memadai juga sangat dibutuhkan agar pembelajaran berjalan nyaman dan menyenangkan. Namun berbeda halnya dengan yang dirasakan oleh Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 60 Bandung, mereka justru langsung berpayung langit demi menimba ilmu.
Dilansir dari detik.com (27/09/2024), beredar sebuah video yang memperlihatkan sejumlah siswa berseragam SMP melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan beralaskan plastik terpal berwarna biru. Dalam video itu, tidak ada kursi ataupun meja untuk mereka belajar. Mereka bahkan sampai duduk lesehan untuk dapat mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.
Puluhan siswa terpaksa harus belajar di luar ruangan kelas alias di taman sekolah dan selesai kelas secara bergantian. Kondisi siswa belajar di luar ruangan kelas sudah berlangsung sejak tahun 2022 hingga saat ini. (metrotvnews.com 28/09/2024)
Selain itu, puluhan siswa tersebut harus menumpang di gedung SDN 192 Ciburuy, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak. Sekolah ini memiliki sembilan rombongan belajar (rombel), tetapi hanya tujuh ruang kelas yang tersedia. (infobdg.com 28/09/2024)
Baca juga: Toleransi di Indonesia Merusak Hak Agama Lain?
Miris, begitulah yang dirasakan oleh rakyat. Fasilitas pendidikan tidak sesuai dengan harapan. Padahal rakyat membutuhkan pendidikan yang mampu mencetak generasi cemerlang dengan fasilitas yang memadai serta biaya yang murah. Namun harapan tinggallah harapan, karena negara tidak mampu memberikan hal itu.
Sekolah tanpa gedung yang memadai tentu akan berefek pada output pendidikan. Apalagi sudah terjadi sejak sekolah itu berdiri yaitu pada tahun 2018, bahkan menumpang di bangunan SD Negeri, karena jumlah siswa yang banyak. Sehingga tidak semua kelas dapat tertampung dalam bangunan SD tersebut. Mirisnya lagi, hal itu terjadi di SMP Negeri, di mana negara memiliki peran besar dalam menyediakan fasilitas yang memadai, karena berada langsung di bawah tanggung jawab negara. Berbeda halnya dengan sekolah swasta, di mana pengelolaannya diserahkan kepada individu.
Baca juga: Tren Menikah di KUA Semakin Meningkat
Pendidikan adalah salah satu bidang yang penting dalam menentukan masa depan bangsa. Pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu rakyat. Sayangnya dalam sistem kapitalisme, negara tidak berpihak penuh pada rakyat Hal ini makin jelas ketika sekolah berdiri karena kebutuhan rakyat, namun negara tidak memfasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Malah sekolah-sekolah negeri yang seharusnya mendapatkan sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi, justru kalah saing dengan fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah yang dikelola oleh swasta.
Negara sibuk memperbaiki infrastruktur, namun lupa dan abai terhadap para generasi yang haus akan pendidikan. Siswa sudahlah disibukkan dengan kurikulum yang berubah-ubah, diperparah lagi oleh keadaan fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Negara memang sudah mengalokasikan anggaran pendidikan. Namun banyak hal yang membuat dana tak dapat terserap sempurna, banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah jalan seperti halnya salah kelola, bahkan juga menjadi ajang korupsi.
Begitulah keadaan negara yang mengadopsi sistem kapitalisme, di mana segala sesuatu dilakukan berdasarkan asas manfaat. Jika ada manfaat disitu maka disalurkan dana.
Baca juga: https://www.beritanusaindo.my.id/2024/10/mengkritisi-dugaan-akuisisi-bukalapak.html
Berbeda halnya pengelolaan pendidikan dalam sistem Islam. Islam menjadikan pendidikan sebagai salah satu bidang strategis untuk membangun peradaban yang maju dan mulia. Islam akan menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas untuk pendidikan. Dalam Islam tidak ada istilah SPP apalagi biaya pembangunan, sebab Islam akan menjadikan pendidikan sebagai investasi jangka panjang untuk membangun peradaban yang cemerlang. Karena dengan pendidikan yang berkualitas, maka akan melahirkan generasi yang cerdas. Umar bin Khattab memberikan fasilitas pendidikan dengan berbagai cara, salah satunya membangun pusat pendidikan di berbagai kota beserta guru-gurunya yang berkualitas.
Pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok rakyat yang wajib disediakan negara dengan anggaran yang bersifat mutlak. Negara dalam Islam adalah raa'in (pengurus) sehingga negara akan mengurusnya dengan cara terbaik sesuai tuntunan syara. Negara mampu memenuhi kebutuhan anggaran, karena syara sudah menetapkan sumber-sumber pendapatan negara sesuai dengan sistem ekonomi Islam. Sumber pendapatan negara dalam Islam yaitu dari ghanimah (harta rampasan perang), kharaj, jizyah, Fa'i (harta yang dari orang kafir tanpa peperangan), 'ushur (pajak yang dikenakan pada barang dagangan yang melintasi batas wilayah negara Islam), zakat dan sumber lainnya. Pendapatan negara akan disimpan di Baitul mal dan akan digunakan untuk kepentingan rakyat termasuk pendidikan.
Wallahu'alam. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
