Sistem Kapitalisme, Exploitasi Berkedok Magang

Admin BeritakanMyId
0

 

Ilustrasi: Pekerja Perusahaan. Sumber: iStock

Oleh : Asma Dzatin Nithaqoin (Aktivis Dakwah)

Selama di dalamnya ada keuntungan, maka kesempatan itu akan dimanfaatkan. Itulah pernyataan yang sangat tepat untuk mengungkapkan keadaan anak-anak magang yang dimanfaatkan oleh perusahaan dalam sistem kapitalisme saat ini. 

Beberapa fakta terkait eksploitasi terhadap anak-anak magang diantaranya, dilansir dari Mediatempo.com (09/10), ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Ai Maryati Solihah, mengungkapkan program Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) rentan menjadi modus eksploitasi pekerja anak.

Selain itu, dari 33 Universitas di Indonesia yang diduga menjadi korban eksploitasi kerja yang berkedok magang di Jerman, pada Oktober hingga Desember 2023 tercatat sebanyak 1.047 mahasiswa. (Kompas.com, 25/03/2024) 

Kasus trafficking dan eksploitasi yang menyasar anak di bawah umur menunjukkan kompleksitas kasus yang memprihatinkan. Hal itu terlihat dari modus baru kejahatan dari mulai trafficking dan eksploitasi seksual, anak masuk dalam jeratan prostitusi serta anak dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi; mereka dilibatkan dalam pekerjaan buruk hingga program sekolah magang palsu ke luar negeri. (kpai.go.id, 03/04/2018) 

Program magang atau PKL baik pada Pendidikan Menengah Kejuruan (SMK) atau Pendidikan Tinggi adalah program untuk menambah keterampilan dengan cara magang pada perusahaan. Adanya program ini konsekuensi dari adanya sekolah vokasi (Tingkat Menengah ataupun pada Pendidikan Tinggi yang merupakan realisasi link & match dunia pendidikan dengan dunia industri/DUDI).

Namun saat ini magang justru disalahgunakan. Baik perusahaan dalam negeri maupun luar negeri memanfaatkan anak-anak magang sebagai tenaga kerja gratis. Sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan gaji bagi anak magang. 

Ditambah lagi program-program seperti merdeka belajar, pertukaran pelajar dan lain-lain didukung penuh oleh para orang tua dengan dalih mengejar prestasi, tanpa melihat sisi gelapnya. Sehingga program-program ini rawan menjadi sarana eksploitasi pelajar/mahasiswa oleh perusahaan karena mengejar keuntungan. 

Sebab dalam Kapitalisme segala sesuatu berasaskan manfaat. Berbagai bentuk eksploitasi yang terjadi adalah beban kerja yang tinggi, jam kerja yang berlebihan, tanpa gaji, tanpa jaminan keselamatan dan kesehatan dan lain-lain. Ini semua adalah dampak dari kapitalisasi pendidikan. Kapitalisme juga mengakibatkan hubungan antara perusahaan dan sekolah sebagai hubungan saling menguntungkan, namun merugikan peserta didik.

Hal ini tentu menimbulkan keresahan bagi berbagai pihak, namun sistem hari ini tidak dapat memberikan solusi. Sistem kapitalisme, tidak mampu memberikan solusi tuntas terhadap berbagai permasalahan kehidupan. Sistem ini justru menjadi sumber masalah yang kian menumpuk bagi masyarakat saat ini. 

Hal ini sangat berbeda dengan sistem Islam (khilafah). Khilafah menyelenggarakan pendidikan untuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkepribadian Islam, unggul, agen perubahan, terampil dan berjiwa pemimpin yang akan membangun peradaban yang mulia. 

Banyak generasi terdahulu sebagai contoh bentuk kesuksesan Islam mencetak generasi cemerlang seperti, Muhammad Al-Fatih menaklukan Konstantinopel di usia 21 tahun, Usamah bin Zaid menjadi panglima perang di usia 18 tahun, Al-Khawarizmi penemu (aljabar, algoritma dan sistem penomoran), Ibnu Sina ahli kedokteran, Al-Zahrawi ahli bedah dan lain-lain.

Negara akan memfasilitasi sarana dan prasara yang dibutuhkan untuk mencetak SDM yang berkualitas dan terampil. Hal ini akan mudah diwujudkan karena negara dalam Islam memiliki sumber daya untuk membiayai semuanya, tanpa harus tergantung kepada pihak lain. Penerapan sistem ekonomi Islam akan memberi jaminan bagi pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Kalau pun ada kebutuhan bekerja sama dengan pihak lain, maka tetap akan dilihat sehingga tidak membawa kerugian bagi masyarakat.

Wallahu'alam.


_Editor: Vindy Maramis_

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)