![]() |
Tren Mokel With You di kalangan kaum muslimin tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem kapitalisme sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan.
Oleh: Nurika
Aktivis Dakwah Masyarakat
Beritakan.my.id - OPINI - Bulan Ramadan adalah bulan suci umat Islam. Bulan spesial dan bulan yang sangat dirindukan kehadirannya bagi kaum muslimin di seluruh dunia, karena pada bulan ini berbagai pahala dilipatgandakan, pintu ampunan, keberkahan, rahmat serta kasih sayang Allah terbuka lebar, pintu Surga dibuka sedangkan pintu neraka ditutup.
Sayangnya, bulan suci Ramadan yang seharusnya menjadi momen terbaik kaum muslimin untuk memaksimalkan amal ibadah dan menahan diri dari berbagai hawa nafsu, namun dikotori oleh tren yang beredar di sosmed pada kalangan pemuda yaitu tren Mokel With You. Istilah Mokel termasuk dalam bahasa gaul yang sering dipakai dikalangan remaja, Mokel sendiri berarti aktivitas membatalkan puasa dengan sengaja tanpa adanya alasan syar'i yang membolehkan seseorang untuk membatalkan puasa.
Baru-baru ini sebuah video viral menunjukkan pasangan muda makan secara sengaja pada siang hari di bulan Ramadan, video berdurasi pendek tersebut menyematkan keterangan pov:makan bareng pasangan. Tanpa malu dan ragu kemudian mereka memposting aktivitas Mokel tersebut di sosial media. Bukan tanpa sebab memang sebelumnya tren Mokel With You dikalangan generasi muda sudah mencuat, artinya video Mokel tersebut menjadi salah satu tren yang mereka anggap membanggakan. Tren "Mokel With You" ini mengajak orang-orang terutama dikalangan pemuda agar mereka sengaja membatalkan puasa dan membagikan momen tersebut serta dijadikan konten hiburan di media sosial.
Puasa Ramadan hukumnya wajib bagi kaum muslimin yang sudah baligh, mampu dan berakal, sebagaimana yang tertera dalam QS Al-Baqarah ayat 183. Oleh karena itu, aktivitas membatalkan puasa tanpa alasan syar'i atau dengan sengaja membuat hal tersebut menjadi sebuah tren hukumnya haram dan pelakunya mendapatkan dosa besar.
Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda:
عَنْ أَبي أُمَامَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ: بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ إِذْ أَتَانِى رَجُلاَنِ فَأَخَذَا بِضَبْعَىَّ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِى فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا. قُلْتُ: مَنْ هَؤُلاَءِ؟ قَالَ: هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ
Artinya: Dari Abu Umamah berkata, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda," Pada saat aku tidur, aku bermimpi didatangi dua orang malaikat membawa pundakku. Kemudian mereka membawaku, saat itu aku mendapati suatu kaum yang bergantungan tubuhnya, dari mulutnya yang pecah keluar darah. Aku bertanya: ''Siapa mereka?’ Ia menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang berbuka puasa sebelum diperbolehkan waktunya berbuka puasa." (HR An-Nasa’i)
Dampak Paham Sekularisme
Astaghfirullah hal azim. Miris dan sedih perasaan campur aduk ketika kita melihat fakta tersebut. Bulan Ramadan yang merupakan bulan sucinya kaum muslimin, justru dianggap tidak suci oleh orang muslim itu sendiri. Bagaimana bisa Negara Indonesia yang katanya mayoritas Muslim, namun tren pelanggaran hukum syara massif beredar di kalangan pemuda? Padahal ribuan dai selalu dilahirkan dari negeri ini, dai yang mengajarkan akhlak juga ada banyak sekali. Lantas kenapa tidak ada korelasinya justru aktivitas yang tidak berakhlak ini makin tahun semakin banyak, semakin tahun kebobrokan moral juga semakin naik?
Semakin jauhnya kaum muslimin dari Islam itu sendiri tidak lain adalah dampak dari sistem sekulerisme yang menjangkit negeri-negeri Muslim termasuk Indonesia. Sekulerisme adalah paham yang mewajibkan untuk memisahkan aturan agama dari kehidupan. Agama hanya boleh mengatur perkara ibadah individu saja, sedangkan dalam bermasyarakat ataupun bernegara tidak boleh diatur oleh agama. Inilah doktrin dari sekulerisme yang dilahirkan dari ideologi Kapitalisme saat ini.
Padahal kaum muslimin wajib terikat dengan hukum syara dalam setiap aktivitas kehidupan termasuk bermasyarakat ataupun bernegara. Namun, sekulerisme ini memaksa kaum muslimin hanya taat hukum syara di wilayah ibadah individu saja, sedangkan dalam sistem pergaulan sosial bermasyarakat, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kebudayaan dan sistem hukum tidak boleh taat syariat bolehnya hanya taat aturan buatan manusia.
Alhasil kaum muslimin hari ini kehilangan jati dirinya, mereka kehilangan model ketaatan Islam yang sempurna, sehingga kaum muslimin semakin sekuler mejadikan kebebasan ekspresi adalah sesuatu yang membahagiakan meskipun melanggar hukum syara termasuk tren Mokel With You tersebut. Negara sekuler saat ini menjamin kebebasan diantara adalah kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan kepemilikan dan lainnya. Akibatnya kaum muslimin akan semakin sekuler dan liberal.
Jika sistem sekuler ini dibiarkan selalu menjangkit kaum muslimin, maka bisa dipastikan kaum muslimin akan semakin jauh dari Islam. Pelanggaran hukum syara di wilayah publik akan semakin terlihat wajar, biasa saja dan bahkan bangga ketika melanggar syariat Islam karena mereka menganggap ini merupakan bagian dari kebebasan berpendapat.
*Islam Menjaga Akidah Umat*
Hal ini tentu berbeda ketika sistem Islam diterapkan secara Kaffah (menyeluruh) dalam bingkai Negara Khilafah. Negara akan menjaga akidah umat Islam termasuk saat berpuasa di bulan Ramadan. Ada 3 hal yang akan dilakukan oleh Negara Islam dalam mengatasi kerusakan umat muslim saat ini.
Pertama, adalah ketakwaan individu. Negara Islam (Khilafah) akan membentuk individu masyarakat yang beriman dan bertakwa mulai sejak dini. Sistem Pendidikan yang diterapkan Islam merupakan sistem pendidikan yang berbasis akidah. Anak-anak akan memahami tujuan hidup mereka diciptakan, untuk apa mereka hidup, siapa yang telah menciptakan mereka dan setelah meninggal mereka akan kemana.
Di satu sisi negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan, keamanan, pendidikan dan kesehatan warga negaranya agar sangat terjangkau bahkan diberikan ke masyarakat secara cuma-cuma. Jadi orang tua akan fokus mendidik anaknya dengan baik karena kesejahteraan telah dijamin oleh negara. Sehingga ada korelasi yang baik antara pendidikan dari pihak Sekolah dengan orang tua di rumah, terbentuklah para generasi muda yang bertakwa, cinta dan benci karena Allah. Terwujudlah para generasi yang akan senantiasa taat terhadap aturan Islam dan takut untuk melanggar syariat Islam dimanapun mereka berada.
Kedua, kontrol masyarakat. Ketika masyarakat dalam sistem sekuler saat ini hanya memandang standar baik dan buruk itu dilihat dari aspek kemanfaatan saja. Maka hal ini jauh bertolak belakang dengan konsep Islam. Masyarakat dalam Islam akan memahami standar baik dan buruk adalah halal dan haram. Sehingga ketika terjadi pelanggaran syariat ditengah-tengah Masyarakat aktivitas amal ma'ruf nahi mungkar akan berfungsi secara optimal. Termasuk menasehati para generasi muda yang melakukan Mokel dibulan Ramadan. Sehingga kontrol masyarakat ini sangat membantu guna membentuk individu yang bertakwa ditengah-tengah masyarakat.
Ketiga, negara yang menerapkan Syariat Islam secara menyeluruh. Negara yang menerapkan syariat Islam akan menjamin terlaksananya hukum syara di tengah-tengah umat, juga akan menjamin terbentuknya ketakwaan individu dan kontrol masyarakat. Disisi lain Negara akan memberikan sanksi yang tegas kepada para pelaku pelanggaran hukum syara seperti aktivitas Mokel dibulan Ramadan atau pelanggaran syariat Islam lainnya. Sehingga pelanggaran hukum syara tidak akan kembali terjadi apalagi menjadi sebuah tren.
Ketiga faktor inilah yang akan dilakukan Islam dalam mengatasi berbagai permasalahan umat hari ini. Sudah saatnya kaum muslimin mencampakan sistem sekuler-kapitalis dan kembali pada sistem Islam. Berbagai kerusakan akhlak masyarakat yang terjadi saat ini tidak lain karena dicampakkannya aturan Islam. Sudah saatnya kaum muslimin kembali kepada fitrahnya yaitu menerapkan syariat Islam secara Kaffah dalam kehidupan.
Wallohu'alam bish-shawab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.