Ilustrasi banjir ( pinterest)
Oleh: Wiratmi Anitasari, S.Pd
Beritakan Kebenaran.my.id, Opini--Banjir besar kembali terjadi di berbagai wilayah Indonesia, tidak terkecuali daerah-daerah yang sudah menjadi langganan banjir, makin parah dampaknya pada banjir awal Ramadan ini. Banjir yang menggenangi wilayah Jabodetabek disinyalir dampak banjir bandang di daerah Puncak karena lahan hutan sudah gundul dan beralih fungsi menjadi area bisnis.
Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi Golkar menyatakan bahwa pemicu terjadinya banjir yang terjadi di Jabodetabek dikarenakan pembukaan hutan seluas 20 hektare menjadi lahan budidaya pangan, penambangan dan banyak galian sehingga saat terjadi hujan deras air tidak dapat terserap dengan baik (tirto.id, 6-3-2025).
Banjir yang terjadi baru-baru ini tergolong paling parah dalam beberapa tahun ini dan menyebabkan berbagai kerusakan fasilitas di berbagai sektor. Salah satunya fasilitas pendidikan berupa gedung sekolah di wilayah Bekasi. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengatakan ada 114 gedung sekolah SD, SMP, SLB, SMK dan SMA mengalami kerusakan (beritasatu.com, 6-3-2025).
Faktor Penyebab Banjir
Banjir bagi masyarakat di negeri ini bagaikan tamu yang datang rutin setiap musim penghujan tiba, terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Sebagian besar masyarakat bertahan tinggal di bantaran sungai karena tidak ada pilihan lain untuk pindah ke tempat yang lebih layak karena perlu biaya yang tidak sedikit.
Baca juga:
Relokasi Bukan Solusi Hakiki Warga Gaza
Berulangnya banjir seharusnya penjadi prioritas utama bagi penguasa dalam menentukan kebijakan penanggulangan dan antisipasi banjir. Upaya-upaya yang selama ini dilakukan pun belum menyelesaikan persoalan banjir secara tuntas, kalau pun dilakukan beberapa aktifitas yang bertujuan penanggulangan banjir masih sekadar meredam kekecewaan masyarakat sesaat.
Penyebab banjir besar yang melanda Jabodetabek disebabkan banyak faktor, diantaranya curah hujan yang sangat tinggi, sungai yang semakin menyempit, pendangkalan, pembangunan pabrik dan berbagai fasilitas serta berkurangnya area resapan air akibat alihfungsi tata guna lahan di hulu sungai.
Kawasan Puncak di Bogor yang identik dengan suasana pegunungan dengan hutan lebat dan sebagai kawasan penahan banjir bagi daerah-daerah di bagian hilir nampaknya sudah jauh berubah. Kawasan Puncak sudah menjadi layaknya perkotaan dengan bangunan-bangunan rumah, hotel, villa, tempat rekreasi dan berbagai sarana lainnya yang dibangun di atas lahan yang seharusnya menjadi lahan resapan air. Menurut para ahli, hal inilah yang menjadikan banjir bandang di kawasan Puncak dan berimbas banjir Jabodetabek.
Kebijakan Sistem Kapitalis
Saat ini sistem yang diterapkan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sistem sekular Kapitalisme, dimana aturan yang dibuat tidak melibatkan agama dan Allah sebagai pencipta alam semesta.
Kebijakan pembangunan saat ini hanya berasas manfaat semata tanpa dikaji dan dianalisis mendalam dampak jangka panjang yang ditimbulkannya. Bahkan kawasan Puncak saat ini sudah mengalami kerusakan hutan yang serius dan areanya semakin berkurang akibat pembangunan oleh para pengusaha.
Baca juga:
Peringatan Nuzulul Quran dan Momentum Kebangkitan Umat
Semakin masifnya pembangunan untuk berbagai fasilitas kesenangan di kawasan Puncak mengisyaratkan mudahnya perizinan oleh yang berwenang dengan dalih pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatkan pendapatan daerah setempat. Jelas terlihat penguasa lebih memihak kepada para pemilik modal daripada kepentingan masyarakat banyak.
Sistem Kapitalis yang berorientasi pada keuntungan hanya akan melahirkan penguasa-penguasa yang abai dan hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya untuk memperkaya diri. Jabatan yang semestinya menjadi amanah justru dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dengan kebijakannya yang tidak berpihak pada rakyat.
Islam Solusi Tuntas
Penanganan banjir sistem Kapitalis tidak menyentuh akar permasalahan sehingga tidak tuntas dalam memberi solusi, sehingga musibah yang sama selalu berulang. Sangat jauh berbeda penanganannya dalam penerapan sistem Islam dalam pengaturan berbangsa dan bernegara.
Islam menempatkan seorang pemimpin adalah raa’in (pengurus rakyat), dari Ibnu Umar , Rasulullah Saw. bersabda, “ Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya".
Seorang pemimpin dalam Islam dengan dasar keimanan dan ketaatannya kepada Allah SWT dalam menentukan aturan kebijakannya selalu berorientasi kepada kepentingan rakyat tanpa membuat kerusakan di muka bumi. Sebagaimana Allah berfirman yang artinya, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik." (TQS Al-A'raf :56).
Banjir saat ini lebih banyak disebabkan faktor salah kelola tata ruang karena tergiur keuntungan bisnis semata. Musibah banjir dalam sistem Islam akan dicegah dengan antisipasi dalam tata kota dan lahan dengan melibatkan para ahli di bidangnya serta penerapan aturan dan kebijakan tegas untuk melestarikan lingkungan serta larangan daerah resapan air dialihfungsikan.
Upaya-upaya pencegahan lain tidak luput dilakukan sistem pemerintahan Islam dengan mengoptimalkan fungsi bendungan, sungai, saluran air dengan pengawasan dan kontrol oleh para petugas yang bekerja dengan amanah, sehingga sewaktu-waktu bahaya mengancam dapat segera diantisipasi. Rakyat juga diberikan pengetahuan bagaimana menjaga lingkungan dan diberikan keterampilan dalam menghadapi bencana banjir.
Baca juga:
Dibalik Kebahagiaan Lebaran Palestina Masih Dalam Penderitaan
Penerapan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan akan menyejahterakan rakyatnya dengan dimudahkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya sehingga tidak ada rakyat yang harus hidup di bantaran sungai yang membahayakan jiwanya. Bersamaan dengan berjalannya penerapan sistem ekonomi Islam maka tidak ada eksploitasi lahan untuk kepentingan individua tau kelompok.
Hanya dengan penerapan sistem Islam kafah, musibah banjir dapat dicegah dan di atasi secara tuntas. Penerapannya hanya dapat dilakukan dalam kenijakan negara yaitu Daulah Islamiyah yang sudah nyata terbukti Berjaya mensejahterakan rakyatnya lebih dari 13 abad. Wallahualam bissawab. [ry].