Miris! Generasi menjadi Pelaku Kekerasan

Lulu nugroho
0

Ilustrasi Pinterest
Fathimah A. S.
(Aktivis Dakwah Kampus)



Beritakan.my.id, Opini_ Miris. Sebuah video viral di media sosial menampilkan aksi kekerasan terhadap seorang pelajar berseragam Pramuka di SMK Negeri 2 Pangkep, Sulawesi Selatan. Korban dihujani pukulan oleh pelaku, pasalnya karena tak sengaja senggolan bahu (beritasatu.com, 4/8/2025).

Tak hanya itu. Sebanyak 54 pelajar diamankan polisi karena diduga hendak tawuran di wilayah Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (9/8/2025) dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Saat diperiksa, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa enam cerulit, satu bom molotov, dan 25 sepeda motor (megapolitan.kompas.com, 9/8/2025).

Di Jakarta Utara, Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan menangkap lima remaja berstatus pelajar yang terlibat aksi pembegalan terhadap seorang sopir truk ekspedisi di lampu merah Jalan Gedong Panjang. Para pelaku tidak hanya merampas barang korban, tetapi juga melakukan kekerasan fisik terhadap korban yang diketahui telah lanjut usia (beritasatu.com, 8/8/2025).

Lemahnya Kepribadian Generasi 

Demikianlah potret lemahnya kepribadian generasi. Mereka tidak paham jati dirinya dan tidak paham tujuan hidupnya di dunia. Akibatnya, generasi hari ini kebingungan untuk mengisi masa remajanya. Awal ajaran baru, yang seharusnya diisi dengan aktivitas menyusun target-target baru dan serius memahami pelajaran, malah digunakan untuk aktivitas yang sia-sia dan mengejar eksistensi diri yang salah, seperti tawuran dan kekerasan. 

Kekerasan memang kerap kali dianggap sebagai ajang memamerkan eksistensi diri. Mereka saling adu jotos sehingga bisa dianggap paling kuat dan keren. Menyakiti diri sendiri dan orang lain dianggap tidak masalah, asalkan mereka mendapat kepuasan duniawi, yaitu rasa bangga ketika dipandang hebat.

Demikianlah cara pandang hidup sekulerisme-kapitalisme dalam mempengaruhi mindset generasi. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini berhasil mencetak generasi yang sibuk mengejar eksistensi duniawi, namun abai dengan kehidupan akhiratnya. Generasi menjadi serba bebas dan tak peduli dengan aturan agama.

Sistem pendidikan sekuler adalah pihak yang mengambil peran besar dalam mencetak generasi-generasi yang kepribadiannya lemah. Hari ini, pelajaran agama hanya diberikan dengan porsi kecil, itupun hanya terkait ibadah ritual. Sementara aturan Islam dalam kehidupan sehari-hari tidak diajarkan. Sehingga, generasi tumbuh tanpa memahami jati dirinya dan justru bersikap sekuler. Selain itu, adanya media yang tak terkontrol juga menjadikan generasi haus akan atensi. Mereka sibuk memamerkan aktivitasnya di media sosial, tak peduli benar dan salah.

Islam Mencetak Generasi Berkepribadian Islam

Tentu berbeda jauh dengan cara Islam mendidik generasi. Dalam Islam, generasi adalah aset bangsa yang harus dijaga, sehingga Negara akan serius menerapkan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi berkualitas dan berkepribadian islam. 

Pendidikan islam tegak atas dasar akidah Islam. Dengan begitu, seluruh generasi akan memahami jati dirinya sebagai hamba, yang kelak amalnya akan dipertanggungjawabkan. Mereka juga memahami bahwa tujuan hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah, sehingga akan berlomba-lomba dalam beramal dan tidak sibuk dengan aktivitas yang sia-sia. Generasi akan mengisi waktunya dengan aktivitas-aktivitas berpahala, seperti menuntut ilmu, berdakwah, dan menghasilkan karya terbaik untuk peradaban Islam. Eksistensi dirinya akan diaktualisasikan dengan pemahaman yang benar, yaitu dengan selalu berada dalam ketaatan.

Selain pendidikan, Negara yang menerapkan Islam, seperti Khilafah, juga akan mengelola media agar tetap dalam koridor syariat. Sebab, tontonan akan mempengaruhi pikiran dan tingkah laku bagi penontonnya. Tayangan-tayangan merusak dan sampah seperti film sadis dan kekerasan tidak diperbolehkan ada. Melainkan, media akan digunakan sebagai sarana dakwah dan edukasi. 

Untuk menjaga mindset generasi, tentu tidak cukup dari segi peran negara saja. Tetapi butuh peran keluarga dan masyarakat. Keluarga sebagai elemen terdekat bagi anak, akan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang dan berdasarkan akidah islam, dengan begitu mereka sudah memiliki basis agama yang tangguh. Masyarakat juga menjaga generasi dengan melakukan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Mereka tidak akan membiarkan kemaksiatan merajalela. Aktivitas yang terlihat dalam masyarakat adalah saling menasehati dalam ketaatan.

Inilah rahasia kehebatan peradaban Islam yang dahulu pernah berjaya selama 13 abad. Ketika aturan Islam yang bersumber dari Sang Pencipta ditaati, maka kebaikan akan dapat kita rasakan. Sayangnya, peradaban islam yang menjadi pilar pelindung generasi tersebut kini telah diruntuhkan. Meski begitu, sebagai seorang muslim, jangan sampai kita meragukan janji Allah akan hadir kembalinya peradaban mulia tersebut. Marilah kita menjadi bagian dari orang-orang yang memperjuangkan agama Allah, yaitu mengisi waktu kita dengan aktivitas mengkaji Islam kaffah dan mendakwahkannya ke tengah-tengah masyarakat.

Wallahu A'lam Bi Shawwab
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)