Penulis: Inayah |Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah
Beritakan.my.id - OPINI- Kasus Makan Siang Gratis (MBG), sampai saat ini masih bermunculan, baik terkait keracunan maupun nasinya yang sudah basi. Seperti terjadi di Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Masyarakat di hebohkan dengan MBG sudah basi dibagikan kepada Balita melalui posyandu. Menurut informasi yang berhasil dihimpun, pada Jumat pagi 19 September 2025, sejumlah orangtua membawa balitanya ke Posyandu Kampung Cipadati, Desa Cinunuk. Mereka lantas menerima paket MBG yang diantar kader posyandu. Saat paket tersebut dibuka, sejumlah orangtua mendadak riuh lantaran makanan gratis yang dibagikan mengeluarkan aroma asam pertanda basi. Salah satu oarngtua menyebutkan, isi paket MBG tersebut antara lain sayuran jenis kol dan wortel, kemudian orek tempe dan bakso, bumbu kacang untuk lontong dan minuman susu kemasan ukuran kecil.
‘’Ternyata paket makanannya sudah basi dan mengeluarkan bau asam, anehnya kader posyandu sepertinya sudah tahu makanannya basi, bukannya dikembalikan ke pengirim malah langsung dibagikan ke masyarakat" ujar seorang ibu. Dan saat wartawan menanyakan hal itu, para kader tidak memberikan tanggapannya. Kemudian wartawan mendatangi dapur MBG yang ada di sekitar Cinunuk seperti dapur Sukahati, namun menampik bahwa paket tersebut bukan dari dapurnya, dan saat di konfirmasi ke Desa Cinunuk, paket MBG itu berasal dari dapur yang ada di Kampung Pandanwangi. Dikutip dari (patrolciber.com 19 sept 2025)
Masalah dari program MBG selain terjadi pada kasus di atas, juga telah terjadi pada beberapa sekolah di Jawa Barat. Banyak orangtua yang tidak ingin putra putrinya turut makan MBG, karena khawatir keracunan. Meskipun sudah banyak kasus, namun pemerintah seolah tutup mata dan telinga demi merealisasikan apa yang menjadi janjinya pada saat kampanye. Program tersebut disiapkan hingga tahun 2026 dengan alokasi dana yang fantastis. Karena program MBG pemerintah menyiapkan penambahan SDM seperti, ahli gizi, peneliti, akuntan, dan lain-lain. Bisa dibayangkan besarnya dana yang harus disiapkan.
Demikian pengaturan di bawah sistem kapitalisme sekuler. Kebijakan populis berparadigma bisnis. Bagaimana tidak? Dari alokasi dana untuk per anak 15rb maka akan dikurangi untuk biaya operasional atau SDMnya yang terealisasi mungkin bisa separonya. Bahkan para pejabat juga memilki dapur-dapur MBG, meski tidak menggangu waktu kerjanya, dari sini terlihat bahwa MBG ini adalah program yang menguntungkan segelintir orang, sementara pemerintah tidak melakukan evaluasi terkait banyak kasus keracunan dan makanan yang basi.
Berbeda dengan pengaturan Islam, sebagai aturan yang berasal dari Allah SWT memiliki solusi yang tepat dan sahih ( benar) dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan, termasuk masalah MBG ini. Negara dalam sistem Islam adalah sebagai periayah atau pengurus rakyatnya, maka dalam menerapkan kebijakan akan memberikan edukasi pada individu rakyat tentang standar makanan yang halalan dan thayyiban (lihat TQS Al-baqarah :168). Sehingga semua warga negara dipastikan mampu memenuhi kebutuhan pangan dengan standar gizi dan kebersihan atau higienitas yang jelas serta mengawasi tidak terjadi kecurangan yang mungkin terjadi di masyarakat.
Mekanisme Islam dalam memenuhi gizi rakyat di antaranya yatu pertama, terjaminnya kebutuhan primer per individu secara layak. Syariah Islam memerintahkan setiap kepala keluarga untuk bekerja (lihat TQS Al-mulk ;15). Jika kepala keluarga tidak mampu bekerja, maka kerabatnya yang membantu, jika kerabatnya juga tidak mampu , maka beralih pada negara dengan memberikan santunan atau bantuan bagi rakyatnya.
Kedua, Negara wajib membuka lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, dengan tersedianya lapangan pekerjaan bagi orangtua, maka setiap keluarga akan mampu menyediakan makanan yang bergizi dan terjamin kebersihannya. Ketiga, politik APBN Syariah membuat negara mampu memberikan bantuan yang layak dan memadai bagi rakyat yang tidak mampu. Keempat, sistem politik Islam tidak akan melahirkan penguasa populis ”penguasa” sebab dalam sistem Islam tidak mementingkan pencitraan, melainkan nasib umat, seluruh kebijakannya mampu menuntaskan persoalan termasuk pemenuhan gizi umat secara keseluruhan.
Jadi, jaminan ketersediaan pangan bergizi bagi seluruh rakyat benar-benar terwujud, bukan hanya di pagi atau siang hari saja akan tetapi di setiap waktu makan, bukan hanya untuk anak-anak dan balita saja akan tetapi untuk seluruh warga negaranya. Oleh karena itu suatu keharusan mengembalikan kehidupan saat ini menuju kehidupan yang berdasarkan syariah Islam dalam naungan khilafah Islam.
Wallahu a’lam bi ashshawab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
