Negara Harus Menjamin Makanan Halal Dan Thayyib

Admin BeritakanMyId
0

Ilustrasi: Makanan Sehat.
Sumber : iStock.

Oleh : Rika Lestari Sinaga, Amd.

Pemberitaan mengenai banyaknya anak-anak yang melakukan cuci darah di RSCM menjadi viral di media sosial. Tampak video yang merekam aktivitas pasien anak-anak yang mengantri berobat di Rumah Sakit tersebut. Konsultan nefrologi anak di RSCM, dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) meluruskan isu viral banyak anak-anak menjalani cuci darah di RSCM. Dia menegaskan, meski memang ada anak yang menjalani hemodialisis di RSCM, kasus gagal ginjal tidak mengalami lonjakan.

Walaupun terlihat banyak anak-anak yang terlihat melakukan cuci darah di RSCM, namun para pasien bukan hanya berasal dari Jakarta saja, tetapi juga luar pulau Jawa. Karena RSCM merupakan rumah sakit rujukan nasional yang memiliki layanan khusus cuci darah untuk anak. Tercatat ada 60 anak yang menjalani terapi pengganti ginjal di RSCM. Sebanyak 30 diantaranya menjalani hemodialisis rutin sementara lainnya datang sebulan sekali.

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso juga menegaskan hal yang sama yaitu tidak ada laporan peningkatan kasus gagal ginjal pada anak. Namun perlu diperhatikan oleh kita bahwa ada banyak penyebab seorang anak harus menjalani cuci darah. Termasuk gaya hidup tidak sehat.

Gaya hidup tidak sehat yang digandrungi masyarakat luas saat ini tak lepas dari peran Negara. Gaya hidup tak sehat mengakibatkan banyak hal buruk yang terjadi pada masyarakat. Penataan gaya hidup masyarakat ini haruslah menjadi perhatian penuh oleh negara. Sebab, sudah menjadi tanggungjawab negara atas keselamatan, kesejahteraan seluruh masyarakat yang ada. Negara wajib meregulasi hal-hal yang terdeteksi berbahaya bagi rakyatnya. Termasuk hal pangan yang akan dikonsumsi khalayak banyak.

Keseriusan negara untuk menyediakan makanan halal dan thoyyib (baik) harus dikedepankan. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap kondisi generasi penerus bangsa. Apabila negara abai akan makanan ataupun minuman yang dikonsumsi masyarakat akan mampu merusak kesehatan mereka. Namun, kenyataan hidup di dalam Negara yang menjalankan sistem kapitalis membuat rakyat harus berperan sendiri untuk menjaga keluarganya dari hal-hal yang merusak. Negara kapitalis memiliki pola hidup yang tidak memikirkan sebab akibat dalam segala hal. Selama ada manfaat dan menghasilkan uang, baik atau buruk bukanlah persoalan.

Beginilah nasib rakyat yang hidup dalam sistem kapitalis, makanan dan minuman yang disinyalir mengandung zat-zat kimia yang berbahaya justru sangat banyak beredar di tengah masyarakat. Masyarakat yang awam tanpa ilmu dan minim informasi menjadi sasaran empuk bagi para produsen makanan tersebut. Seharusnya Negara melalui lembaga BPOM lebih serius dan teliti lagi saat memberikan sertifikat dan pengesahan bagi obat ataupun makanan yang akan beredar di masyarakat. Komposisi bahan-bahan haruslah yang tidak mengakibatkan efek samping jika di konsumsi secara terus menerus. Pemilihan bahan atau komposisi suatu produk makanan ataupun obatan, harus memakai standar halal dan baik jika dikonsumsi. Karena apa yang dikonsumsi oleh masyarakat akan berdampak pada kesehatan mereka juga.

Negara harus berani dan tegas mengambil langkah untuk menolak makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya di edarkan di masyarakat. Walaupun produsen makanan tersebut adalah perusahaan besar dan ternama. Negara harus menjadi garda terdepan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan rakyatnya. Bukan justru berbisnis dengan rakyatnya.

Beredarnya isu viral yang mengenai maraknya cuci darah pada anak harusnya menjadi alarm bagi pemerintah. Agar pemerintah jangan mengabaikan sedikitpun keluhan masyarakat atas banyaknya makanan minuman yang berbahaya beredar di tengah masyarakat. 

Hanya negara yang mampu menghentikan produksi makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya tersebut. Sehingga orangtua dan anak-anak hanya mengkonsumsi makanan serta minuman yang baik untuk tubuh mereka. 

 Wallahu’alam bishshowwab.


_Editor : Vindy Maramis_

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)