![]() |
Sumber: iStock |
Oleh : Yulia Fahira
"Kasih Ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah" adalah ungkapan yang menggambarkan naluri seorang ibu yang akan selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada sang buah hati tanpa henti. Namun sayangnya ungkapan tersebut tampaknya sudah mulai terkikis karena banyaknya fenomena ibu yang tega menyakiti anaknya demi materi dengan alasan terhimpit ekonomi.
Seperti yang baru-baru ini terjadi, nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Dilansir dari laman Kumparan.com (1/9) - Dia dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E.
"Pelaku yang merupakan Kepala Sekolah Dasar, diamankan anggota Resmob Polres Sumenep pada hari Kamis tanggal 29 Agustus 2024 sekitar pukul 15.00 WIB, di Rumahnya, Desa Kalianget Timur," kata Widiarti, Jum'at (30/8).
Diketahui alasan sang Ibu tega menjual anaknya tersebut dengan dalih melakukan ritual penyucian diri dan ingin mendapatkan motor vespa matic.
Sungguh hal ini merupakan tindakan yang sangat memalukan dan menyalahi naluri seorang ibu. Ibu harusnya menjadi rumah bagi keluarganya dan menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi anak-anaknya. Ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya, pengatur dan pengurus rumah tangga bagi keluarganya.
Sayangnya, saat ini peran seorang ibu kian hilang terkikis dengan kenyataan, bukannya menjadi pendidik pertama dan utama, justru tak sedikit ibu yang melakukan kekejian yang luar biasa terhadap anaknya.
Ini menunjukkan naluri kasih sayang yang melekat pada ibu mulai hilang. Hal ini juga menambah panjang deretan potret buram rusaknya peran ibu dalam masyakarat.
Kerusakan dan kegagalan ini tentu tak luput dari peran sebuah sistem. Hal ini disebabkan penerapan sistem kapitalisme yang melahirkan paham pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme), alhasil halal dan haram tidak lagi dijadikan standar dalam perbuatan manusia, segala perbuatan manusia hanya diukur dengan tolak ukur manfaat sehingga dapat menghalalkan segala cara demi meraih tujuannya yaitu materi semata.
Tak hanya itu, kapitalisme juga membuat negara kehilangan perannya sebagai qowwam (pemimpin) dan junnah (perisai) bagi umatnya. Penguasa dalam sistem ini cenderung lebih condong kepada para pemilik modal dan korporat yang tentu hal itu membuat rakyat semakin kesulitan secara ekonomi, disertai dengan semakin sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia, membuat masyarakat kian terhimpit dan membuat para ibu harus ikut bekerja demi membantu ekonomi keluarga.
Tentu hal ini akan sangat berdampak pada perannya dalam keluarga bahkan mengakibatkan matinya naluri keibuannya.
Keadaan demikian tentu tak akan terjadi apabila Islam di terapkan secara kaffah di dalam masyarakat dan negara. Islam bukan hanya sekedar agama ritual semata, namun Islam adalah sebuah ideologi yang mampu menjadikan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya. Negara di dalam Islam memiliki peran sebagai raa'inn (pengurus) rakyat seperti hadist Rasulullah:
"Imam atau Khalifah adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Dengan demikian negara akan senantiasa berusaha mewujudkan kesejahteraan pada rakyatnya dengan di terapkannya sistem ekonomi Islam dan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi para lelaki sehingga mereka dapat memberikan nafkah yang cukup pada keluarganya.
Sistem ekonomi di dalam Islam akan mengelola sumber daya alam (SDA) secara benar sesuai syariat Islam sehingga tidak akan menimbulkan ketimpangan, terkontrolnya harga pangan, tersedianya layanan kesehatan secara gratis dan lain-lain.
Disisi lain sistem pendidikan di dalam Islam juga memiliki tujuan yang jelas dan unik bukan hanya sekedar melahirkan generasi yang cerdas dalam ilmu terapan tapi juga memiliki ketakwaan individu dan kepribadian Islam.
Negara juga akan memberikan hak pendidikan kepada setiap rakyatnya tanpa beban iuran yang tinggi (gratis/murah). Dari sini masyarakat pun akan bangkit pemikirannya dan akan terbentuk masyarakat yang Islami, peran ibu pun otomatis akan kembali pada fitrahnya sebagai madrasatul ula tanpa ada beban lain yang ditanggung.
Wallahu'alam bishawab.
_Editor : Vindy Maramis_