Kejahatan Anak Marak, Akibat Sistem Rusak

Admin Beritanusaindo
0

 

Sumber ilustrasi gambar: Jawa pos 

Penyebab utama dari maraknya remaja terlibat tindak kejahatan adalah penerapan sistem kapitalisme sekuler, yang mengemban paham pemisahan agama dari kehidupan. 




Oleh Reni Rosmawati 

Admin Beritanusaindo dan Pegiat Literasi Islam Kafah 




Beritanusaindo.my.id - OPINI -Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah kiranya yang menimpa AA (13), siswi SMP di Palembang. Ia diperkosa usai dibunuh oleh pacar dan 3 orang rekannya. Kejadian bermula saat AA diajak bertemu oleh kekasihnya IS (16) di acara pertunjukan kuda kepang di Kelurahan Pipa Reja, Kecamatan Kemuning, Palembang. IS kemudian mengajak AA ke lokasi TPU dekat krematorium. 


Di sana sudah ada 3 kawan IS yang menunggu yakni MZ (13), MS (12), dan AS (12). IS kemudian mengajak AA berhubungan intim, namun karena menolak maka AA dibekap hingga lemas dan tewas, lalu disetubuhi secara bergilir. Berdasarkan keterangan kepolisian setempat, motif dari aksi biadab tersebut karena para pelaku ingin menyalurkan hasrat seksual setelah menonton film porno. (Detik news, 7/9/2024)


Kasus serupa terjadi di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Gadis penjual gorengan berusia 18 tahun berinisial NKS ditemukan tewas terkubur sedalam 40 cm dalam keadaan tangan terikat dan tanpa busana. Diduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Hingga kini pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut. (Sindonews.com, 11/9/2024)


Baca jugaTersandera Swastanisasi, Air Tak Lagi Mengalir


Potret Rusaknya Moral Generasi 


Fakta di atas mencerminkan betapa kerusakan moral generasi di Indonesia sudah berada di level akut. Tentu, ini sangat berbahaya, dapat mengancam peradaban generasi. Tersebab itu, merupakan PR bagi kita bersama untuk menyelesaikannya. 


Adapun pemerintah sendiri, memang tengah berupaya untuk menyelesaikan maraknya kasus kriminalitas yang melibatkan anak remaja/pelajar, salah satunya melakukan pembinaan hukum dan Pancasila kepada siswa-siswi di sekolah-sekolah oleh BPHN (Badan Pembinaan Hukum dan HAM). Namun nyatanya hal tersebut tidak mampu menyelesaikan persoalan, tindak kejahatan yang dilakukan anak remaja masih masif terjadi. Ini menandakan solusi tersebut belum menyentuh akar penyebab utamanya. 


Penyebab utama dari maraknya remaja terlibat tindak kejahatan adalah penerapan sistem kapitalisme sekuler, yang mengemban paham pemisahan agama dari kehidupan. Alhasil, ketika sistem ini diadopsi oleh sebuah negara, maka konsekuensinya kehidupan masyarakat di dalamnya menjadi liberal karena jauh dari pemahaman agama yang merupakan rambu-rambu dalam melakukan setiap perbuatan. 


Baca juga: Privatisasi Air Niscaya dalam Sistem Kapitalisme


Penerapan sistem ini telah melahirkan berbagai masalah berkelanjutan. Peran keluarga/orang tua sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya tidak berfungsi, karena tersibukan dengan mencari nafkah di tengah himpitan ekonomi. Sehingga anak yang mestinya dijaga dan dipahamkan agama sejak dini menjadi terabaikan. Akhirnya mereka menjadi individu minim takwa di tengah pergaulan yang buruk dan kehidupan masyarakat yang rusak juga serba bebas. 


Pun demikian dengan kurikulum pendidikan, ia menjadi rusak dan gagal mencetak generasi bertakwa karena lahir dari akidah sekuler yang jauh dari nilai-nilai agama. Sementara, tontonan yang makin liberal dan memicu syahwat terus dijajakan di berbagai media. Sedangkan tidak ada keseriusan dari negara untuk menutup konten-konten pornografi untuk melindungi generasi. Akhirnya, generasi menjadi lemah iman, mudah tergelincir pada maksiat dan tindak kejahatan karena tidak kuat menahan godaan syahwat. 


Di sisi lain, sistem kapitalisme pun meniscayakan mandulnya regulasi dan lemahnya sanksi hukum bagi pelaku kejahatan. Terlebih bagi anak-anak di bawah umur, hukuman tidak berlaku meskipun telah melakukan tindak pidana berat. 


Baca jugaPerubahan Melalui Demokrasi Hanya Ilusi


Maka dari itu, untuk menyelamatkan generasi dari tindak kejahatan, dibutuhkan peran berkesinambungan antara keluarga, masyarakat, dan negara untuk bersegera mencampakkan sistem yang menjadi penyebabnya, yakni kapitalisme sekuler. Diawali dari peran keluarga. Ayah dan ibu harus terus mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat pemahaman agama Islam, dan mengikuti berbagai kajian Islam secara kafah, terutama ibu sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya agar dapat kembali dirasakan fungsinya. Masyarakat juga harus bersinergi memberikan teladan yang baik bagi anak-anak supaya tercipta lingkungan kondusif, aman, dan sehat dari perilaku maksiat. Selain itu, negara wajib berperan sebagai perisai/penjaga yang melindungi mereka dengan cara memfilter setiap tontonan yang ada serta menerapkan sistem pendidikan yang dapat membentuk syakhshiyyah (kepribadian) Islam, dan menerapkan sanksi yang tegas dan menjerakan bagi setiap pelaku kejahatan. 


Islam Solusi Tuntas Kerusakan Generasi


Sebagai agama sempurna, Islam mempunyai seperangkat aturan untuk dijalankan oleh manusia, yang tentunya ketika diterapkan akan membawa ketenteraman dan kebahagiaan, juga membentengi umatnya dari kerusakan.


Baca jugaGadai SK? Bukti Mahalnya Politik di Negeri Ini


Islam memiliki mekanisme komprehensif dalam mewujudkan generasi berkualitas: Pertama, Islam akan melakukan pembinaan akidah umat sejak dini melalui kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam, yang output pendidikannya dalam rangka mencetak generasi berkepribadian Islam. 


Kedua, setiap keluarga khususnya para ibu akan dibina agar fokus pada perannya sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya. Hal ini dilakukan dengan cara membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi para ayah agar mereka dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Meskipun demikian, para ayah juga tetap diwajibkan turut serta dalam pendidikan anaknya. Sebab Islam melarang tegas meninggalkan generasi yang lemah. Baik dalam sisi agama, ilmu pengetahuan, ekonomi maupun akhlak. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat an-Nisa ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka….”


Ketiga, negara akan memberi jaminan agar anak-anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih sayang, aman, dan terlindung, dengan iman yang kuat juga moral terjaga.


Keempat, negara akan berperan sebagai perisai/penjaga bagi generasi. Media yang akan benar-benar dikontrol dengan ketat oleh negara. Hanya boleh menayangkan hal-hal yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat dan keanggunan Islam. 


Kelima, Islam pun menetapkan bahwa penyaluran hasrat seksual hanya boleh dilakukan melalui proses pernikahan. Di luar daripada itu, maka haram hukumnya dan terkategori kejahatan, pelakunya wajib dikenakan sanksi tegas. Adapun pemerkosaan, maka ia termasuk zina yang memaksa. Para ulama sepakat pelakunya dikenakan hukuman sebagaimana pezina, yakni rajam bagi yang sudah menikah (mukshan) dan cambuk 100 kali bagi yang belum pernah menikah (ghair mukshan). Sedangkan pemerkosaan disertai pembunuhan maka hukumannya bisa berupa qishas.


Baca jugaModerasi itu Racun Pemikiran


Itulah langkah-langkah komprehensif yang dimiliki sistem Islam untuk menjaga generasi dari kehancuran dan kerusakan. Terukir dalam sejarah, selama hampir 14 abad Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan, mampu melahirkan generasi berkualitas dan berakhlak mulia, seperti Muhammad al-Fatih yang mampu menaklukkan Konstantinopel di usia 21 tahun, Ibnu Sina yang mampu menguasai ilmu kedokteran di usia 16 tahun, Imam Syafi'i yang hafal Alquran 30 juz pada usia 7 tahun, dan masih banyak lagi. Karena itu, tidakkah kita rindu sistem Islam?

Wallahu a'lam bi ash-shawwab.


Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.



Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)