![]() |
| Sumber ilustrasi gambar: Republika |
Sejatinya, tak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah Palestina, selain kembali menegakkan sistem Islam (Khilafah)
Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam Kafah
Beritanusaindo.my.id - OPINI - Sampai saat ini kekejian Zionis Yahudi atas warga Palestina masih terus berlanjut. Sudah tak terhitung berapa banyak darah para syuhada yang membasahi bumi Palestina akibat genosida yang dilakukan kaum laknatullah tersebut. Kebrutalan Zionis semakin membabi buta, bahkan tempat yang awalnya diklaim oleh Zionis sebagai “zona kemanusiaan aman” bagi warga Palestina pun tak luput dari serangannya. Sehingga wilayah tersebut kini hanya tersisa 9,5%, karena semuanya telah berganti menjadi tumpukan puing-puing bangunan dan debu. (AntaraNews.com, 25/8/2024)
Philippe Lazzarini, Kepala Badan PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) mengabarkan bahwa warga di Gaza terjebak dan tidak mempunyai tempat untuk pergi. Sementara warga Gaza terus diminta pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya. Adapun PBB sendiri terus berupaya melakukan perundingan damai untuk menghentikan serangan-serangan tersebut. Namun, upaya tersebut berlangsung alot karena pihak Israel yang dipimpin Perdana Menteri Benjamin Netanyahu terus mengubah sikap. (CNBC Indonesia, 23/8/2024)
Jumlah korban pun terus bertambah tanpa pembelaan dari negara muslim di seluruh dunia, pun dengan negara tetangga mereka seperti Mesir. Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban tewas sejak pecahnya perang 7 Oktober lalu telah mencapai 40.405 jiwa. Sedangkan 93.468 warga lainnya luka-luka. Di mana sebagiannya adalah anak-anak dan perempuan. Penderitaan warga Palestina semakin bertambah dengan diputusnya pasokan listrik, air, makanan, komunikasi, dan obat-obatan oleh Zionis. (CNN Indonesia, 26/8/2024)
Gaza Membara, Siapa yang Dapat Menolong?
Baca juga: Mungkinkah Generasi Berakhlakul Karimah Dapat Terwujud
Kekejaman dan kebiadaban Israel memang sudah di ambang batas. Selama lebih dari 75 tahun mereka menjajah, tak pernah berhenti melakukan penindasan, pembantaian dan genosida terhadap warga Palestina. Namun, sampai kini tak ada satupun negara yang mampu menghentikan kekejaman yang diperbuatnya, apalagi memberikan sanksi tegas terhadapnya. Bahkan sekelas PBB sekalipun hanya bisa melakukan serangkaian perundingan dan negosiasi damai yang menghasilkan solusi pragmatis “gencatan senjata dan two state solution" yang keduanya tidak berarti apa-apa bagi Palestina, selain semakin mengukuhkan keberadaan entitas Yahudi di Palestina.
Melihat realitas ini, maka suatu kemustahilan Palestina akan terlepas dari penjajahan Israel jika hanya dengan meminta bantuan pada PBB. Apalagi faktanya PBB lah yang telah membidani kelahirannya. Mustahil pula meminta bantuan kepada negara-negara Barat, seperti Amerika dan Uni Eropa, sebab merekalah sponsor utama kaum penjajah di negeri Syam dan wilayah lain yang berpenduduk muslim. Sama halnya mustahil berharap pada pemimpin negara muslim untuk bertindak, yang selama ini hanya diam dan bungkam menunggu komando AS.
Sebenarnya masalah Palestina adalah problematik kita bersama selaku umat muslim. Karena itu, kita tidak boleh diam saja menyaksikan ataupun menunggu kehancurannya. Setidaknya ada beberapa cara yang dapat kita lakukan hari ini untuk menolong Palestina; terus berdoa, ikut berdonasi, senantiasa meningkat solidaritas dan dukungan, tak henti meningkatkan pemahaman tentang konflik yang terjadi di Palestina, tidak menggunakan produk Israel maupun yang mendukungnya, memanfaatkan media sosial untuk menyuarakan kondisi Palestina sampai umat sadar bahwa Palestina membutuhkan perhatian juga bantuan kita semua, dan yang terakhir adalah negara-negara muslim harus bersinergi menghimpun kekuatan umat untuk berjihad fi sabilillah.
Namun sayang, dalam sistem rusak kapitalisme sekuler seperti hari ini semua itu mustahil dapat terwujud. Karena sistem kapitalisme meniscayakan negara-negara kaum muslim tersekat oleh nasionalisme dan terikat perjanjian internasional. Sehingga, ketika ada yang tertindas, mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu saudaranya. Sementara para pemimpin muslim tak peduli, bahkan justru menjadi antek musuh-musuh Islam.
Sistem Islam (Khilafah) Solusi bagi Palestina
Baca juga: Tanpa Pemimpin Islam Umat Senantiasa Teraniaya
Sejatinya, tak ada cara lain untuk menyelesaikan masalah Palestina, selain kembali menegakkan sistem Islam (khilafah). Kenapa harus khilafah? Di antara alasannya adalah: Pertama, hanya khilafah yang memiliki peran sebagai junnah (perisai) bagi rakyatnya dari segala ancaman.
Kedua, hanya sistem Islam khilafah yang melarang berdamai dan bersahabat dengan entitas yang memerangi kaum muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Mumtahanah ayat 9 yang artinya: “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan kawan orang-orang yang memerangi kalian dari negeri kalian dan membantu orang lain untuk mengusir kalian. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka adalah kaum yang zalim.
Ketiga, hanya syariat Islam yang mewajibkan jihad fii sabilillah ketika kaum muslim diperangi musuh. Ini sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 191 yang artinya: “Dan perangilah siapa saja kalian menemui mereka. Dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian….”
Menurut Syekh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahumullah dalam kitabnya Asy-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah, jihad merupakan fardu a'in dan jalan untuk mengusir musuh yang memerangi kaum muslim. Namun tentunya jihad ini bukan hanya untuk warga yang negaranya dijajah, seperti Palestina, tetapi juga bagi seluruh kaum muslim di sekitarnya. Karena umat muslim laksana satu tubuh. Jika ada satu bagian tubuh yang sakit, maka bagian tubuh lainnya merasakan sakit pula.
Keempat, hanya dalam institusi negara khilafahlah umat muslim berada dalam satu kesatuan. Tidak tersekat-sekat oleh nasionalisme sebagaimana hari ini. Sehingga ketika ketika ada saudaranya yang tertindas, maka kaum muslim akan segera dapat saling membantu.
Kelima, negara khilafah akan memantau kafir harbi fi'lan, yaitu warga negara kafir yang terlibat peperangan dan memusuhi kaum muslim dan mengawasi ahli ar-Riyab, yaitu warga negara khilafah yang diduga melakukan tindakan membahayakan negara karena berinteraksi dengan warga negara kafir harbi fi'lan.
Keenam, hanya negara khilafahlah yang dapat mengembalikan haibah (kewibawaan) kaum muslim. Hal ini karena negara khilafah dan pemimpinnya akan sepenuhnya menjalankan fungsi sebagai perisai yang melindungi darah dan kehormatan kaum muslim di Palestina dan seluruh dunia. Terukir dalam sejarah, dahulu ketika sistem khilafah tegak, Palestina benar-benar dijaga. Di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid ll, seorang Yahudi bernama Theodor Herzl menawarkan sejumlah uang untuk membeli Palestina, namun Sang Khalifah menolak hal itu dan mengutuk aksi yang dilakukan Herzl.
Baca juga: Mewujudkan Ketahanan Pangan, Antara Harapan dan Kenyataan
Adapun bagi umat muslim yang tinggal di luar wilayah Islam, maka khilafah akan menurunkan pasukan jihadnya jika mengetahui kaum muslimin terancam nyawanya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Khalifah Mu'tashim Billah tatkala mendengarkan ada seorang wanita muslimah yang dilecehkan tentara Romawi, ia pun langsung mengirimkan pasukan jihadnya, yang panjang barisannya tidak putus dari gerbang istana Khalifah di Baghdad sampai Asia Kecil (Amuria).
Itulah sejumlah alasan kenapa hanya sistem Islam (khilafah) yang mampu menyelesaikan masalah Palestina. Sungguh hanya eksistensi Khilafah Islamiyyah yang mampu membebaskan Palestina dari penjajahan Zionis. Karena itu, kita harus segera berlomba mewujudkannya. Caranya dengan terus mengkaji Islam kafah, lalu mendakwahkannya ke tengah-tengah umat sehingga umat sadar bahwa hanya sistem Islamlah solusi atas Palestina dan seluruh negara-negara muslim yang terbelenggu sistem kufur kapitalisme sekuler.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
