Jihad fi Sabilillah, Pinterest
Oleh: Eni Imami, S.Si, S.Pd
Pendidik dan Pegiat Literasi
Beritanusaindo.my.id--OPINI, Situasi Palestina makin parah akibat kebrutalan Zionis Yahudi Israel. Israel terus menyerang dan menghancurkan Gaza sejak serangan lintas perbatasan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, tahun lalu. Lebih dari 100.000 orang terluka dan 43.000 orang tewas. Sebagian besar korbannya adalah perempuan dan anak-anak. (republika.co.id, 27-10-2024).
Masyarakat dunia tak tutup mata. Namun, tak berdaya memberikan pembelaan yang sepadan. Berbagai macam kecaman, ancaman atau resolusi PBB tak ada artinya. Zionis semakin membabi buta serangannya terhadap bumi Palestina. Siapakah yang mampu mengakhiri serangan ini?
Zionis Makin Merajalela
Setelah menyerang Palestina dan membunuh puluhan ribu jiwa, Israel menyerang Libanon. Serangan terjadi pada 16 September 2024 dan telah menewaskan 1.030 orang. Israel mengklaim bahwa serangangannya itu untuk menyasar Hizbullah, partai politik dan kelompok paramiliter Libanon yang didukung Iran. (detik.com, 02-10-2024).
Baca juga:
Memprihatinkan, Sekolah Negeri Tak Punya Gedung Sendiri
Israel memang tak akan berhenti sampai ambisinya mewujudkan Israel Raya (Greater Israel) menjadi nyata. Tanah yang membentang dari Sungai Nil hingga Sungai Eufrat diyakini sebagai tanah yang dijanjikan bagi mereka. Hal ini tertulis secara eksplisit dalam prasasti cita-cita Zionis di pintu masuk Gedung Parlemen Israel (Knesset). Maka tak heran jika setelah Palestina, Israel menyerang Libanon. Berikutnya bisa jadi menyerang Yordania, Suriah, Irak, Arab Saudi dan Mesir.
Hanya Jihad Solusinya
Sudah sekian dekade penderitaan Palestina dengan tumpahan darah dan air mata yang tak terkira. Tapi sampai saat ini uluran tangan kaum muslim belum mampu membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis Yahudi Israel. Tak satu pun kekuatan militer dari negeri muslim digerakkan untuk pasang badan membela Palestina.
Baca juga:
Ironi Kebocoran Pajak: Kebijakan Pajak Untuk Pengusaha VS Rakyat
Pemimpin negeri-negeri muslim hanya mengecam dan mengirim bantuan sosial. Padahal yang dibutuhkan Palestina lebih dari itu yakni kekuatan militer untuk menghadapi serangan Israel. Mirisnya lagi, beberapa pemimpin negeri muslim mengamini diplomasi PBB dengan solusi dua negara antara Palestina dan Israel.
Realitanya Israel semakin semena-mena. Sudah tak terhitung perundingan damai dilakukan, Israel justru merangsek wilayah Palestina. Selama puluhan tahun PBB juga menganakemaskan Israel dan tak berpihak pada Palestina. Maka tak ada solusi tuntas selain umat Islam harus bersatu mengangkat senjata dengan berjihad melawan Israel.
Jihaf fii sabilillah adalah kewajiban syariah Islam. Islam telah memerintahkan untuk memerangi siapapun yang memerangi kaum Muslim. Umat Islam adalah umat yang satu. Menyakiti satu bagian dari tubuh umat ini berarti menyakiti tubuh umat yang lainnya.
Baca juga:
"Celometan" Calon Pemimpin, Beri Harapan Baru?
Jihad membutuhkan komando kesatuan umat Islam. Komando dari pemimpin kesatuan umat Islam yang akan menjadi junnah menjaga keselamatan dan tanah kaum Muslimin. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sultan Abdul Hamid II, ia lebih rela menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri daripada melihat tanah Palestina dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.
Sejarah membuktikan, sepanjang Khilafah masih ada, wilayah Palestina terlindungi. Untuk menghadapi kebiadapan Zionis Yahudi Israel umat Islam membutuhkan Khilafah yang akan menyerukan jihad. Karena sejatinya yang dihadapi bukan hanya entitas Zionis Yahudi tetapi juga negara-negara imperialis barat seperti Inggris dan Amerika Serikat yang menjadi penjaga eksistensi Zionis Yahudi.
Oleh karena itu penting bagi umat Islam memperjuangkan kembali Khilafah 'alaa minhaaj an-nubuwwah, inilah kekuatan yang mampu menghadapi serangan Israel dan imperialis Barat. Wallahualam bissawab. [ry].

