Gen Z Pantang Gengsi, Jadilah Agen Revolusi

Goresan Pena Dakwah
0

Ilustrasi Gen Z, Pinterest


Oleh : Ummu Hanan


Beritanusaindo.my.id--OPINI, Gen Z adalah kepanjangan dari generasi Z. Gen Z merupakan istilah yang akhir-akhir ini lekat dengan kehidupan kita merujuk pada generasi yang lahir pada kurun 1997 hingga 2012. 


Jika melihat pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dari hasil sensus penduduk sepanjang Februari-September 2020 didapatkan bahwa jumlah penduduk negeri ini didominaasi oleh usia muda. Dominasi terbanyak penduduk Indonesia pada sensus tahun 2020 adalah Gen Z, diikuti oleh generasi Milenial (kurun 1981-1996) dan generasi X (kurun 1965-1980). 


Tentu penyebutan tipe generasi ini tidak sekadar istilah namun ada fenomena yang layak untuk kita jadikan bahan renungan bersama, utamanya pada gen Z sebagai populasi terbanyak di negeri kita.


 Gen Z hidup pada tatanan kehidupan yang penuh dengan beragam persoaalan. Di antara kasus yang acapkali menimpa para kaum gen Z adalah kesehatan mental. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per tanggal 29 Agustus 2024 menyebutkan bahwa kasus bunuh diri paling banyak terjadi pada kaum muda yang berusia antara 15-29 tahun. 


Baca juga: 

Makan Bergizi Gratis, Siapa Yang Diuntungkan?


Maka rentang usia ini sangat berkesesuaian dengan gen Z. Angka bunuh diri di kalangan remaja juga terkatagori tinggi. Menurut Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) memaparkan pada kurun Januari hingga Agustus 2024 terdapat setidaknya 849 kasus bunuh diri dengan sekitar 75 kasus yang dilakukan oleh pelaku berusia antara 17-25 tahun. Termasuk juga adanya 3 kasus bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa dalam waktu tidak lebih dari sepekan. Sungguh tragis.


Menarik untuk menelusuri fenomena kesehatan mental di kalangan gen Z. Mereka sebagai kelompok penduduk yang paling mendominasi populasinya tentu akan memberikan pengaruh pada dinamisasi masyarakat. Gen Z harus beradaptasi dengan penghidupan yang tidak mudah.


Beragam persoalan hidup harus mereka hadapi di usia yang masih sangat belia. Diantara impitan persoalan yang ada di hadapan gen Z adalah tingginya biaya pendidikan, fenomena pengangguran dan gaya hidup toxic yang mengarahkan mereka pada konsumerisme serta hedonisme. Tidak sedikit gen Z yang latah dan terbawa arus gaya hidup tanpa ada filterisasi, Fear of Missing Out alias FOMO. Gambaran mental yang rapuh.


Impitan kehidupan yang dirasakan oleh gen Z hakikatnya juga dirasakan oleh generasi lainnya. Tidak ada manusia yang steril dari kerusakan yang terjadi di tengah masyarakat. Ini semua tidak lain akbat adanya penerapan aturan hidup yang rusak dan merusak, yakni sistem demokrasi.


Baca juga: 

Paradoks Demokrasi,  Tuntaskan Judi Online


Demokrasi lahir dari rahim sekularisme yang secara terang-terangan telah memisahkan agama dari kehidupan. Agama dicampakkan hanya pada ruang sempit ritualitas. Agama dipandang tidak relevan lagi untuk mengatur kehidupan sehingga aturan buatan manusia lah yang menggantikannya. Alhasil, tatanan kehidupan ambruk, kerusakan terjadi di segala lini. Aturan buatan manusia terbukti justru menambah masalah di atas masalah.


Kehidupan manusia tidak harus terimpit jika benar dalam menjalaninya. Disinilah manusia sangat membutuhkan aturan dari sang Maha Pengatur, Allah Swt. Allah Swt sebagai pencipta sekaligus pengatur kehidupan manusia tentu paling mengetahui hal apa saja yang dapat menghantarkan manusia pada kebaikan hidup dan apa saja yang akan merusaknya. 


Aturan Allah yang terwujud dalam risalah Islam akan lahir sebagai problem solver jika diterapkan secara kafah. Contoh dari penerapan syariat Islam kafah dalam mengatasi problematika kehidupan manusia adalah kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. 


Negara melalui penguasa bertanggung jawab dalam menjamin kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Penguasa tidak boleh abai dalam urusan ini sebab Allah akan menghisab seluruh amanah yang telah dipikulnya sebagai penguasa.


Sebagaimana dalam hadits Nabi Saw., “Imam (Khalifah) adalah raa’in dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya”(HR Bukhari).


Kebobrokan demokrasi begitu nyata. Kondisi ini seharusnya menjadi bukti  bagi kita, dan para gen Z khususnya, bahwa realitas yang rusak ini harus segera kita perbaiki. Berkaca pada para generasi “gen Z” pada masa kegemilangan Islam yang hadir sebagai agen revolusi. Thariq bin Ziyad, Mush’ab bin Umair, Muhammad Al Fatih adalah tokoh besar nan belia dengan tekad baja mewujudkan perubahan mendasar di tengah umat manusia. 


Baca juga: 

Guru Honorer Dalam Ancaman


Mereka mampu menorehkan tinta emas peradaban Islam dengan kegigihan dan keshalihannya. Namun hal tersebut tidak terjadi dalam sekejap melainkan melalui proses pembinaan Islam secara terus menerus. Oleh karenanya gen Z hari ini sangat bisa untuk mengulang kembali kesuksesan para pendahulunya.


Gen Z harus meletakkan rasa gengsi dalam belajar agama, karena dengan itu akan tumbuh rasa bangga dan ingin memperjuangkannya. Jadi, pantang gengsi ya gen Z, saatnya jadi agen revolusi. Allahu’alam. [ry].

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)