Malulah Kalian Kepada Allah!

Goresan Pena Dakwah
0

 


Ilustrasi: pinterest


Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban


Beritanusaindo.my.id--OPINI, AS telah memilih presidennya yang baru, Donald Trump menjadi presiden terpilih usai ajang Pilpres di AS. Trump mengalahkan kandidat lainnya yaitu Kamala Harris.


Seejumlah pemimpin negara-negara Islam tanpa rasa malu pun telah memberikan respon. Dikutip dari 5pillarsuk.com, ada Presiden Prabowo Subianto, selain mengucapkan selamat, juga mengatakan Indonesia dan Amerika Serikat merupakan mitra strategis yang memiliki hubungan yang kuat dan beragam. Kemitraan strategis RI-AS mempunyai potensi yang sangat besar untuk saling menguntungkan.


Prabowo bahkan berharap dapat bekerja sama erat dengan Trump dan pemerintahannya, untuk lebih meningkatkan kemitraan ini dan demi perdamaian dan stabilitas global. Kemudian ada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dimana Erdogan percaya akan ada lebih banyak upaya yang dilakukan untuk mewujudkan dunia yang lebih adil di era baru yang dimulai dengan pemilu AS. 

Baca juga: 

Gen Z Pantang Gengsi, Jadilah Agen Revolusi


PM Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan kemenangan Trump adalah babak baru yang membawa peluang baru, Malaysia siap untuk melangkah ke depan dengan optimisme, kerja sama, untuk tujuan bersama, sekaligus mendesak AS untuk menggunakan pengaruhnya untuk menolong dan mengakhiri kekerasan dan hilangnya nyawa di Palestina dan Ukraina.


Pemerintahan Transisi Bangladesh Muhammad Yunus mengucapkan bahwa rakyat Bangladesh mengharapkan adanya kemitraan dan kerja sama dalam upaya menangani tantangan global dalam mewujudkan perdamaian, harmoni, stabilitas, dan kemakmuran untuk semua. 


Tak dinyana, Presiden Palestina Mahmoud Abbas pun menyatakan kepercayaannya kepada AS di bawah kepemimpinan Donal Trump, akan mendukung aspirasi sah rakyat Palestina. Demikian pula dengan negara Pakistan, Qatar dan Mesir. 


Hamas sendiri telah mengeluarkan pernyataan terkait kemenangan Donald Trump bahwa posisi Hamas terhadap pemerintahan baru AS akan bergantung pada pendirian dan tindakan praktisnya terhadap rakyat Palestina. Hak-hak mereka yang sah, dan tujuan mereka yang adil.


Hamas mencatat bahwa semua pemerintahan AS berturut-turut, sejak pendudukan Palestina pada tahun 1948, mempunyai sikap negatif terhadap perjuangan Palestina. Mereka secara konsisten menjadi pendukung utama pendudukan Zionis di segala bidang, dan pemerintahan sebelumnya mengikuti jalur yang condong ke arah pendudukan dan agresi, memberikan perlindungan politik dan militer bagi penjahat perang Zionis untuk melanjutkan beberapa tindakan genosida paling mengerikan dalam sejarah modern, memperkuat perannya sebagai mitra penuh dalam pembunuhan puluhan ribu rakyat kita, termasuk anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia.

Baca juga: 

Makan Bergizi Gratis Siapa yang Diuntungkan 


Hamas mendesak Presiden AS terpilih untuk memperhatikan suara-suara yang muncul dari dalam masyarakat Amerika sendiri selama lebih dari setahun sejak agresi Zionis di Gaza, yang menolak pendudukan dan genosida serta menolak dukungan dan bias terhadap entitas Zionis (Republika co.id, 7-11-2024). 


Senada dengan pernyataan Hamas, juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani menanggapi kemenangan Trump, bahwa Iran tidak melihat adanya perbedaan antara Trump dan pesaingnya dalam pemilihan umum Kamala Harris. Kebijakan umum AS dan Iran bersifat konstan. Iran masih ingat saat AS di bawah pimpinan Trump secara sepihak di tahun 2018 menarik diri dari perjanjian nuklir yang ditandatangani tahun 2015 dengan Iran, sekaligus memberlakukan serangkaian sanksi berat kepada Iran (republika.co.id, 7-11-2024).


Muka Kotor Pemimpin muslim


Pertanyaannya, apakah akan ada perubahan jika AS dipimpin (lagi) oleh Trump? Jawabnya tidak! sebab asas pemerintahannya yaitu kapitalisme tetap menjadi acuan dalam mengatur kepentingan mereka, baik di AS sendiri maupun negara-negara pembebeknya, termasuk Indonesia. 


Sudah jelas bagaimana perangai AS dan apa tujuan pemerintahannya terhadap perkembangan Islam, negeri-negeri muslim berikut kekayaan alamnya yang berlimpah. Mereka jelas hanya ingin Islam tak ada di muka bumi ini, namun masih saja dengan naif mengucapkan selamat atas kemenangan dan (bodohnya) masih berharap bisa bekerja sama menciptakan perdamaian global. 


Fakta ini semakin memperlihatkan muka kotor para pemimpin muslim di dunia ini, mereka tak menghadapkan wajah di hadapan Allah SWT. Sang Penciptanya, melainkan kepada manusia kafir yang sepanjang hayatnya hanya berpikir bagaimana menghabiskan muslim, agama dan generasinya. 

Baca juga: 

Paradoks Demokrasi Tuntaskan  Judi Online


Palestina hanya satu dari jutaan bukti betapa AS sangat tak layak mendapatkan ucapan selamat. Begitu Zionis laknatullah merasa terdesak mereka lantas merengek kepada AS yang tergopoh-gopoh datang memberikan pembelaan. Tak hanya pasukan, teknologi militer tercanggih pun sudah dipersiapkan oleh AS untuk bayi kesayangannya. 


Zionis adalah duri dalam daging yang sengaja ditancapkan di dalam tubuh kaum muslim agar tak ada persatuan hakiki. Sebab jika ukhuwah Islamiyyah yang meniadakan perbedaan budaya, ras, warna kulit dan bahasa itu disadari dan digenggam kaum muslim maka tak ada jalan kemenangan bagi para penjajah itu. 


Islam Lahirkan Pemimpin Bertakwa


Pemimpin dalam Islam samasekali tidak boleh memanfaatkan kafir dalam hal apapun terlebih jika hubungan itu melemahkan kita sendiri bahkan kedaulatan kita pun tergadai. Allah SWT. berfirman yang artinya,"Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang mukmin". ( TQS an-Nisa: 141). 


Maka jika Allah SWT. tak membiarkan kaum kafir menguasai kaum muslim, mengapa kini kaum muslim seolah tak ada dosa jika dalam hatinya terbersit bermesra-mesraan dengan kafir yang belati di balik punggungnya berlumuran darah kaum muslim dari Palestina, Bangladesh Xin Jiang dan lain sebagainya?

Baca juga: 

Retreat Pejabat Akankah Membawa Kebaikan bagi Rakyat?


Seorang pemimpin muslim juga wajib menerapkan syariat sebagai kebijakannya saat mengatur urusan orang-orang di bawahnya. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Shahih Muslim). 


Maka, sudah menjadi kewajiban bagi setiap pemimpin negeri muslim untuk tak lagi tunduk dengan kekuasaan kafir, melainkan menggalang persatuan bagi seluruh muslim dunia untuk menegakkan khilafah, ajaran Islam tentang pemerintahan berdasarkan syariat Allah SWT. 


Hanya khilafah yang mampu menyerukan jihad fi Sabilillah untuk menumpaskan penjajahan di atas dunia, sekaligus mewujudkan kesejahteraan dalam segala bidang yang menjadi kebutuhan masyarakat. Wallahualam bissawab. [ry].




Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)