![]() |
Ilustrasi gambar: Jatim Network |
Pemenuhan hak-hak anak hanya akan terwujud di bawah naungan sistem Islam. Sebab Islam memandang anak sebagai calon generasi masa datang dan tonggak peradaban. Karena itu Islam memiliki mekanisme terbaik untuk menjaga keselamatan, kesejahteraan, dan melindungi hak-hak mereka.
Oleh Reni Rosmawati
Ibu Rumah Tangga
Beritanusaindo.my.id - OPINI - Tanggal 20 November kemarin, dunia baru saja merayakan peringatan ‘World Children’s Day’ atau Hari Anak Sedunia. Peringatan tersebut didedikasikan untuk menghormati hak-hak anak di seluruh dunia. Peringatan ini juga sebagai bentuk pengingat pada dunia bahwa di manapun setiap anak berada berhak untuk hidup sehat, aman, dan mendapatkan perlindungan.
Mulanya, penetapan hari tersebut diinisiasi oleh UNICEF (United International Children's Emergency Fun) pada tahun 1954. Tujuannya meningkatkan kesadaran masyarakat internasional tentang kesejahteraan anak-anak dan bagaimana menciptakan masa depan mereka yang lebih baik. Kemudian diperingati setiap tanggal 20 November, karena tanggal tersebut bersamaan dengan Konvensi Deklarasi Hak-hak Anak yang diadopsi PBB. Di mana konvensi tersebut merupakan kesepakatan internasional pertama untuk melindungi hak-hak anak, yang mencakup hak hidup, berkembang, pendidikan, dan perlindungan dari kekerasan juga eksploitasi. (detikNews, 20/11/2024)
Namun nyatanya, peringatan hari anak sedunia sangat kontras dengan kondisi anak-anak hari ini. Di Palestina, jangankan mendapatkan hak-hak atas makanan, pendidikan, dan perlindungan dari kekerasan, hak hidup saja anak-anak tak mendapatkan jaminan. Berdasarkan data terbaru yang dirilis Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah anak yang terbunuh sejak serangan brutal Israel pada 7 Oktober 2023 lalu lebih dari 17.400, dengan 710 di antaranya merupakan bayi. (KompasTV, 20/11/2024)
Pun demikian dengan anak-anak di belahan dunia lainnya, seperti di Afrika yang sudah lama menderita kelaparan akut, malnutrisi, hingga berakibat kematian. Juga anak-anak Rohingya yang sampai kini mereka terlunta-lunta tak tahu arah tujuan akibat kekejian Myanmar.
Peringatan Hari Anak Sedunia, Omong Kosong!
Dari fakta di atas tampak jelas bahwa peringatan hari anak sedunia hanyalah omong kosong belaka. Katanya tujuan ditetapkannya hari anak sedunia tersebut agar semua anak mendapatkan hak, kesejahteraan, dan masa depan yang lebih baik, tapi kenapa jeritan anak Palestina tidak dihiraukan dunia? Berpuluh-puluh tahun anak Palestina kehilangan haknya, ribuan nyawa melayang, dan seluruh dunia tahu akan hal itu, namun kenapa diam saja? Di mana dunia saat anak Rohingya terlunta-lunta? Kenapa anak Afrika hingga kini terus menderita kelaparan?
Sungguh, peringatan hari anak sedunia hanyalah kedok Barat untuk menutupi kejahatannya atas anak Palestina, bahkan dunia pada umumnya. Omong kosong peringatan hari anak sedunia, jika kelaparan masih diderita anak-anak Afrika, anak Rohingya masih tidak punya negara, dan Zionis laknatullah alaihim masih langgeng di Palestina. Anak-anak di dunia akan tetap kehilangan haknya. Konflik di Palestina pun akan terus dipelihara. Karena itu semua memang proyek Barat untuk menghancurkannya kaum muslimin dan menjegal kebangkitan Islam.
Standar ganda Barat terhadap konflik Palestina-Zionis sangat jelas telah mengkhianati hak-hak anak Palestina. Baratlah yang selama ini menjadi biang kerok kerusakan dan kekacauan yang terjadi di Palestina. Barat (AS) yang telah mengakomodasi genosida yang dilakukan Zionis terhadap warga Palestina. Sejak awal Israel berdiri, AS telah memberikan bantuan ekonomi dan senjata sekitar $310 miliar. Adapun sejak pecah perang 7 Oktober 2023 lalu, AS memberlakukan UUD yang menyediakan setidaknya $12,5 miliar dalam bentuk bantuan militer langsung ke Israel. (Cfn.org, 13/4/2024)
Barat dengan sistem kapitalisme yang diembannya telah sukses mendikte dunia, termasuk negeri-negeri muslim. Menjadikannya lemah, dan hanya fokus memprioritaskan kepentingan ekonomi serta politik, daripada memperdulikan nasib anak Palestina. Sehingga tidak ada tindakan nyata dari mereka untuk menolong saudaranya di Palestina, kecuali hanya mengutuk dan mengecam. Padahal semua itu tidak akan berarti apa-apa, karena yang dibutuhkan Palestina adalah solusi nyata, yakni bantuan (jihad fii sabilillah) dari seluruh kaum muslimin untuk mengenyahkan Zionis.
Namun, paham nasionalisme yang dibawa Barat telah menjadikan kaum muslim lebih mencintai negerinya. Sehingga persoalan Palestina hanya dipandang masalah kemanusiaan, bukan masalah bersama yang harus dihadapi dan diselesaikan. Karena dianggap tidak menyangkut warga negaranya. Padahal sejatinya setiap muslim diikat oleh persaudaraan berdasarkan iman dan Islam. Di mana semestinya kedua hal itu mampu menjadi alasan terkuat untuk memberikan pertolongan semaksimal mungkin. Namun karena sistem kapitalisme, mereka lupa bahwa mereka adalah laksana satu tubuh yang apabila ada satu bagian tubuh yang sakit, maka seluruh tubuh merasakannya.
Karena sistem kapitalisme pula hari ini kemiskinan ekstrem melanda dunia, anak Rohingya tidak punya negara. Kapitalisme memiliki ciri khas bahwa kepemimpinan bukan untuk melayani rakyat, namun untuk memperkaya diri dan para kapital. Hubungan di antara rakyat dan penguasa pun ibarat penjual dan pembeli. Sementara, arah kebijakannya semata-mata demi memuluskan kepentingan para pemilik modal, bukan untuk kemaslahatan rakyat. Sehingga kita dapati betapa banyak harta milik rakyat seperti SDA yang pengelolaannya diserahkan kepada swasta (lokal maupun asing) atas nama investasi. Alhasil, rakyat jadi sulit dan harus membayar mahal ketika ingin mendapatkan haknya.
Kesejahteraan Anak Hanya Terwujud dalam Sistem Islam
Pemenuhan hak-hak anak hanya akan terwujud di bawah naungan sistem Islam. Sebab Islam memandang anak sebagai calon generasi masa datang dan tonggak peradaban. Karena itu Islam memiliki mekanisme terbaik untuk menjaga keselamatan, kesejahteraan, dan melindungi hak-hak mereka.
Di antara beberapa mekanisme negara dalam memenuhi kesejahteraan dan hak anak adalah: Pertama, menetapkan pengelolaan seluruh pengelolaan SDA wajib dilakukan negara secara mandiri, tidak boleh melibatkan asing. Kemudian hasilnya disalurkan kepada rakyat, berupa layanan pendidikan, kesehatan, keamanan gratis. Islam juga memiliki sumber pemasukan tetap dari jizyah, fa'i, ghanimah, dan kharaj. Islam pun menetapkan jika ada tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya 3 tahun berturut-turut, maka tanah tersebut diambil negara. Lalu diberikan kepada siapa saja yang bisa menghidupkannya. Dengan begitu, maka akan mampu menjamin kesejahteraan setiap individu manusia.
Kedua, negara adalah basis perlindungan hakiki setiap insan manusia termasuk anak-anak. Hak hidup dan berkembang, hak nafkah, keamanan, pendidikan, penjagaan nasab, dan lainnya wajib dijamin oleh negara. Karena negara adalah raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung).
Rasulullah saw. bersabda: "Imam (pemimpin) adalah raa’in (pengurus) rakyat. Ia bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya. (HR. Bukhari)
Dalam hal pemenuhan sandang, pangan, dan papan, maka negara akan memberikannya melalui mekanisme membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi setiap kepala keluarga. Sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarga. Islam pun memastikan negara sebagai penyedia kebutuhan pangan dengan harga murah dan terjangkau.
Ketiga, negara akan melindungi kehormatan kaum muslimin di seluruh dunia. Sehingga tidak akan ada penjajahan atas mereka. Negara akan menyerukan jihad fii sabilillah jika ada rakyatnya yang terjajah seperti Palestina. Negara pun akan menghilangkan sekat-sekat nasionalisme, ras, suku, dan golongan.
Demikianlah mekanisme yang ditempuh negara yang menerapkan sistem Islam dalam menjaga anak-anak dan memastikan mereka senantiasa hidup dalam kesejahteraan. Semua ini nyata adanya. Dahulu selama 14 abad sistem Islam diterapkan kesejahteraan benar-benar meliputi umat manusia. Anak-anak dilindungi dan dijamin segala kebutuhannya oleh negara. Baik dalam hal pemenuhan gizi, keamanan, keselamatan, kesehatan, maupun pendidikannya.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.