![]() |
Ilustrasi gambar: Wikipedia |
Umat Islam khususnya muslimah seharusnya menolak ide childfree. Karena ide ini muncul dari feminisme yang dipelihara oleh sistem kehidupan sekuler kapitalisme dan bertentangan dengan akidah Islam. Tidak layak orang yang beriman menjadi corong untuk mengkampanyekan ide busuk tersebut.
Oleh Umi Lia
Member Akademi Menulis
Beritanusaindo.my.id - OPINI - 71 ribu perempuan Indonesia memilih untuk childfree. Pemerintah menganggap hal itu tidak perlu menjadi satu kekhawatiran. Karena negeri ini mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, mengatakan bahwa kaum hawa di sini berbeda dengan di negara maju. Ia pun menghormati keputusan tersebut, namun tetap memperhatikan keseimbangan dalam kependudukan. Karena jika kejadian ini terus berlanjut akan menimbulkan masalah. (rri.co.id, 17/11/2024)
Fenomena childfree di Indonesia semakin menarik perhatian. Karena sebanyak dua persen perempuan usia 15-49 tahun memilih tidak memiliki anak dengan alasan yang beragam. Ketika tim PKM Universitas Brawijaya mengadakan survei, penyebab paling dominan adalah masalah ekonomi dan keluarga. Banyak dari mereka yang tidak siap menjadi ibu di tengah kondisi perekonomian yang sulit dan biaya hidup yang semakin tinggi. Mereka memandang bahwa kehadiran anak akan mengekang kebebasan dan menghambat karier. Ada juga yang berpendapat bahwa dengan tidak mempunyai anak bisa membuat awet muda.
Orang yang berniat berumah tangga, kebanyakan merindukan kehadiran anak. Apalagi sebagai orang yang beriman, sangat memahami dari tujuan pernikahan adalah untuk melestarikan jenis atau melanjutkan keturunan. Indonesia mayoritas muslim, namun kenapa ide childfree mulai marak?
Tentu saja jawabannya karena Indonesia menerapkan sistem kapitalisme sekuler. Sistem yang menjauhkan agama dari kehidupan. Sistem yang menempatkan kesenangan jasadi dan materi sebagai tolok ukur kebahagiaan. Pelan tapi pasti penerapan sistem akan sangat berpengaruh membentuk pola pikir dan pola sikap penduduknya.
Secara historis ide childfree merupakan turunan dari feminisme yang berasal dari Barat, tujuannya untuk penyetaraan gender. Kesetaraan antara laki-laki dan wanita terus diaruskan dan dianggap penting untuk kaum hawa. Perempuan muda harus produktif dan tidak terpenjara dalam tugas domestik yang tidak berbayar. Maksudnya ketika mereka bekerja bisa menambah pendapatan dan mengurangi kemiskinan bahkan meningkatkan pemasukan negara. Narasi ini digunakan pengusungnya untuk menggiring kaum hawa termasuk muslimah untuk berlomba-lomba berjuang memberdayakan diri dalam dunia kerja.
Sehingga secara finansial tidak bergantung kepada laki-laki. Propaganda ini juga bisa memicu seorang perempuan untuk tidak memiliki anak karena menganggapnya sebagai hambatan dalam berkarier. Atas nama kesetaraan gender pula Hak-hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) mulai muncul.
Implikasi dari HKSR adalah kendali perempuan atas tubuhnya ada pada dirinya. Gagasan ini membuat para wanita merasa bebas menentukan secara mandiri dengan siapa dia melakukan aktivitas seksual, kapan ia mau menikah termasuk pilihan apakah ia mau memiliki anak atau tidak. Ide childfree pun dianggap sebagai solusi karena masyarakat harus berhadapan langsung dengan perihnya kehidupan yang diatur oleh ideologi kapitalisme.
Ideologi ini juga tidak jarang membuat kehidupan masyarakat diliputi ketidakpastian, khususnya dalam bidang ekonomi. Pasalnya sistem kapitalisme melegalkan kebebasan kepemilikan. Hal ini membuat kesenjangan sosial yang begitu mengerikan hingga terjadi kemiskinan struktural. Akhirnya kesulitan hidup ini mendorong seorang istri memilih childfree karena tidak ada jaminan hidup.
Kehidupan masyarakat yang dibentuk oleh kapitalisme adalah kehidupan yang dipisahkan dari agama atau sekuler. Akhirnya masyarakat yang terbentuk lepas dari hukum syariat. Mereka menjadikan fakta sebagai sumber hukum. Jadi wajar jika muncul rasa khawatir akan kekurangan, karena tidak percaya konsep rizki. Kemudian tidak mau repot mengurus anak karena menganggapnya sebagai beban menjadi alasan logis untuk memilih childfree. Pertimbangannya hanya manfaat dan kesenangan tanpa pertimbangan agama sama sekali. Sayangnya hal semacam ini diberi ruang oleh negara dengan dalih hak asasi manusia.
Umat Islam khususnya muslimah seharusnya menolak ide childfree. Karena ide ini muncul dari feminisme yang dipelihara oleh sistem kehidupan sekuler kapitalisme dan bertentangan dengan akidah Islam. Oleh karena itu tidak layak orang yang beriman menjadi corong untuk mengkampanyekan ide busuk tersebut. Sebagaimana yang dilakukan para pejabat di negeri ini.
Ide childfree tidak akan muncul tatkala muslimah hidup dalam naungan sistem Islam. Yaitu di bawah kepemimpinan negara yang menerapkan hukum-hukum Allah Swt. secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Agama ini memandang perempuan adalah makhluk mulia dan memiliki peran strategis. Dari rahim mereka lah lahir generasi dan mendidiknya agar menjadi orang-orang yang bertakwa. Tugas ini sangat berat, oleh karenanya terdapat syariat khusus bagi para wanita agar mereka bisa optimal mengerjakan kewajiban yang telah Allah tetapkan yakni sebagai ummu warabatul bayt dan madrasatul ula.
Dalam syariat ada motivasi bahwa dalam setiap kepayahan selama proses mengandung, melahirkan dan menyusui serta proses hadhanah generasi terdapat pahala terbaik dari Allah Swt.. Anak bukanlah beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orangtua. Semangat positif ini akan membuat para ibu ikhlas, rida, dan bersabar mendidik anak-anak mereka. Kemudian seorang wanita dibebaskan dari tanggung jawab nafkah dan ditanggung oleh suaminya, ayahnya atau walinya.
Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 233:"Kewajiban ayah memberi makanan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf..."
Syariat ini akan berjalan optimal karena negara menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup bagi setiap laki-laki. Dengan bekerja mereka bisa memenuhi nafkah pangan, sandang dan papan istri dan anak-anaknya secara makruf.
Di sisi lain negara menyediakan kebutuhan dasar publik yang meliputi kesehatan, pendidikan dan keamanan secara gratis dan berkualitas untuk seluruh warganya. Tidak ada monopoli atau liberalisasi terhadap kebutuhan kolektif ini.
Pelaksanaan syariat akan menjamin kesejahteraan masyarakat sehingga para ibu tidak perlu khawatir terhadap kondisi ekonomi keluarga. Di sini peran negara akan mencegah merebaknya paham childfree dan ditambah pendidikan yang diterapkan akan menjaga akidah umat tetap lurus. Karena sistem pendidikan yang berlaku akan bisa melahirkan generasi berkepribadian terpuji dengan pola pikir dan sikap yang sesuai Islam. Maka ketika ada ide yang bertentangan dengan keyakinan, individu dan masyarakat akan serta merta menolak dan menghentikan agar ide ini tidak menyebar. Inilah yang sebenarnya dibutuhkan oleh kaum wanita saat ini yaitu solusi hakiki yang menjaga fitrah mereka sebagai ibu peradaban, bukan childfree.
Wallahu a'lam bish shawab. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.