Oleh Latifah Mubarokah
Pegiat Dakwah Islam
Beritakan.my.id - OPINI - Bupati Bandung Dadang Supriatna menyerukan kepada 20 ribuan kader PKK di tiap desa/kelurahan se-Kabupaten Bandung untuk mengawal Program Unggulan 'Jabar Nyaah Ka Indung'. Program ini berfokus pada peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap kaum ibu (indung) lanjut usia (lansia) di wilayah Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung.
Program ini ditujukan bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) di Jawa Barat, termasuk Pemkab Bandung, mulai dari eselon I hingga IV, agar dapat memiliki satu orang ibu asuh, dengan kategori lansia 55 hingga 70 tahun ke atas. Dengan adanya program tersebut diharapkan seluruh lansia khususnya di daerah Jawa Barat dan umumnya di seluruh wilayah negeri ini mendapat kesejahteraan dan perlindungan.
Lansia merupakan kelompok yang tidak lagi produktif dan terpinggirkan secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal tersebut menyebabkan mereka tidak mempunyai kesempatan atau ruang bersosialisasi di lingkungan sekitar maka terciptalah kesunyian dalam hidupnya. Keadaan mereka saat ini membuat kita terenyuh. Di usianya yang tak lagi muda dengan fisik yang mulai lemah, tak sedikit dari mereka yang masih mencari nafkah demi sesuap nasi dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu, memang sudah seharusnya para lansia mendapatkan pendampingan dan perlindungan. Tetapi tepatkah apabila pendampingan secara finansial dibebankan kepada ASN?
Sekilas program ini tampak benar karena bisa menjadi solusi bagi kesejahteraan para lansia. Namun membebankan kesejahteraan lansia menjadi ibu asuh kepada ASN bukan solusi yang tepat karena dapat menimbulkan permasalahan yang baru. Apalagi saat ini kita bisa melihat tidak semua ASN hidup sejahtera.
Banyak di antara mereka yang hidup pas-pasan dengan gaji tak seberapa, sementara biaya hidup tinggi, kesehatan, keamanan, dan pendidikan mahal akibat sistem kapitalisme yang mencengkram negara ini. Belum lagi tiap bulan gaji mereka dikenakan berbagai potongan yang telah ditetapkan negara, seperti IWP (Iuran Wajib Pegawai), BPJS, hingga Tapera yang menjadikan gaji ASN terkuras. Ditambah lagi sekarang harus mengurus lansia. Tentu hal ini akan menambah beban ASN, tekanan hidup yang berat tersebut tidak menutup kemungkinan akan mendorong mereka ke jalan yang salah seperti korupsi atau pungli.
Sesungguhnya orang yang tepat memberikan kesejahteraan dan perlindungan kepada lansia tidak lain adalah anak-anak dan keluarga terdekat mereka. Akan tetapi apabila anak dan keluarga tidak mampu memberikan itu karena memiliki keterbatasan fisik maka pemerintah/negara harus mengambil alih peran tersebut. Namun sayang di era kapitalisme sekarang hal tersebut sulit sekali terwujud. Tak sedikit anak yang tidak peduli dengan para orang tuanya yang sudah lanjut usia hingga tega menelantarkannya.
Kapitalisme mematikan fitrah anak. Kerasnya tekanan hidup menjadi pembenaran bagi anak atau anggota keluarga untuk menelantarkan orang tuanya yang telah lanjut usia. Bahkan tak sedikit yang mengalihkan pengurusan orang tua pada panti jompo. Ada juga yang tega membuang orang tuanya dipinggiran jalan dan membiarkan mereka meminta-minta/mengemis. Mirisnya, fenomena ini banyak sekali terjadi tak pernah ada penyelesaian. Sedih rasanya bagi orang tua karena tidak lagi mendapat kasih sayang anak-anaknya.
Sistem kapitalisme meniscayakan lahirnya anak-anak durhaka. Sementara masyarakat dan negara pun abai. Ini karena nilai-nilai liberal juga sistem pendidikan berbasis sekuler yang telah berkontribusi menghasilkan orang yang cakap ilmu, tapi bobrok dalam berprilaku. Pendidikan sekuler hanya fokus mengedukasi nilai-nilai liberal pada generasi, sedangkan pendidikan agama yang jelas penting hanya selingan saja, diajarkan 2 jam dalam seminggu. Padahal agama demikian penting dalam membentuk karakter manusia.
Sejatinya, anggota keluarga terlebih anak anaknya, masyarakat umum, maupun negara memiliki kewajiban untuk melindungi para lansia. Islam memiliki aturan yang sangat rinci terkait dengan bagaimana mengurusi para lansia, diantaranya:
Pertama, Islam menetapkan setiap keluarga terutama anak-anaknya memiliki kewajiban untuk mengurusi orang tuanya yang telah lanjut usia, karena Islam mengajarkannya. Kewajiban ini tentu tidak mudah butuh kesabaran dan ketakwaan dalam menjalaninya. Negara juga berkewajiban membangun ketakwaan individu sehingga dapat memahami kewajiban berbakti kepada kedua orang tuanya untuk mengurusi dan melindungi mereka di masa tuanya. Firman Allah Swt.:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik." (QS. Al-Isra: 23)
Kedua, Islam menjadikan keberadaan masyarakat sebagai kontroling yang dapat menguatkan hal yang boleh dilakukan atau tidak oleh individu maupun keluarga. Negara akan menciptakan kondisi saling peduli dan mengingatkan di tengah masyarakat. Sikap ini akan mencegah terjadinya pengabaian pada lansia. Budaya saling mengingatkan atau amar makruf nahi mungkar ditengah masyarakat dapat membantu menjauhkan masyarakat dari keburukan. Islam pun mengajarkan kepada masyarakat budaya peduli saling tolong menolong, dan gemar berinfak sedekah sehingga tidak akan ada lansia yang terlantar.
Ketiga, negara akan memastikan setiap kepala keluarga memiliki pekerjaan yang layak dan mendapatkan penghasilan yang dapat mencukupi keluarganya, termasuk, termasuk membiayai orang tuanya.
Keempat, Islam menetapkan permasalahan lansia tidak sebatas tanggung jawab anak terhadap orang tua yang sudah lanjut usia, tetapi ini juga merupakan tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Pemenuhan kebutuhan lansia pada dasarnya menjadi tanggung jawab keluarganya, tetapi jika keluarganya tidak mampu negara menjamin semua pemenuhan kebutuhannya.
Bahkan jika dibutuhkan negara akan menyediakan panti jompo dengan pelayanan dan para perawat terbaik bagi para lansia yang tidak memiliki keluarga lagi. Negara juga akan berupaya menciptakan keadaan yang kondusif bagi lansia agar mereka bisa hidup bahagia dan sejahtera sampai akhir hayatnya.
Demikian sempurnanya Islam mengatur berbagai permasalahan umat. Islam memiliki mekanisme yang sangat rinci dan detil dalam mengurus umatnya termasuk lansia, yaitu dengan memastikan lansia terpenuhi kebutuhannya, baik oleh keluarganya atau negara. Pada masa tuanya lansia hanya difokuskan untuk memperbanyak beribadah kepada Allah Swt..
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Editor Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.