Oleh Fauzah Aqilah
Kasus korupsi dalam perizinan ekspor kelapa sawit pada 16 April 2025 kembali mencoreng wajah bangsa. Seorang pegawai Wilmar Group ditangkap oleh Kejaksaan Agung terkait dugaan suap dalam pengurusan izin ekspor minyak sawit. Penangkapan ini merupakan bagian dari penyelidikan yang lebih luas, di mana sebelumnya empat hakim dan dua pengacara ditahan karena diduga menerima suap sebesar Rp60 miliar untuk mempengaruhi putusan pengadilan yang menguntungkan tiga perusahaan, termasuk Wilmar.
Ketika sektor strategis seperti industri sawit yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional dicemari oleh kepentingan pribadi dan jaringan kekuasaan, maka yang terjadi bukan hanya kerugian negara. Tetapi juga penderitaan rakyat serta dosa besar yang membawa konsekuensi di dunia dan akhirat.
Islam memandang jabatan sebagai amanah besar yang kelak akan dipertanggungjawabkan, bukan ladang keuntungan pribadi yang dianggap remeh. Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman,
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya..." (QS. An-Nisa: 58)
Korupsi dalam perizinan ekspor kelapa sawit adalah bentuk nyata pengkhianatan terhadap amanah. Izin yang seharusnya diberikan demi kepentingan nasional, malah dijual kepada pihak tertentu demi memperkaya segelintir orang saja. Ini bukan hanya merusak sistem birokrasi, tetapi juga menciptakan ketimpangan dan ketidakadilan yang sangat dikecam dalam Islam bahkan terlihat jelas di depan mata.
Dampak korupsi ini berlapis yakni selain menyebabkan ekonomi tercekik hal ini juga menzalimi rakyat. Saat perizinan ekspor dimonopoli dan disalahgunakan, harga TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit di tingkat petani anjlok, sementara harga minyak goreng di pasaran melambung. Rakyat kecil terjepit dari dua arah yaitu sebagai produsen yang tak dihargai dan sebagai konsumen yang dibebani.
Rasulullah saw. pernah bersabda,
"Barang siapa menipu, maka ia bukan dari golonganku." (HR. Muslim)
Korupsi adalah bentuk penipuan yang sistematis dan terstruktur. Ia menghancurkan kepercayaan publik dan menodai prinsip maslahah (kemaslahatan umum) yang menjadi dasar pengambilan keputusan dalam Islam.
Islam tidak memandang enteng perilaku koruptif. Dalam sebuah hadits yang tegas, Rasulullah saw. bersabda,
"Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya." (HR. Tirmidzi)
Koruptor tidak hanya mencuri uang negara, tapi juga mencuri hak anak yatim, kaum miskin, dan generasi masa depan. Mereka membawa beban besar bukan hanya di hadapan hukum manusia, tetapi juga di hadapan Allah kelak.
Dalam pandangan Islam korupsi atau lebih tepatnya dalam istilah syariah disebut ghulul (penggelapan harta negara atau publik) merupakan dosa besar dan pengkhianatan terhadap amanah. Solusi terbaik yang diberikan Islam tidak hanya bersifat hukuman, tapi juga mencakup pencegahan, pendidikan moral, dan perbaikan sistem.
Islam menekankan pentingnya efek jera. Dan dalam konteks ini, tidak boleh ada tebang pilih dalam penegakan hukum. Setiap orang, apapun jabatannya, harus mendapat perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Islam menganjurkan sistem pengawasan (hisbah) internal dan eksternal untuk mencegah penyelewengan sebagai berikut.
Korupsi seringkali berakar dari lemahnya iman dan akhlak. Maka Islam menekankan pendidikan karakter dan ketakwaan ( tarbiyah imaniyah) sejak dini. Islam dapat melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas akademik, tapi juga kuat dalam moral dan spiritual.
Allah selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya, tapi taubat dari korupsi tidak cukup hanya dengan penyesalan ia juga harus mengembalikan seluruh harta yang dikorupsi dan menjalani hukuman sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Korupsi perizinan ekspor kelapa sawit bukan hanya persoalan hukum, tetapi juga cermin kerusakan moral. Dalam pandangan Islam, ia adalah bentuk kezaliman terhadap rakyat dan pengkhianatan terhadap amanah. Sudah saatnya kita membangun negeri ini dengan nilai-nilai syariat Islam dengan menegakkan khilafah ala minhaj nubuwwah di atas muka bumi. Karena tanpa moralitas, kekuasaan hanya menjadi alat penindasan, bukan jalan untuk membawa keberkahan.
Wallahu'alam bissawab. []