Spirit Ramadhan dalam Menjaga Ketakwaan

Admin Beritanusaindo
0

 



Oleh: Sri Utami

Praktisi Pendidik


Beritakan.my.id - OPINI - Bulan Ramadan telah berlalu.  Di mana pada bulan itu umat muslim berkeinginan  meningkatkan kualitas ibadahnya dengan  berlomba-lomba  meningkatkan amalan ibadahnya  baik wajib maupun sunahnya. Baik amalan individu maupun amalan sosialnya di masyarakat. Pada bulan Ramadan waktu benar-benar dimanfaatkan untuk ibadah  baik itu tadarus Al-Qur'an, mengikuti pasantren kilat, bersedekah, membagi-bagikan takjil, aktivitas remaja berkeliling membangunkan sahur di perkampungan-perkampungan, tarawih keliling, beritikaf di masjid dan lainnya.


Spirit aktivitas bulan Ramadan begitu bergelora dirasakan oleh semua masyarakat, sehingga harapannya suasana itu bisa juga dirasakan pada bulan-bulan lainnya. 


Spirit Ramadan juga diungkap oleh Bupati Kabupaten Bandung Seperti yang dilansir dalam pikiran rakyat pada perayaan  Idul Fitri di Kabupaten Bandung bahwa  Bupati Bandung Dadang Supriatna berharap, masyarakat harus terus memelihara kualitas ibadah selepas Ramadan.  Bersama dengan hal itu, masyarakat mengamalkan ibadah mahdhah maupun sosial dalam kehidupan sehari-hari selepas lebaran 2025 dan seterusnya.


"Hari ini kita (muslim) berada dalam suasana penuh kegembiraan dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri  1 Syawal 1446 Hijriyah. Ramadan yang telah dilalui hendaknya tak hanya menjadi momen sesaat, tetapi terus dipelihara  dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari." Kata Bupati  Bandung Dadang Supriatna dalam sambutannya di Masjid Al Fathu Komplek Pemkab Bandung Soreang. Nilai-nilai ketakwaan dan kebersamaan tetap harus terpelihara di bulan-bulan berikutnya. (Pikiran Rakyat 31/3/2025)


Bulan Ramadan  merupakan bulan kemuliaan dan keistimewaan  yang didalamnya diperintahkan untuk menjalankan ibadah puasa selama sebulan lamanya. Selain diperintahkan berpuasa, pada bulan ini segala amal ibadah pahalanya akan dilipat gandakan. Oleh karena itu semangat meningkatkan amalan-amalan bergelora baik disiang hari maupun  menghidupkan amalan ibadah di malam hari. Pada bulan Ramadan  Al-Qur'an yang merupakan  pedoman hidup manusia juga diturunkan. Di mana umat disibukkan dengan  semangat untuk berinteraksi dengan  Al-Qur'an baik itu membacanya dan mengkajinya.   


Meski puasa  merupakan kewajiban individu, puasa tetap memberikan  pesan-pesan sosial dan politik. Secara individu pelaksanaan puasa Ramadhan diharapkan berdampak pada peningkatan ketakwaan. Karena pelaksanaan puasa adalah diraihnya status sebagai manusia bertakwa. 


Seperti firman Allah : "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah {2}:183)


Menjaga Ketakwaan


Menjaga ketakwaan spirit Ramadan sebenarnya tidak cukup sebatas ibadah ritual saja, pada tataran individu. Tapi harus diaplikasikan pada berbagai bidang yang saling mendukung dan terintegrasi dan terwujud pula di tengah masyarakat dan negara. Ketakwaan seorang individu adalah ketika ia mampu dalam kehidupannya menjadikan hukum-hukum Allah sebagai timbangan sikap dan berprilaku. Timbangan hukum dalam Islam ada lima yakni wajib, sunah, mubah, makruh, serta haram. Kehati-hatian perilaku agar selalu dalam ketundukkan pada hukum Allah serta terhindar dari jeratan maksiat juga pelanggaran hukum syariat, itulah yang disebut takwa.


Ketakwaan tidak bisa hanya dimiliki oleh seorang individu  saja. Untuk menjaga ketakwaan individu haruslah dibarengi juga dengan ketakwaan masyarakat karena individu tidak bisa terlepas dari masyarakat. Individu merupakan mahluk sosial, sehingga dalam interaksinya dengan individu lain atau masyarakat akan terjadi disetiap waktu dan tempat. Disisi lain  individu lain atau masyarakat membawa pengaruh besar dalam perilaku atau ketakwaannya. Diharapkan  jangan sampai masyarakat bisa mempengaruhi bergesernya ketakwaan individu. Oleh karena itu  individu bertakwa harus juga berada pada lingkungan masyarakat yang bertakwa juga. 


Masyarakat yang bertakwa akan menjadikan individu istiqomah dalam ketaatan dan saling memberikan support dan kekuatan sehingga bisa bersama dalam  ketakwaannya.


Peradaban kapitalisme-sekuler yang diemban masyarakat saat ini ternyata sulit untuk  mengistiqomahkan diri dalam ketakwaan. Bagaimana mungkin ketakwaan umat dapat terbentuk dalam sistem Kapitalisme ini yang aturannya semua berhukum pada manusia bukan berhukum pada Al-Qur'an dan Hadist yang menjadi pedoman umat. Al-Qur'an yang menjadi pedoman umat muslim jangan hanya dibaca saja dan dikaji tetapi harus dilaksanakan atau  diterapkan dalam kehidupan.


Hukum peradaban kapitalisme sekuler saat ini  telah melahirkan berbagai kerusakan dan kesengsaraan. Terbukti kerusakan moral  dengan berbagai kriminalitas banyak terjadi di masyarakat. Ketidakmampuan sistem ini menyelesaikan problematik di masyarakat membuat kesengsaraan pada masyarakat.  Belum lagi kerusakan alam terjadi dimana-mana maka peradaban tersebut nantinya pasti akan ditinggalkan yang kemudian akan berujung pada keruntuhan. Karena peradaban ini terbukti gagal menyelesaikan berbagai problematika kehidupan. 


Sepertinya hal nya saat ini AS juga dilanda keterpurukan. Banyaknya berbagai permasalahan bergejolak baik itu pada bidang  politik, ekonomi, sosial serta kondisi buruk  akibat dampak pandemi yang melandanya, Sehingga diprediksi akan mempercepat rangkaian fase kejatuhan ideologi kapitalisme tersebut.


Individu yang bertakwa harus memiliki masyarakat yang bertakwa. Tetapi kalau negara menerapkan  hukum yang digunakannya masih hukum buatan manusia dengan peradaban kapitalis sekuler saat ini rasanya sangat sulit untuk membentuk kepribadian bertakwa. 


Kepribadian bertakwa harusnya disertai dengan hukum yang benar sesuai dengan aturan sang pencipta yang tertuang dalam Al-Qur'an. Peradaban Islam harus dapat ditegakkan untuk bisa memiliki individu–individu ditengah masyarakat yang bertakwa.


Pentingnya Ketakwaan Sistemik


Spirit Ramadan hanya bisa terjaga jika negara juga bertakwa dengan menerapkan hukum sesuai dengan  syariat Islam Kaffah. Namun, selama negara masih mengadopsi sistem kapitalis sekuler akan sangat sulit menjaga spirit Ramadan. Maka menjaga spirit Ramadan yang benar adalah dengan terus mengedukasi umat agar Al-Qur'an yang sudah khatam dibaca selama Ramadan, diamalkan dan diterapkan oleh individu, masyarakat, dan negara.


Kemuliaan Ramadan akan tereduksi jika tidak didukung oleh ketakwaan sistemis, yang muncul justru kapitalis dan sekuler Ramadhan. Disini lah akhirnya perlu pentingnya adanya Khilafah. Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi kaum muslim di dunia untuk melaksanakan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru alam. Sejatinya, syariat secara kaffah tidak bisa dilepaskan dengan khilafah. Ini juga yang disampaikan oleh Hujjatul Islam Imam al-Ghazali: “Agama adalah pondasi, kekuasaan politik adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak ada pondasinya akan roboh. Sesuatu yang tidak ada penjaganya akan terlantar.”


Semoga setelah Ramadan tahun ini, Allah Swt. segera memberikan  pertolongan dengan tegaknya pemimpin atau khilafah di muka bumi ini. Semoga kaum muslim di seluruh dunia makin sadar dan menyatukan visi untuk berjuang menyambut kemenangan hakiki, yakni tegaknya Khilafah ala Minhaj an-Nubuwwah.


Wallahu alam bissawab.


Editor: Rens



Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)