Negeri yang Aman

Lulu nugroho
0


Oleh Lulu Nugroho



Beritakan.my.id, Opini -- Sebuah negeri yang aman dan senantiasa berada dalam curahan kasih sayang Allah, tentu akan melahirkan banyak kebaikan bagi rakyatnya. Terlebih lagi saat setiap individu menyadari bahwa tujuan kehidupannya adalah untuk beribadah kepada Allah, maka visi dan misi hidupnya tentu akan lurus terarah pada-Nya.

Namun hal ini sulit terwujud saat ini. Paham kebebasan yang diemban di negeri ini menjadikan setiap individu bebas berekspresi, beraktivitas, dan tidak membiarkan agama turut andil dalam mengatur perilaku di seluruh aspek kehidupan. Maka wajar akhirnya timbul banyak masalah, sebab aturan Allah tidak dijadikan sebagai panduan di sana.

Derasnya tayangan pornografi dan pornoaksi yang langsung menuju genggaman, masuk secara personal mengusik naluri (gharizah nau'). Media sosial menampilkan beragam tayang asusila yang bisa diakses oleh siapapun. Kontrol hanya ada pada invidu tersebut masing-masing. Masyarakat kelu, tak mampu lagi menasehati, malah ada yang menganggapnya sebagai hal biasa atau lumrah. Pun tak ada regulasi yang tegas untuk menghentikannya.

Hingga syahwat berkembang secara liar, menyasar siapa pun, bahkan orang-orang  terdekat yang sejatinya berada di dalam perlindungan. Sejalan dengan itu, kasus-kasus kekerasan seksual pun terus terjadi tanpa henti. Beragam versi dengan pelaku dari berbagai kalangan. Sungguh mengerikan, kehidupan serba bebas tidak hanya merusak, tapi juga ternyata melenakan. 

Mirisnya, mayoritas muslim yang berada di sini tampak rapuh, tanpa adanya ketakwaan dan kontrol diri. Bahkan sebagian dari mereka pun menjadi aktor kerusakan seperti guru, ustaz atau ilmuwan lainnya. Betapa ilmu tidak berbanding lurus dengan ketundukan kepada Allah Rab semesta alam.


Islam Melindungi Kehormatan

Dalam Islam, pencegahan kemudaratan harus didahulukan daripada meraih kemaslahatan. Ada langkah-langkah ekstrem, seperti yang telah dilakukan di beberapa negara yaitu melarang sama sekali internet, atau minimal penggunaannya dibatasi. Sebab pemerintah terus berdalih bahwasanya tayangan sensual tadi memang masuk dengan sendirinya dan sulit dihabisi.

Maka perlu adanya aturan yang jelas melalui kontrol negara, untuk mencegah stimulus tadi, baik dari internetnya atau dari media sosial. Jika di alam kebebasan, manusia boleh bertingkah laku apapun, tak peduli benar atau salah, baik atau buruk. Bisa jadi  kebaikan malah dikriminalisasi. 

Kekuatan global semacam inilah yang perlu diakhiri agar tak merusak tabi'ah (kebiasaan) kaum muslim yang cenderung pada kebenaran. Sebab dalam sistem kehidupan Islam manusia tunduk pada syariat, termasuk dalam pengaturan hubungan manusia.

Ada pemisahan ruang yakni kehidupan umum (hayatul am) dan kehidupan khusus (hayatul khas). Jenis interaksi dan pakaian pun dibatasi syariat, tidak bebas sekehendak hati. Ada kewajiban pemisahan kehidupan pria dan wanita pada kondisi tertentu (infishal), menundukkan pandangan (gadhul bashar), larangan berhias (tabarruj) dan bersepi-sepi (khalwat).

Pun perlu ada batasan yang jelas tentang tanggung jawab pengasuhan (hadhanah) dan nafkah (wali). Hingga setiap peran sadar betul tanggung jawab dan tugasnya di hadapan Asy-Syari'. Begitu pula perlu adanya sistem persanksian yang ditegakkan negara, yang bersifat penebus (jawabir) dan pencegah (zawajir), hingga manusia enggan bermaksiat kepada Allah ta'ala.

Inilah yang menjadi perkara mendesak saat ini yakni perlu adanya tatanan dunia baru, yang akan memberangus arus liberal, dan mengubahnya menjadi suasana yang penuh dengan keimanan (jawul iimany). Melalui pengaturan Islam, sebuah negeri akan aman, masyarakat lebih beradab, menjunjung nilai kebenaran hakiki yang datangnya dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Allahumma ahyanaa bil Islam.

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)