![]() |
Ilustrasi : Suasan Haji. Sumber : iStock. |
Oleh : Rahmi Lubis
Ibadah haji adalah simbol ketaatan kepada Allah SWT sekaligus simbol persatuan umat Islam sedunia, dimana ibadah haji akan menyatukan kaum muslimin dari berbagai penjuru dunia tanpa memandang perbedaan ras, bahasa, atau status sosial. Semuanya mengenakan pakaian ihram yang sama, juga melakukan ritual yang sama dan berdoa kepada Tuhan yang sama.
Namun sayang, semangat persatuan yang dibawa dalam ibadah haji hanyalah bersifat temporal, karena hanya dilandasi dengan perasaan dan euforia berhaji, setelah kembali ke negerinya masing-masing, kaum muslimin pun kembali menjadi umat yang terpecah-belah oleh batas-batas nasionalisme dan negara-bangsa (nation-state). Akhirnya, persatuan hakiki umat Islam sedunia masih jauh panggang dari api.
Adanya batas nasionalisme dan nation state merupakan konsekuensi dari penerapan sistem kapitalisme global di seluruh negeri-negeri muslim. Sekalipun seluruh kaum muslimin menyetujui bahwa ka’bah merupakan simbol kemuliaan Islam, namun ironinya kaum muslimin mengabaikan kemuliaan darah saudaranya.
Dengan paham nasionalisme, kaum muslimin terdiam saat Palestina yang terus dibantai oleh entitas yahudi zionis. Para pemimpin negeri-negeri muslim juga terus menerus menjadi ‘umalak (kaki tangan) penjajah Barat, yang dengan teganya berjabat tangan dan bekerja sama dengan Amerika Serikat yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin.
Oleh karenanya, persatuan umat Islam haruslah dibangun diatas satu aqidah yang sama, yaitu aqidah Islam. Persatuan yang dibangun diatas aqidah Islam akan menciptakan persatuan yang sesungguhnya, dimana saat ada kaum muslimin lain dizalimi dan dibantai, maka semangat jihad langsung bergelora di dada-dada seluruh kaum muslimin. Karena kaum muslimin memahami bahwa kezaliman dan penjajahan fisik hanya dapat dihentikan dengan jihad fii sabilillah.
Dalam QS At-Taubah: 19 secara tegas Allah SWT berfirman:
أَجَعَلۡتُمۡ سِقَایَةَ ٱلۡحَاۤجِّ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَجَـٰهَدَ فِی سَبِیلِ ٱللَّهِۚ لَا یَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا یَهۡدِی ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّـٰلِمِینَ
Artinya: “Apakah kalian menganggap upaya memberi makan dan minum orang yang berhaji serta membangun Masjid al-Haram sama (derajatnya) seperti orang yang mengimani Allah dan Hari Akhir serta berjihad di jalan Allah? Tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan hidayah kepada kaum yang zalim?”
Dalam sebuah riwayat hadis, Ibnu Abbas ra. pernah berkata, saat
memandang Ka’bah, Rasulullah saw. Pun bersabda, “Selamat datang, wahai
Ka’bah. Betapa agungnya engkau dan betapa agung kehormatanmu. Akan tetapi,
seorang Mukmin lebih agung di sisi Allah daripada engkau.” (HR al-Baihaqi dalam
Syu’ab al-Iman).
Dalil-dalil diatas merupakan pengingat dan merupakan seruan, bahwa
Allah dan Rasul-Nya lebih mencintai kaum muslimin dan membenci apabila darah
kaum muslimin tumpah tanpa haq.
Inilah yang harus diperjuangkan dan diwujudkan, yaitu persatuan umat
diatas aqidah Islam, yang akan membebaskan kaum muslimin dan seluruh
negeri-negeri Islam dari segala bentuk penjajahan kaum kafir, baik itu berupa
penjajahan fisik maupun penjajahan pemikiran.
Semoga momentum haji tahun ini menjadi momentum persatuan umat Islam
secara keseluruhan, hingga seluruh kaum muslimin menjadi khairu ummah (umat
yang terbaik), insyaallah.
Allahu’alam.
_Editor : Vindy Maramis_