Ilustrasi Pinterest
Oleh: Julia Ummu Adiva Farras
Beritakan.my.id, Opini_ Lagi dan lagi penghinaan kepada Nabi berulang, seakan tak jera. Kali ini datang dari Negara Turki, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, 05/07/2025 kartunis majalah satir ditangkap otoritas Turki yang menerbitkan ilustrasi yang dinilai menyinggung agama karena dianggap menggambarkan Nabi Muhammad saw dan Nabi Musa as. Ilustrasi kontroversial menampilkan dua sosok berjabat tangan di langit dengan latar belakang konflik bersenjata. Banyak pihak menilai gambar itu menyerupai Nabi Muhammad saw dan Nabi Musa as. Kartun tersebut memicu kecemasan luas dari pemerintah dan kelompok konservatif. Termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan ini termasuk "provokasi keji" dan menegaskan bahwa pemerintah tak akan mentolerir penghinaan terhadap nilai-nilai sakral bagi umat Islam.
Setelah tersebar luas, barulah majalah LeMan mengeluarkan pernyataan permintaan maaf kepada pembaca yang tersinggung, isi klarifikasinya di X mereka mengatakan bahwa kartun tersebut dimaksudkan tidak untuk menggambarkan Nabi Muhammad saw, melainkan ingin menyoroti penderitaan seorang pria muslim atas korban serangan dari zionis Israel. Hal ini memantik beberapa orang turun ke jalan untuk memprotes majalah LeMan tersebut sebagai upaya pembelaan seorang muslim, tentu tidak akan diam ketika penghinaan terhadap nilai-nilai Islam terus di senggol.
Termasuk di Perancis, majalah ateis Charlie Hebdo yang membuat geram kaum muslim se dunia terus berulah dalam menerbitkan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw, bahkan Charlie Hebdo pun menggelar kontes membuat kartun yang mengejek Tuhan.
Pada tahun 2005 datang dari Denmark Jyllands-Posten yang menerbitkan kartun Nabi Muhammad saw. Dan masih banyak lainnya jika melihat catatan noda hitam atas tangan keji para kartunis penghina Nabi Muhammad saw.
Kasus penghinaan Nabi Muhammad saw akan terus berulang sepanjang sejarah, kasus ini bersifat abadi. Bukan temporal. Ini semua karna bobroknya sistem Demokrasi yang diterapkan. Dalam sistem Demokrasi kebebasan bagi setiap individu dijamin, termasuk dalam kebebasan berekspresi. Maka tidak heran jika melihat banyak perilaku seenak jidatnya tanpa terikat oleh hukum. Mereka menganggap bahwa dirinya akan di berikan ruang dalam berekspresi dan berbuat sesuai dengan kemauannya tanpa batasan.
Namun tidak banyak kebanyakan kaum muslim juga yang masih melek dan memaknai Islam bukan hanya sekedar agama, melihat banyak masyarakat sipil yang masih andil dalam mengkritik maupun turun aksi berupaya dan mendesak pemerintah khususnya bersikap tegas dan adil bagi pelaku yang menista agama. Bukan justru dibungkam dalam kebebasan berpendapat.
Saat ini umat Islam tercerai berai, banyak jumlahnya namun seperti buih di lautan. Mereka terpecah belah yang seharusnya bersatu padu dan berdiri diatas kalimat prinsip yang sama dengan aqidah Islam.
Padahal jika ditelisik lebih jauh Negara Barat seakan-akan bersatu, bersatu melawan Islam. Sampai hari akhir pun mereka tak akan ridho. Perbuatan-perbuatan nya mencerminkan bagaimana semangat salibisme dan permusuhan terhadap kaum muslim tak pernah padam. Mereka akan membuat makar dan upaya bagaimana kaum muslim tidak akan bersatu.
Syekh Taqiyuddin an-Nabhani menggambarkan aktivitas mencintai Rasulullah saw. ini di dalam kitab Daulah Islam, Bab “Penyelesaian Guncangan di Dalam Negeri”, mengenai kisah peristiwa Raji’. Dalam peristiwa tersebut, beliau saw. mengutus enam orang sahabatnya untuk mendampingi sekelompok kecil dari kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail. Kabilah tersebut meminta Rasulullah saw. agar mengirimkan para sahabat untuk membacakan Al-Qur’an kepada mereka dan mengajarkan mereka tentang syariat Islam. Namun sayang, kabilah tersebut mengkhianati para sahabat Rasulullah saw. hingga tiga orang di antaranya syahid, sedangkan tiga lainnya ditawan.
Salah satu sahabat yang diutus oleh Rasulullah saw. pada peristiwa tersebut adalah Zaid bin Datsinah. Zaid menjadi salah satu tawanan yang dijual oleh Bani Hudzail ke Makkah. Zaid kemudian dibeli oleh Shafwan bin Umayyah untuk dibunuh sebagai tebusan bapaknya, yaitu Umayyah bin Khalaf yang tewas saat Perang Badar.
Ketika Zaid akan dibunuh, Abu Sufyan bertanya kepadanya, “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang jika Muhammad berada di tangan kami menggantikan tempatmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?” Zaid menjawab, “Demi Allah! Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sedangkan aku duduk-duduk dengan keluargaku.” Abu Sufyan amat terkejut dan berkata, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muhammad kepada Muhammad.” Kemudian Zaid pun dibunuh.
Demikianlah gambaran rasa cinta para sahabat kepada Rasulullah saw. Mereka akan menjadi orang-orang pertama yang berkorban demi Rasulullah saw. Mereka tidak rela Rasulullah saw. menderita, apalagi sampai dihina oleh orang-orang kafir. (Mnews, 10/07/2025)
Sungguh ketegasan Islam terhadap penghina Nabi Muhammad saw akan di hukumi secara adil. Karna dalam peradaban Islam dibangun atas dasar Aqidah yang lurus yaitu Aqidah Islam. Peradaban Islam tidak dibangun atas asas manfaat, untung rugi dan materi semata. Terlebih untuk memuaskan nafsu kebebasan. Peradaban Islam seperti lentera yang menyinari dunia yang merefleksikan hukum secara praktis dalam penerapannya, sehingga mampu menjaga kemuliaan Islam dengan penerapan hukumnya di dalam sendi kehidupan. Sepanjang sejarah telah membuktikan selama 13 abad. Islam memiliki sanksi tegas yang menjerakan pelaku bagi penghina Nabi Muhammad saw baik penghinaan tersebut langsung maupun tidak langsung.
Wallahu a'lam bish-shawab [].