Suramnya Masa Depan Generasi dalam Sistem Sekuler

Lulu nugroho
0

Ilustrasi Dragonfly Mage
Oleh: Essy Rosaline Suhendi


Beritakan.my.id, Opini_ Lima orang berstatus pelajar ditangkap oleh Unit Reskrim Polsek Metro Penjaringan sebab mereka membegal truk ekspedisi. Para pelaku tidak hanya mengambil barang korban, tapi juga merusak kendaraannya dan melukai supir truk ekspedisi tersebut, padahal korban sudah lansia. Mereka mengakui akan melakukan tawuran namun karena jalanan sepi mereka berubah menjadi menjadi aksi pembegalan (www.beritasatu.com, 08/08/25)

Sedangkan di daerah Tangerang Selatan, sejumlah 54 pelajar diamankan polisi setelah warga sekitar makam kawasan Cilenggang, Tangerang Selatan melapor pada polisi sebab banyak remaja ramai berkumpul malam-malam disana. Polisi curiga mereka hendak melakukan tawuran hingga setelah di cek, di temukan enam cerulit, satu bom molotov, dan 25 sepeda motor. Akhirnya, mereka pun mengakui hendak melakukan tawuran pada saat itu di daerah Kedawung namun gagal karena dicegah oleh polisi (www.kompas.com, 09/08/25).

Miris, di usia yang seharusnya dipakai untuk fokus menuntut ilmu dan menggapai cita-cita luhur, justru banyak pelajar yang terlibat tawuran. Dua fakta diatas hanya persoalan tentang tawuran, belum lagi banyak juga pelajar yang terjerat narkoba, pergaulan bebas, hingga pembunuhan.


Kejahatan Remaja Merajalela dalam Sistem Sekuler

Perbuatan kriminal yang dilakukan oleh remaja saat ini bukan tanpa sebab. Mereka dibayangi oleh kecemasan dan ketakutan akibat tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Gaya orang tua dalam mendidik pun dipertanyakan, karena beberapa orang tua ada yang melepas tanggung jawab pengasuhan dan menyerahkan pendidikan anaknya hanya pada sekolah.

Ayah sibuk mencari nafkah akibat kebutuhan hidup yang mahal, dan ibu pun terkadang ada yang ikut banting tulang sebab nafkah dari suami tidak mencukupi. Akhirnya anak menjadi korban atas pengabaian orangtua dan mencari pelarian. Sayangnya pelarian yang dipilih justru adalah sebuah keburukan yang berujung pada perilaku yang tidak patut.

Sedangkan, sekolah pun memiliki visi misi pendidikan yang terasa condong hanya cukup melahirkan para alumnus yang siap mencari uang. Akhirnya pelajar hanya terfokus pada hasil, ingin mendapatkan nilai yang bagus agar saat lulus tidak susah cari kerja.

Sudahlah para pelaku yang masih pelajar ini juga kebal hukum karena masuk kategori anak di bawah umur, juga diperburuk dengan lingkungan sosial yang individualis, minim empati dan rawan bullying menjadikan anak semakin depresi dan tak terkendali hingga berujung melakukan bunuh diri, tindakan kekerasan atau kriminal. Seakan, masa depan generasi akan suram jika negara mempertahankan sistem sekuler sebagai aturan negara.


Tinggalkan Sekularisme

Sekularisme adalah sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan, negara hanya membolehkan bawa-bawa agama pada ranah ibadah ritual semata. Akhirnya, masyarakat termasuk pelajar berhak memilih aturan Islam layaknya hidangan prasmanan, yang tidak suka, tidak diambil dan yang disukai akan dipilih.

Sistem ini juga menjadikan manusia bebas melakukan perbuatan berdasarkan asas manfaat bukan hukum syara. Sehingga, banyak manusia yang menentukan baik dan buruk menggunakan hawa nafsu atau prasangka.

Akibatnya, seorang muslim menjadi terjebak dalam lingkungan tidak Islami dan memiliki pemahaman agama yang minim. Selain itu, negara juga kurang memfilter media tontonan yang beredar di masyarakat. Padahal, foto atau tayangan pornoaksi, pornografi, dan kekerasan dapat memicu terjadinya tindakan asusila dan kriminal.

Untuk itulah, perlu ada perubahan struktural pada sistem yang diterapkan dalam kehidupan manusia. Sistem yang bisa menyelamatkan manusia dari kegelapan menuju cahayanya, sehingga manusia mampu menyelesaikan permasalah hidupnya dengan cara yang sesuai dengan norma agama.

Walaupun mayoritas agama di Indonesia adalah muslim, tapi nyatanya tidak mampu menciptakan pemahaman dan perasaan Islam, karena dibayangi sistem sekuler. Adalah pilihan yang bijak, ketika seorang muslim menjaga agamanya tidak hanya untuk hubungan habluminallah saja, tapi juga habluminnanafsi dan habluminnanas.

Ketiga hubungan tersebut mustahil dapat dijalankan tanpa adanya sistem pemerintahan yang mewadahi, oleh karenanya penerapan Islam secara sempurna butuh peran negara sebagaimana dulu di masa kepemimpinan Rasulullah Saw dan juga kekhalifahan Islam.


Islam, Mewujudkan Masa Depan Cerah

Saat itu, Islam bukan hanya sekadar agama tapi juga ideologi negara. Aturan yang terpancar dalam sistem pemerintahan Islam berasal dari Allah SWT, yakni Al Qur'an dan As Sunnah. Semenjak wafatnya Rasulullah Saw, kepemimpinan Islam berpindah pada Khulafaur Rasyidin dan berlanjut hingga Kekhalifahan Utsmani. Bahkan, Islam terbukti menjadi peradaban yang dapat bertahan selama hampir 14 abad lamanya dan menguasai 3/4 dunia.

Ketika negara menerapkan Islam secara menyeluruh, maka aqidah Islam akan menjadi dasar dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam kurikulum pendidikan, sehingga mata pelajaran yang diberikan tidak mengandung tsaqofah dan pemahaman di luar Islam. Akan tetapi, terkait kemajuan teknologi, Islam membuka peluang lebar dengan catatan dapat dimanfaatkan untuk hal bermanfaat seperti menambah pengetahuan atau memajukan peradaban Islam.

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak para pelajar berkepribadian Islam yaitu memiliki pola sikap dan pola pikir Islam, sehingga semua permasalahan hidup yang dialami akan mudah selesai sebab solusi yang diambil hanya berasal dari Islam. Maka adalah sebuah keniscayaan, generasi yang terlahir dari Kekhalifahan Islam seperti Imam Syafi'i, Bukhari Muslim, Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Fatimah Al Fihri dan masih banyak lagi, namanya mampu mendunia karena sosok yang terlahir adalah para ahli dan penemu yang juga faqqih pada agamanya.

Khalifah juga memiliki tanggung jawab dalam mengelola seluruh pemasukan negara yang berasal dari harta ghanimah, fa'i, kharaj, dan pengelolaan sumber daya alam. Islam melarang terjadinya swastanisasi SDA, karena SDA termasuk ke dalam harta kepemilikan umum yang wajib dikelola negara dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat.

Untuk itulah, pemasukan negara salah satunya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi hak pendidikan seluruh warga negara, karena pendidikan adalah salah satu tanggung jawab negara. Maka negara akan memastikan, seluruh warganya mendapatkan akses pendidikan dengan mudah, gratis dan berkualitas. Bukan hanya itu, fasilitas pendidikan seperti laboratorium, perpustakaan, dan sebagainya akan diberikan negara secara maksimal demi menunjang terlahirnya para penemu dan ilmuan yang mumpuni.

Dengan begitu, peran orang tua, sekolah dan negara akan bersinergi mendidik generasi sejak dini dengan pendidikan akidah Islam. Sehingga, anak akan senantiasa terlindungi dan terjaga fitrahnya dari sejak kecil dalam lingkup keluarga ataupun masyarakat, hingga siap menjadi generasi tangguh, beriman dan bertakwa yang memiliki tujuan hidup mulia yakni beribadah kepada Allah dan fokus mengejar ridho Nya. Maka dari itu, hanya sistem kekhalifahan Islam yang mampu menyelamatkan generasi dari masa depan suram menuju terang benderang. Wallahu'alam bishowab
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)