![]() |
| Sumber Ilustrasi : iStock. |
Oleh : Ade Surya Ramayani
Fenomena meningkatnya keterlibatan generasi muda, khususnya Gen-Z, dalam menyuarakan kritik sosial—baik di jalanan maupun di media sosial—menunjukkan adanya energi besar yang tidak bisa diabaikan. Menurut psikolog Anastasia Satriyo, Gen-Z memilih menyampaikan aspirasi dengan gaya khas: melalui meme, poster kreatif, estetika visual, dan platform digital, alih-alih melakukan aksi destruktif. Sedangkan Prof. Rose Mini Agoes Salim menyoroti fenomena meningkatnya keterlibatan remaja dalam demonstrasi yang rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum matang.
Analisis psikologi modern ini cenderung diarahkan untuk “mengelola” perilaku pemuda agar sesuai dengan pola pikir kapitalisme: menyalurkan keresahan secara ekspresif tapi tetap dalam koridor sistem yang ada, sehingga tidak sampai menimbulkan ancaman politik serius bagi status quo. Padahal, manusia sejak awal penciptaan memiliki naluri baqa’ (naluri mempertahankan diri) yang membuat mereka menolak kezaliman, dan mereka membutuhkan solusi hakiki yang benar-benar menghapus kezaliman, bukan sekadar mengelola emosi.
Islam dan Fitrah Perubahan
Islam memandang manusia sebagai makhluk dengan khasiatul-insān (sifat khas manusia) yang membutuhkan pemenuhan sesuai tuntunan syariat, bukan tuntunan psikologi sekuler. Allah berfirman:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rûm: 30)
Fitrah ini menuntun manusia untuk mencari kebenaran dan menolak kezaliman. Namun, fitrah hanya bisa terjaga dengan aturan Allah. Jika tidak, ia akan dipelintir oleh kepentingan ideologi selain Islam, seperti kapitalisme atau sosialisme.
Muhasabah Lil-Hukkām: Jalan Perubahan yang Hakiki
Islam telah menetapkan mekanisme perubahan melalui muhasabah lil-hukkām—menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa. Allah berfirman:ن
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” (QS. An-Nahl: 125)
Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya kepada kebaikan dan melarangnya dari kemungkaran, kemudian penguasa itu membunuhnya.” (HR. al-Hakim, al-Thabrani)
Dari sini jelas bahwa Islam tidak membatasi peran pemuda hanya pada ekspresi kreatif atau aktivisme simbolik, melainkan memimpin perjuangan menegakkan kebenaran di hadapan penguasa zalim, sekalipun berisiko nyawa.
Pemuda: Garda Terdepan Taghyir
Sejarah Islam membuktikan bahwa pemuda adalah motor perubahan.
• Mush’ab bin ‘Umair, pemuda Mekah yang cerdas dan berani, diutus Rasulullah ﷺ sebagai duta pertama ke Madinah. Melalui tangannya, Islam tersebar hingga berdirilah masyarakat Islam pertama.
• Ali bin Abi Thalib, masih remaja ketika menjadi orang pertama dari kalangan pemuda yang memeluk Islam dan turut dalam perjuangan sejak awal.
• Generasi sahabat muda lainnya berani menentang sistem jahiliyah, bukan dengan kompromi, melainkan dengan membangun tatanan baru berbasis Islam.
Ini membuktikan bahwa energi pemuda adalah faktor penentu dalam perubahan hakiki (taghyir), bukan sekadar penggembira atau pengikut.
Kritik terhadap Pendekatan Kapitalistik
Pendekatan psikologi kapitalistik yang memetakan karakteristik Gen-Z untuk “dikelola” agar tidak menimbulkan konflik hanyalah strategi melanggengkan sistem zalim. Gen-Z diarahkan agar sibuk dengan ekspresi identitas, pencarian jati diri, dan estetika visual, sementara kesadaran politik mereka ditumpulkan.
Padahal, persoalan utama yang dihadapi umat manusia hari ini bukan soal bagaimana generasi muda menyalurkan emosinya, tetapi sistem kehidupan kapitalisme-sekuler yang menindas. Selama akar masalah ini tidak diselesaikan, keresahan pemuda hanya akan berputar dalam lingkaran tanpa ujung.
Islam Kaffah: Solusi Kebangkitan
Solusi hakiki adalah kembali kepada Islam secara kaffah. Hanya dengan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan—politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan budaya—kehidupan manusia akan kembali normal, adil, dan bermartabat.
Generasi muda, khususnya Gen-Z Muslim, harus menyadari peran strategis mereka:
1. Membangun kesadaran politik Islam bahwa perubahan sejati bukan dengan tambal sulam kapitalisme, tetapi dengan penerapan syariat Islam kaffah.
2. Melakukan dakwah taghyir: amar ma’ruf nahi munkar kepada masyarakat dan muhasabah lil-hukkām kepada penguasa zalim.
3. Menjadi pelopor kebangkitan umat, sebagaimana para pemuda sahabat Rasulullah ﷺ yang rela meninggalkan kenikmatan dunia demi tegaknya Islam.
Kesimpulan
Gen-Z saat ini sedang menunjukkan potensi besar dalam menyuarakan keresahan. Namun, bila hanya diarahkan dalam bingkai kapitalisme, energi itu akan terbuang sia-sia. Islam memberikan kerangka perubahan yang jelas: muhasabah lil-hukkām, perjuangan bersama umat, dan penerapan Islam kaffah sebagai solusi menyeluruh.
Sejarah membuktikan bahwa pemuda adalah garda terdepan kebangkitan. Kini saatnya Gen-Z Muslim mengambil peran itu—bukan hanya sebagai generasi digital yang pandai membuat meme dan poster, melainkan sebagai generasi penegak kebenaran yang memimpin umat menuju perubahan hakiki.
---
Editor : Vindy Maramis
