Potensi Kebangkitan di Tangan Pemuda

Lulu nugroho
0
Ilustrasi Pinterest
Oleh Siska Juliana



Beritakan.my.id, Opini_ Rangkaian demonstrasi yang terjadi sepanjang Agustus 2025 menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya, demonstrasi tersebut diwarnai dengan aksi anarkis dan kekerasan. Di samping itu, adanya keterlibatan generasi Z bahkan anak-anak yang masih di bangku SMP dan SMA. 

Misalnya saja peristiwa yang terjadi di Banten. Sebanyak 14 remaja ditangkap oleh polisi karena kedapatan membakar pos polisi. Mapolresta Serang terancam dilempari oleh molotov. Ironisnya, mereka adalah anak-anak baik yang larut dalam kerumunan massa dan terjerumus dalam aksi anarkis. Fenomena serupa juga terjadi di Surabaya, sebanyak 26 pelajar ditangkap karena terlibat demonstrasi berujung ricuh. (kompas.com, 04-09-2025)

Pola Perilaku Gen Z

Generasi yang lahir antara tahun 1997 sampai 2012 disebut Gen Z. Artinya, usia mereka berkisar 13 hingga 28 tahun. Ada yang masih sekolah, menempuh kuliah, dan sisanya sudah bekerja. Mereka sudah terbiasa dengan gawai dan internet sebab telah hidup dalam lingkungan digital. Mereka juga memiliki karakter yang khas di antaranya kritis, berani, cepat menyerap informasi, serta haus validasi. Validasi sering diukur dari jumlah like, komen, atau views di media sosial. 

Mereka juga sering terjebak fenomena fear of missing out (FOMO). Inilah yang terjadi pada aksi demonstrasi yang lalu. Mereka turun ke jalan, ambil bagian dalam aksi agar tidak dicap ketinggalan zaman. Alhasil, banyaknya remaja yang tertangkap mencerminkan rentannya psikologis.

Gen Z dalam Demonstrasi  

Di balik segala kekurangannya, energi Gen Z juga banyak menampakkan sisi positif. Pada aksi di bulan Agustus-September 2025, mereka turut membagikan informasi seputar aksi dan tuntutan masyarakat di media sosial. Salah satunya adalah tren foto profil berwarna pink dan hijau. 

Psikolog anak dan remaja Anastasia Satriyo, M.Psi., Psikolog mengamati ekspresi dan cara Gen Z dalam menghadapi tekanan. Mereka menjalani politik dengan estetika dan ekspresi diri. Suasana tegang di jalanan saat aksi demo, diolah menjadi bahan komedi. Humor bukan hanya sekadar bahan hiburan, tetapi membuatnya tahan terhadap tekanan. 

Mereka bersikap tegas tanpa harus agresif. Di sisi lain, mereka juga peduli terhadap berbagai isu. Artinya, Gen Z bukan sekadar ikut-ikutan melainkan dilandasi nilai yang jelas. Melalui demonstrasi mereka ikut memperjuangkan kesetaraan, keberlanjutan, dan HAM.

Pemuda Jangan Berdiri untuk Demokrasi 

Demokrasi niscaya tidak akan memberi ruang untuk perubahan. Peran agama dipinggirkan dalam kehidupan. Akhirnya, penyimpangan seksual, narkoba, tawuran, vandalisme, anarkis, FOMO, insecure, mentall illness, flexing, hedonisme, dan sebagainya sangat melekat dengan kehidupan remaja saat ini. 

Jati diri pemuda hilang akibat sistem demokrasi sekuler yang diterapkan di berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam sistem pendidikan. Pemuda hanya tampil sebagai boneka untuk kepentingan oligarki, penguasa, bahkan asing.

Oleh karena itu, pemuda tidak boleh berdiri untuk demokrasi. Semestinya pemuda berdiri untuk Islam, menjadi agen perubahan dalam naungan syariat-Nya agar negeri ini menjadi sejahtera. Potensi pemuda harus diarahkan untuk menentang segala kebijakan yang dilegalkan demokrasi karena semua itu yang menyebabkan keterpurukan di tengah masyarakat. Pemuda memiliki peran strategis sebagai lokomotif utama dan perubahan, serta tegaknya peradaban Islam. 

Pemuda dan Politik Islam 

Islam mewajibkan aktivitas politik dilakukan oleh para pemuda. Aktivitas politik salah satunya yaitu mengoreksi kebijakan penguasa yang tidak membela kepentingan umat atau saat penguasa lalai terhadap tugas utamanya dalam mengurusi urusan umat. 

Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar kepada pemimpin yang zalim.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Dawud, An-Nasa’i, Al-Hakim)

Pemuda tidak boleh diam. Mereka harus berdiri melawan kezaliman, berbicara yang hak, serta memaksimalkan semua potensi keimanan, kecerdasan, dan keberaniannya. Sejarah mengungkap pemuda-pemuda yang berani, bertindak cepat, dan mengubah dunia.

Al-Qur’an telah merekam kisah keberanian para pemuda Kahfi hingga mereka mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah Swt.

Muhammad Al-Fatih, seorang pemuda berusia 21 tahun yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang saat itu menjadi benteng terkuat di dunia. Beliau tidak lahir dengan takdir kemenangan, tetapi melayakkan dirinya untuk itu. Beliau berjuang dengan akidah yang kokoh, keyakinan kepada Allah yang tidak tergoyahkan, dan visi besar untuk Islam. 


Agar gerakan para pemuda terarah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:

Pertama, memahami dengan keimanan bahwa Islam adalah agama paripurna yang mengatur urusan dunia dan akhirat, bukan sekadar spiritual.

Kedua, mengkaji Islam sebagai ideologi, bukan hanya ilmu pengetahuan.

Ketiga, senantiasa berpihak pada Islam, bukan netral, apalagi memutarbalikkan ajaran Islam demi mendapatkan keuntungan. Mereka tidak mengambil nilai-nilai demokrasi, tetapi memiliki nilai politik islami.

Keempat, ikut serta dalam dakwah Islam untuk tegaknya Islam kafah di bawah naungan Khilafah.

Khatimah 

Pemuda hari ini hidup di zaman yang penuh tantangan, yaitu banyak yang berusaha melemahkan semangat dan menggoyahkan akidahnya. Akan tetapi, di sinilah peran pemuda dibutuhkan sebagai bagian dari masa depan umat. Mari kita sambut janji Allah Swt. dan bisyarah Rasulullah saw.. Saatnya pemuda memantaskan diri untuk itu. Wallahu'alam bishshawab
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)