Setiap Anak adalah Pembuka Kebahagiaan dan Kebaikan

Lulu nugroho
0


Ilustrasi Mom Xoan
Oleh Nadisah Khairiyah




Beritakan.my.id, Opini_ Allah ﷻ adalah Dzat yang Maha Baik lagi Maha Penyayang. Kasih-Nya begitu luas, hingga ketika sebagian orang khawatir tak mampu memberi makan anak-anaknya, Allah menenangkan hati mereka dengan firman-Nya yang penuh kelembutan:

وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا

"Janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Kami-lah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.”
(QS al-Isra’ [17]: 31)

Ayat ini menunjukkan betapa besar cinta Allah ﷻ kepada setiap hamba-Nya, sekaligus pengingat bahwa setiap kehidupan anak adalah pembuka kebahagiaan dan kebaikan, bukan beban yang boleh diakhiri. Allah tidak ingin manusia terjerumus ke dalam keputusasaan, karena Dia-lah yang telah berjanji menjamin kehidupan seluruh makhluk-Nya.

Namun, di tengah beratnya tekanan hidup, sebagian orang yang hatinya terluka, lupa akan kasih sayang-Nya, hingga putus asa menutup mata mereka dari harapan. Mereka tidak benar-benar ingin mengakhiri hidup mereka hanya ingin rasa sakit itu berhenti.

Nestapa yang Menyeret pada Keputusasaan

Beberapa waktu lalu, masyarakat dikejutkan oleh berita pilu dari Kabupaten Bandung. Seorang ibu nekat mengakhiri hidupnya namun sebelum itu, ia terlebih dahulu meracuni dua anaknya agar mereka “pergi bersama”. Tindakan tragis ini lahir dari keputusasaan akibat tekanan kemiskinan dan himpitan masalah rumah tangga.

Peristiwa tersebut menambah panjang daftar kasus bunuh diri yang menyeret anak-anak sebagai korban. Di Kabupaten Sukabumi, kemiskinan juga merenggut nyawa seorang anak yang tubuhnya dipenuhi ratusan cacing gelang. Sang ibu menderita gangguan jiwa, sementara sang ayah mengidap TBC dan kesulitan berobat karena tidak memiliki Kartu Keluarga maupun BPJS Kesehatan.

Angka Bunuh Diri terus Meningkat

Tragedi-tragedi semacam ini bukan kasus tunggal. Data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Bareskrim Polri menunjukkan tren peningkatan kasus bunuh diri secara signifikan:

* Tahun 2022 tercatat 887 jiwa
* Tahun 2023 meningkat menjadi 1.288 kasus
* Tahun 2024 mencapai 1.023 kasus
* Hingga Mei 2025 saja, sudah ada 600 kasus bunuh diri

Angka sesungguhnya diduga jauh lebih tinggi. Indonesian Association for Suicide Prevention (INASP) mencatat tingkat underreporting kasus bunuh diri di Indonesia bisa mencapai 300% jauh di atas rata-rata dunia yang hanya 0–50%. Artinya, ada begitu banyak penderitaan yang tak pernah tercatat, tetapi nyata terjadi di tengah masyarakat kita.

Salah satu faktor kuat yang melatarbelakangi fenomena ini adalah kemiskinan. Komnas Perempuan mencatat, kemelaratan kerap menjadi pemicu filisida maternal yakni pembunuhan anak oleh ibu kandungnya sendiri. Tak tega melihat anak terus menderita dalam kemiskinan, sebagian ibu memilih jalan keliru: mengakhiri hidup anak-anak mereka.

Larangan Bunuh Diri: Bukti Cinta Allah dan Rasul-Nya

Karena cinta-Nya yang tak pernah pudar, Allah ﷻ menegaskan agar manusia tidak melukai apalagi mengakhiri hidupnya sendiri:

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepada kalian.”
(QS an-Nisa’ [4]: 29)

Rasulullah ﷺ pun memperingatkan:

Siapa saja yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, ia akan diazab dengan sesuatu itu pada Hari Kiamat.”
(HR al-Bukhari dan Muslim)

Larangan ini bukan semata ancaman, tetapi bukti kasih sayang Allah dan Rasul-Nya agar manusia tidak terjatuh dalam azab akibat keputusasaan. Setiap jiwa harus diselamatkan dengan cara mencegah sebab-sebab yang menjerumuskannya. Karena itu, Islam tidak hanya melarang, tetapi juga membangun sistem yang menyejahterakan, agar umat tidak kehilangan harapan.

Teladan Nabi ﷺ: Membangun Sistem Kesejahteraan

Beliau membentuk sistem sosial yang menjamin kebutuhan dasar setiap warga,pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan, sebagai hak, bukan sekadar belas kasihan. Zakat, sedekah, infak, dan berbagai instrumen baitulmal dikelola negara untuk memastikan tidak ada satu pun warga yang dibiarkan kelaparan, terlantar, atau putus asa.

Dengan sistem inilah Rasulullah ﷺ berhasil menciptakan masyarakat penuh harapan, tempat setiap jiwa merasa hidupnya berharga dan masa depannya layak diperjuangkan.

Meneladani Nabi ﷺ: Membangun Harapan Bersama

Hari ini, kita perlu kembali meneladani Rasulullah ﷺ: membangun masyarakat yang saling menolong, negara yang menjamin kesejahteraan, dan lingkungan yang menumbuhkan harapan bukan keputusasaan.

Sebab, setiap jiwa begitu berharga di mata Allah ﷻ. Dan cinta-Nya menuntun kita untuk saling menyelamatkan kehidupan.

و الله اعلم بالصواب

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)