Ilustrasi Pinterest
Oleh Nining Sarimanah
Beritakan.my.id, Opini_ Beberapa waktu lalu, aksi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menuai heboh publik. Pasalnya, dalam video yang beredar, KDM menemukan fakta bahwa sumber air AQUA berasal dari pengeboran sumur dalam, bukan dari mata air pegunungan yang selama ini dipromosikan di televisi.
Viralnya video tersebut berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat. Para konsumen yang selama ini menggunakan air bermerek AQUA merasa dibohongi. Karena itu, pihak AQUA/Danone segera mengklarifikasinya bahwa sumber air yang digunakan AQUA dari akuifer dalam (kedalaman 60-140 meter), bukan dari air permukaan atau air tanah dangkal.
Proses penentuan sumber airnya pun dilakukan oleh tim ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti geofisika, geologi, hidrogeologi, dan mikrogeologi. Karena itu, akuifer terlindungi dari kontaminasi aktivitas manusia dan tidak menggangu air yang dimanfaatkan masyarakat.
Terlepas dari polemik sumber air AQUA, kini publik mengetahui bahwa selama ini, sumber air telah dikuasai swasta. Tak hanya AQUA memiliki 19 sumber air pegunungan yang tersebar di seluruh Indonesia, produsen besar lainnya seperti Cleo dan Le Mineral dan industri kecil yang jumlahnya lebih dari 1.200 menurut asosiasi industri juga menguasai berbagai sumber air baik waduk, sungai, sumur bor, maupun danau, sampai mata air.
Penguasaan sumber air yang berlimpah oleh pihak swasta tidak terlepas dari sistem kapitalisme yang diterapkan. Kapitalisme menjadikan pihak swasta/individu boleh memiliki sumber daya apa pun untuk diperjualbelikan, meskipun sumber air hakikatnya milik umum.
Air salah satu kebutuhan dasar setiap manusia. Air bersih dalam sistem kapitalisme menjadi barang "mewah" yang tidak semua orang bisa mengaksesnya. Bisa dibayangkan, jika air dikuasai oleh swasta dipastikan masyarakat kesulitan mendapatkan air karena air sudah tersedot oleh perusahaan.
Lebih dari itu, masyarakat perkotaan yang sulit mendapatkan air bersih, terpaksa merogoh kocek lebih dalam demi membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sementara perusahaan besar dibebaskan untuk mengambil air dan dijual kembali.
Selain itu, dampak negatif yang akan dirasakan jika pengambilan akuifer terus dilakukan dengan jumlah besar dapat menurunkan permukaan air tanah, membuat air sekitar kering, berpotensi tanah amblas, dan bahaya lainnya. Kalau kondisi ini tetap dibiarkan akan mengancam keselamatan manusia dan merusak alam.
Sistem kapitalisme juga menjadikan negara hanya sebagai regulator bagi pemilik modal dalam mengelola sumber daya publik melalui regulasi seperti UU 17/2019 tentang Sumber Daya Air.
Tentu saja, orientasi pihak swasta profit, bukan sosial. Sebab itu, swasta tidak peduli masyarakat yang tidak mampu membeli air bersih. Inilah bukti bahwa negara tidak hadir dalam memenuhi kebutuhan dasar warga negaranya.
Berbeda dengan Islam. Islam agama paripurna. Islam memfungsikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab melayani kebutuhan rakyatnya, termasuk menyediakan air bersih.
Karena itu, Islam memandang bahwa air termasuk harta kepemilikan umum yang hukumnya haram dikuasai oleh swasta/segelintir orang. Hal ini karena air merupakan kebutuhan vital masyarakat yang jika dikuasai oleh swasta akan menghantarkan pada krisis.
Negara dalam Islam akan mengambil dan mengelola sumber air sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara gratis, bukan keuntungan. Adapun swasta hanya terlibat dalam hal teknis, itu pun dalam pengawasan negara.
Negara mengelola air dengan mendirikan industri air bersih perpipaan yang menjangkau seluruh pelosok negeri atau dikemas sehingga praktis bisa dibawa kemanapun. Semua itu bisa diwujudkan dengan dukungan keuangan yang berasal dari baitulmal khilafah.
Dengan demikian, selama sistem kapitalisme masih dipercaya sebagai ideologi yang mengatur kehidupan termasuk air, maka selama itu pula rakyat akan mengalami krisis air. Tentu ini, yang tidak diinginkan bukan?
Karena itu, solusi satu-satunya agar masyarakat bisa terpenuhi kebutuhan air, umat harus beralih kepada sistem yang mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran. Sistem itu tiada lain adalah Islam. Islam tidak sekadar agama, ia adalah pandangan hidup manusia yang berasal dari pencipta manusia, Allah Azza wa Jalla.

