Oleh Rizqi Awal
Pengamat Kebijakan Publik, kontributor beritanusaindo
Pemilihan presiden di Iran semakin dekat, dan dua kandidat telah muncul
sebagai favorit: Saeed Jalili dan Mohammad Bagher Ghalibaf. Mari
kita lihat lebih dekat tentang kedua tokoh ini dan bagaimana mereka terkait
dengan Barat serta perjuangan Palestina.
- Saeed Jalili:
- Jalili adalah diplomat dan
politikus konservatif yang pernah menjabat sebagai kepala tim negosiator
nuklir Iran.
- Dalam pemilihan presiden ini,
Jalili dianggap sebagai salah satu kandidat terkuat. Pandangannya yang
tegas terhadap Amerika Serikat dan Israel menarik bagi kalangan ulama dan
pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei yang memiliki pandangan serupa.
- Dewan Penjaga telah mempersulit
kaum reformis untuk mencalonkan diri, sehingga kandidat seperti Jalili
yang memiliki pandangan konservatif lebih diunggulkan.
- Jalili memenuhi banyak kriteria
sebagai calon pemenang, terutama dalam hal dukungan dari pihak mapan.
- Mohammad Bagher Ghalibaf:
- Ghalibaf adalah tokoh
konservatif yang memiliki hubungan dengan pemimpin tertinggi Iran,
Ayatollah Khamenei.
- Ia dianggap pragmatis dan
merupakan garda revolusi, yang kehadirannya di masyarakat dan
pemerintahan membuat preferensi mereka tidak mungkin diabaikan.
- Terpilih kembali sebagai ketua
parlemen setelah pemilihan parlemen, Ghalibaf semakin diperhitungkan
sebagai kandidat utama.
- Meskipun konservatif, Ghalibaf
dipandang lebih moderat daripada Jalili.
Siapa pun pemenangnya, Iran akan Diam terhadap kondisi Gaza dan Palestina
Sebagai negara basis
Syiah yang kuat, dan hubungan bilateral yang “erat” dengan Amerika dan Barat,
maka sejatinya Iran, seperti negeri “Zionis” di Tengah-tengah kaum sunni.
Eksistensi mereka akan dijaga hingga pada posisi tetap aman dan tidak
terganggu.
Itulah mengapa,
siapa pun presiden Iran yang menjabat, kondisinya akan serupa. Tidak lebih
sekedar drama dan sandiwara. Ketika Iran menyerang Israel beberapa tempo waktu
lalu, tidak lebih hanya Upaya balas serangan terhadap perwakilan Iran di Lebanon
yang di serang oleh Entitas Zionis.
Meskipun Iran mendukung
kebijakan kemerdekaan Palestina, tapi itu hanyalah dukungan pernyataan tanpa
perbuatan secara langsung. Batas-batas negeri, dan “keakraban” Iran dengan
Amerika telah mencegah hadirnya mimpi indah kebebasan Masyarakat Palestina.
Sangat jauh dari apa yang diharapkan dan diniscayakan. Bila pemilihan Presiden Iran ini akhirnya mengubah cara pandang iran terhadap Barat, dan berusaha mengokohkan perjuangan Palestina, itu hanya “pemanasan” yang kemudian akan padam dikemudian hari.