Makan Gratis “Program Tuhan”, Serius?

Goresan Pena Dakwah
0



Foto: kompas.com

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban



Beritanusaindo.my.id -OPINI -Satu hal baik, ternyata Tuhan dianggap masih ada, meski dikerdilkan jutaan kali dan disamakan dengan aktifitas manusia. Pendapat penulis ini berawal dari apa yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Iskandar, bahwa makan sebagai salah satu aspek penting negara ideal karena bisa menjaga stabilitas di tengah masyarakat. Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini menyampaikan maka jika ada seorang presiden dan wakil presiden punya program beri makan rakyat itu program Allah Swt. ( tempo.co, 1/8/2024).


Pernyataan itu disampaikan dalam acara zikir kebangsaan HUTRI ke-79 di Istana Merdeka, Jakarta ,Kamis, 1 Agustus 2024. Bahkan beliau secara retorika menanyakan,” Apa mau dilawan , itu program Tuhan?” Menurut Anwar, ada dua hal lain yang membuat negara menjadi ideal. Pertama adalah negara yang bangsanya beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Kuasa dengan beribadah sesuai agamanya. Kedua negara yang membuat masyarakatnya aman.


Baca juga:

Negara Harus Menjamin Makanan Halal dan Thayyib


Soal makan gratis yang kemudian diganti dengan nama Gerakan Makan Bergizi (GMB), Pj Wali Kota Tangerang, Nurdin sudah membuat estinasi besaran dana simulasinya yaitu sebesar Rp17.500 per porsi. Dana simulasi ini menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) daerah dan melibatkan lima sekolah, yaitu SD Negeri Sukasari 4 dan 5, SMP Negeri 4, SDIT serta SMPIT Asy-Syukriyyah Kota Tangerang dengan total siswa sebanyak 3.125 orang. (kompas.com, 1/8/2024).


Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa program makan bergizi gratis dianggarkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belana Negara (RAPBN) 2025 sebesar Rp 71 triliun.


Sedangkan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, program itu kini didesain dengan tiga skenario, pertama ialah makan siang khusus anak sekolah, lalu makan siang gratis untuk ibu hamil, dan ketiga makan siang gratis untuk balita sebab program ini nantinya akan dimasukkan ke dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) (cnbcindonesia.com, 27/2/2024).


Bukan Program Asli Tapi Hasil Ratifikasi


Banyak pihak seolah berebut pesona mengatakan program makan siang gratis ini bagus. Hingga menyebut sebagai “program Tuhan”, sungguh naif, jika benar Tuhan memiliki program apakah hanya makan siang gratis dan bergizi? Keterbatasan akal manusia justru memperlihatkan kebodohannya.


Baca juga:

Keutuhan Keluarga Tercabik Oleh Prostitusi Online Anak


Terlebih pemerintahan yang baik, tentu tidak hanya fokus pada pemberian makan gratis. Apalagi jika kita bicara negara pengemban kapitalisme seperti Indonesia ini. Belum berjalan, program ini sudah memaksa APBN untuk memangkas beberapa anggaran agar program ini bisa berjalan. Padahal sebelumnya APBN kita sudah kembang kempis membiayai berbagai proyek strategis nasional yang lebih banyak mangkraknya.


Bank Dunia pun ikut berkomentar terkait program makan bergizi gratis ini, secara umum, program makan siang gratis bisa menjadi efektif bagi negara yang menghadapi isu pangan. Untuk mendapatkan hasil peningkatan nutrisi anak-anak, maka diperlukan juga intervensi nutrisi seperti memberikan suplemen.


Akan tetapi, program makan siang sebenarnya tidak didesain untuk mengatasi masalah stunting. Pasalnya, program itu tidak dibuat dengan menyasar individu di 1.000 hari pertama kehidupan. Pemberian makanan di sekolah hanya berdampak pada keragaman pola makan pada anak-anak di sekolah tergantung komoditas spesifik yang ditawarkan.


Yang terpenting adalah penetapan target program makan siang gratis yang akan berimplikasi besar terhadap efisiensi dan efektivitas program tersebut. Target ini biasanya menjadi berbeda bagi negara berpendapatan tinggi dengan negara berpendapatan rendah serta menengah (kompas.com, 27/6/2024).


Baca juga:

Tak Cukup Korup, Kemana Sosok Negarawan Sejati?


Semakin jelas ,program ini bukan berasal dari perencanaan yang matang. Sebagaimana program atau proyek yang lain, dibuat tanpa berpikir matang dan hanya berdasar ratifikasi organisasi dunia. Dan inilah bentuk penjajahan modern, bukan dengan senjata mematikan namun dengan pemikiran bahwa dunia global lebih maslahat daripada Alquran dan As Sunnah yang menjadi agama mayoritas negeri ini.


Islam Jelas Bukan Hanya Makan Gratis


Sekali lagi, menyandingkan program makan siang gratis dengan program Tuhan samasekali tak bijaksana. Sebab Allah SWT. Berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu”. [TQS Al Baqarah:208].


Sama artinya, jangan gunakan metode lain selain Islam jika ingin menjadi negara ideal. Sebab, jika yang dimaksud negara yang bangsanya beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Kuasa dengan beribadah sesuai agamanya dan negara yang membuat masyarakatnya aman tapi masih dalam lingkup sistem hari ini jelas saja khayal dan mustahil terwujud.


Pemimpinnya saja bodoh, memikirkan urusan umat asal-asalan. Padahal Islam jelas memerintahkan masuk secara menyeluruh, dengan kata lain, aturan bagi seluruh aspek kehidupan dari mulai sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan mutlak menggunakan Islam bukan yang lain.


Dengan demikian, bukan hanya makan siang bergizi yang terwujud, namun keberkahan dari langit dan bumi. Allah adalah zat Yang Maha Kuasa dan Perkasa, menciptakan manusia tentulah dengan seperangkat aturan yang pasti sesuai fitrah. Ini yang kemudian harus kita pahami, bahwa tidak ada cara lain mewujudkan negara yang ideal kecuali hanya dengan Islam. Wallahualam bissawab. [ry].


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)