Ancaman Moderasi Bagi Generasi Islam

Goresan Pena Dakwah
0


Ilustrasi ibu Iriana ( erakini.id)

Oleh : Yulia 

Pegiat Pena Banua


Beritanusaindo.my.id--OPINI, Ancaman moderasi bagi generasi Islam semakin menjadi perhatian serius di tengah dinamika globalisasi dan perkembangan teknologi informasi. Moderasi, yang pada dasarnya bertujuan untuk menjaga keseimbangan, kerap disalahartikan dan dijadikan alat untuk mengaburkan nilai-nilai fundamental agama. 


Bagi generasi muda muslim, tekanan untuk menyesuaikan diri dengan pandangan sekuler yang dianggap lebih modern sering kali memicu dilema identitas. Dalam konteks ini, ancaman nyata muncul ketika nilai-nilai Islam yang seharusnya kokoh justru tergerus oleh upaya moderasi yang berlebihan, yang tidak jarang memisahkan mereka dari akar keyakinan mereka.


Cinta Tuhan dengan mencintai Indonesia adalah tema yang diusung oleh Ibu Presiden untuk melaksanakan moderasi kepada ratusan pelajar di Kalimantan Timur. Beliau juga menyampaikan bahwa beliau akan purna tugas namun sosialisasi moderasi keragaman akan terus digaungkan (Detik.com, 18-09-2024). Upaya moderasi beragama terus diupayakan bahkan menggunakan kata toleransi sebagai senjata utama. 

Baca juga: 

Beban Pajak: Gambaran Home Sweet Home?


Narasi moderasi beragama dibangun untuk menunjukkan betapa pentingnya  di negara Indonesia menyatukan  berbagai agama yang ada,  seiring dengan hal tersebut bermunculan pula kalimat yang tidak dapat dibenarkan dalam pandangan Islam yaitu “Tuhan itu satu, cara beribadahnya saja yang berbeda”. 


Kalimat tersebut tentu bertentangan dengan Islam. Sebagaimana kaum muslimin diwajibkan  meyakini hanya ada satu Tuhan Semesta Alam dan hanya Islam yang Allah ridai. Allah berfirman yang artinya," Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.  Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya".(TQS Ali Imran: 19).


Upaya moderasi yang dilakukan oleh ibu presiden kepada pelajar Madrasah Aliyah tersebut merupakan upaya mengaburkan jati diri muslim pada pelajar. Sehingga sikap dan perilaku mereka akan dipengaruhi pemikiran di luar Islam. Bahkan dapat kita lihat fenomena generasi muda yang berpindah-pindah agama sering terjadi. 


Generasi Moderat akan memiliki karakter inklusif, toleran dan sekuler. Anak yang inklusif  enggan menampakkan keislamannya karena tidak ingin dianggap berbeda dengan lingkungannya. Bahkan generasi moderat akan sangat toleran sehingga akan menganggap maksiat sebagai hal biasa yang mereka anggap itulah bentuk toleransi. 

Baca juga: 

Otak-Atik Program, Kebijakan atau Jebakan?


Tidak hanya itu generasi moderat juga akan menerima sebagian aturan Islam dan meninggalkan sebagian sebagaimana mereka berakhlak mulia, dermawan dan baik hati. Namun mereka menolak Islam dalam penerapan secara pemerintahan. 


Hal tersebut berlawanan dengan pengajaran akidah Islam yang berfokus pada pemikiran-pemikiran mendasar. Dari akidah tersebut akan memancarkan peraturan Islam secara menyeluruh baik secara akidah ataupun hukum-hukum yang dijalankan. Di dalam kurikulum pengajaran pendidikan Islam juga dilakukan secara bertahap. 


Memulai pengajaran Al-qur’an dengan hafalan ataupun tafsir. Selain itu pelajar sejak dini juga dikenalkan dengan sunah Nabi (Muslimah News,18-09-2024). Maka akan lahir generasi yang memiliki keimanan yang kuat serta tidak mudah terpengaruh dengan pemikiran di luar Islam. 


Generasi yang dididik dalam Islam,  dengan bangga menunjukkan perilaku dan pemikiran Islam yang mereka miliki. Tidak ada istilah malu menampakkan bahwa mereka adalah pemuda muslim. Mereka juga tidak akan mudah dalam berpindah-pindah agama karena hal itu sangat bertentangan dalam Islam. 


Sebagaimana Allah yang artinya, "Barangsiapa yang murtad di antara kalian dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalnya di dunia dan akhirat.” (TQS Al-Baqarah:217). Seorang muslim jika memahami ayat ini dengan baik maka akan terhindar dari pemikiran pluralisme yang menyamakan semua agama. 


Generasi Islam akan sulit terbentuk didalam sistem pendidikan yang berbasis pemikiran sekuler kapitalis. Maka inilah penting negara yang dapat melindungi generasinya dari pemikiran yang menyamakan semua agama. Hal tersebut hanya dapat diwujudkan dengan berdirinya negara Islam yang menerapkan sistem pendidikan Islam sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. 


Daulah Islam  memiliki beberapa strategi pendidikan. Pertama, akidah Islam sebagai satu-satunya asas atau landasan berpikir. kaum muslimin  tidak boleh mempelajari sesuatu yang bertentangan dengan Islam. Sebelum pemahaman akidahnya kuat


Kedua, negara harus memberikan kesempatan belajar pada semua rakyatnya secara gratis hingga berakhirnya tingkat menengah dan memberikan kelonggaran pendidikan tingkat perguruan tinggi secara gratis bagi setiap individu rakyatnya. Ketiga negara harus memerangi buta huruf dan berupaya mendidik mereka yang belum memiliki tsaqafah. Keempat,  lembaga pendidikan wajib mengajarkan ilmu pengetahuan, industri, navigasi, atau pelayaran, pertanian, dan sebagainya.

Baca juga: 

Moderasi Beragama Menyasar Pelajar


Dengan demikian dapat kita pahami bahwa di dalam pendidikan Islam tidak ada satupun upaya untuk melakukan moderasi dengan tujuan menjaga kesatuan. Toleransi yang diajarkan didalam Islam ada batasannya sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-kafirun ayat 6 dalam Tafsir Jalalain, untuk kalianlah agama kalian, yaitu agama kemusyrikan dan untukkulah agamaku" yakni agama Islam. Ayat ini diturunkan sebelum Nabi saw. diperintahkan untuk memerangi mereka. [ ry ].

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)