![]() |
| Sumber ilustrasi gambar: Jawa Pos |
Berbagai kecelakaan kereta api yang terjadi sejatinya merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler yang mengedepankan keuntungan materi sehingga abai terhadap pengurusan rakyat.
Oleh Iis Nur
Pegiat Dakwah dan Therapis
Beritanusaindo.my.id - OPINI - Menanggapi maraknya kecelakaan lalu lintas kereta, terutama di lintasan sebidang liar, Ayep Hanapi selaku Manager Hubungan Masyarakat (Humas) PT KAI (Persero) Daop 2 Bandung, menyatakan akan melakukan penutupan perlintasan sebidang liar. Hal itu dilakukan sebagai upaya jajarannya dalam mencegah dan meminimalisir kecelakaan.
Pada periode Januari-September 2024, di wilayah kerjanya, pihaknya menyuntik mati perlintasan tersebut. Dua lokasi diantaranya yaitu petak jalan antara Stasiun Cimekar-Rancaekek, Kampung Babakan Raja Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, serts Ciganea-Purwakarta. (Kesatu.com 06/09/2024)
Pelaksana Tugas Kepala Badan Litbang Perhubungan, Ir. L. Denny Siahaan dalam sambutannya menyampaikan bahwa data tingkat kecelakaan kereta api tahun 2007-2011 mencapai 159 kejadian dengan korban meninggal sebanyak 232 korban. (Biro komunikasi dan informasi publik)
Baca juga: Ancaman Moderasi bagi Generasi Islam
Adapun beberapa faktor penyebab kecelakaan yang sering diungkapkan adalah: human error, over load (jumlah penumpang tidak sesuai dengan manisfestasi), kekurangan dana untuk perbaikan fasilitas sehingga alat-alat yang rusak masih tetap digunakan, dan lain sebagainya.
Seluruh faktor di atas adalah buah dari diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. Kapitalisme yang mengedepankan keuntungan materi telah abai dalam mengurusi rakyat. Keselamatan umat kurang menjadi prioritas, padahal rakyat harus membayar berbagai pungutan pajak yang memberatkan. Alat-alat yang rusak dibiarkan, tidak ada palang pintu ataupun penjaga perlintasan, yang semuanya itu membutuhkan dana. Jikalau pemerintah memprioritaskan keselamatan rakyat, berbagai upaya akan ditunaikan, dibanding dengan terus membangun moda transportasi modern seperti kereta cepat yang hanya mampu dijangkau oleh level masyarakat tertentu.
Kapitalisme meniscayakan hubungan penguasa-rakyat ibarat hubungan bisnis bukan kepengurusan. Bila dipandang tidak mendatangkan keuntungan bagi negara maka tidak jadi perhatian utama walaupun membahayakan nyawa.
Berbeda dengan sistem Islam, transportasi publik merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya dibebankan kepada negara. Negara harus menjamin moda transportasi yang aman dan nyaman, termasuk dalam hal transportasi kereta api.
Rasulullah saw. bersabda: “ Tidak boleh membahayakan dan tidak boleh dibahayakan.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Baca juga: Beban Pajak: Gambaran Home Sweet Home
Syariat telah menetapkan adanya anggaran yang bersifat mutlak untuk pembiayaan transportasi publik dan infrastruktur yang ketiadaannya berdampak dharar bagi masyarakat, maka wajib diadakan. Salah satu sumber pendanaannya adalah dari pengelolaan harta milik umum yang hasilnya ditujukan untuk kemaslahatan umat.
Melalui pengelolaan ini nantinya negara akan memiliki kemampuan finansial yang memadai untuk menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya dalam melayani publik.
Seorang penguasa muslim akan bertanggung jawab penuh atas urusan rakyatnya termasuk dalam pembangunan infrastruktur. Negara akan menyediakan moda transportasi yang memadai dengan teknologi mutakhir, menyediakan segala kelengkapan demi terjaminnya keselamatan, keamanan dan kenyamanan rakyat. Semua itu adalah bagian dari kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
Rasulullah saw. bersabda: “Pemimpin adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus.” (HR Al-Bukhari)
Sejarah di masa kejayaan Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab yang menjalankan amanahnya sebagai pemimpin dengan banyak perkembangan positif pada wilayah pemerintahan. Salah satu yang mencolok adalah pembangunan infrastruktur. Di masa itu jalanan mulai dibangun. Sarana dan prasarana transportasi yang menghubungkan antar daerah juga mulai ditingkatkan.
Bahkan khalifah Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin yang begitu menjaga keselamatan rakyatnya, kekhawatirannya bukan hanya kepada umat melainkan semua makhluk hidup yang berada dalam naungannya, seperti keledai yang dikhawatirkan akan terperosok jika ada jalanan berlubang.
Gambaran pengayoman itu baru akan terlaksana sempurna ketika Islam diterapkan dalam sebuah sistem kepemimpinan, yang akan melaksanakan seluruh aturan Allah di setiap aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab. [Rens]
Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.
