Oleh Dewi Sri Murwati, S.M
Aktivis Dakwah & Pegiat Pena Banua
Beritanusaindo.my.id--OPINI, Media massa digegerkan dengan adanya dugaan kasus bunuh diri yang terjadi di area parkir Metropolitan Mall, Bekasi pada Selasa (22-10-2024). Hingga kini masih ditelusuri identitas dan alasan kenapa korban mengakhiri hidupnya.
Polsek Bekasi Selatan, Jawa Barat kesulitan untuk mengetahui identitas korban karena pada saat melompat dari gedung parkir sepeda motor Metropolitan Mall, korban tidak membawa identitas diri satu pun dan hanya mengenakan kemeja, celana putih dan ikat pinggang dengan lambang yang menunjukkan bahwa korban diduga merupakan siswa SMP. Dari hasil pemeriksaan polisi menemukan secarik kertas yang terselip pada topi korban dengan tulisan “Aku juga ingin bahagia dan memiliki kehidupan normal. Dunia itu indah, tapi tidak dengan duniaku”.
Sampai saat ini jenazah korban berada di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid, Bekasi. Adanya kasus bunuh diri remaja yang berulang kali terjadi menunjukkan bahwa terdapat kerapuhan pada mental generasi muda (kompas.id, 24-10-2024).
Data Badan Pusat Statistik mencatat populasi remaja dan dewasa sebanyak 22,12 juta jiwa berusia 15-19 tahun dan 22,28 juta jiwa berusia 20-24 tahun. Angka ini memaparkan bahwa ada potensi yang besar sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh bangsa.
Baca juga:
Oligarki Mencengkeram Bumi Pertiwi
Dari survei kesehatan mental nasional (Indonesia National Adolescent Mental Health Survey) pada remaja berusia 10-17 tahun menunjukkan bahwa satu dari tiga remaja Indonesia menghadapi masalah kesehatan mental, angka ini setara dengan 15,5 juta remaja di Indonesia telah terkena kesehatan mental.
Lebih mengkhawatirkan lagi dikutip dari laman resmi UGM, sesuai dengan panduan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi ke-5, satu dari dua puluh remaja atau setara dengan 2,45 juta remaja di Indonesia terdiagnosis gangguan mental.
Berdasarkan I-NAMHS tahun 2022, remaja di Indonesia paling banyak mengalami gangguan cemas sebesar 3,7%, gangguan depresi mayor 1%, gangguan perilaku 0,9% serta gangguan stress pasca-trauma dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas masing-masing 0,5%, (timesindonesia.co.id, 17-10-2024).
Permasalahan mengenai rapuhnya mental generasi menunjukkan bahwa Gen Z berada dalam kondisi darurat yang harus segera diatasi. Problematika mental generasi merupakan permasalahan sistemis yaitu akibat sistem sekuler demokrasi kapitalisme.
Barat telah memerangi pemikiran umat muslim agar meninggalkan agama Islam sehingga berjalan menggunakan peraturan undang-undang sekuler Barat. Berbagai aturan kehidupan dijalankan jauh dari agama, contohnya saja sistem pendidikan yang dihasilkan dari sistem pendidikan Barat adalah generasi yang pragmatis dan sekuler.
Baca juga:
Nasib Petani Makin Miris di Negeri Agraris
Ditambah lagi dengan adanya Kurikulum Merdeka yang membuat generasi muda kehilangan semangat untuk menuntut ilmu apalagi berkahnya berjuang menempuh pendidikan. Kurikulum Merdeka hanya berfokus pada hasil atau materi tanpa memberikan aspek pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik.
Gen Z memiliki modal besar sebagai agen perubahan, termasuk menjadi tongkat penggerak perubahan sistem kehidupan yang shahih. Sistem Demokrasi membuat Gen Z semakin jauh dari perubahan hakiki yaitu dari Islam Kafah. Hanya dengan sistem Islam, generasi muda dan umat manusia akan selamat dan sejahtera.
Sistem Islam akan membentuk generasi muda yang memiliki arah dan tujuan hidup yang jelas, melalui proses pembinaan tentang akidah Islam, memberikan pemahaman akan pentingnya peran dakwah menuju tegaknya pelindung umat yaitu negara Islam serta memupuk semangat perjuangan mengembalikan kehidupan Islam dengan mengikuti metode dakwah Rasulullah.
Baca juga:
Melalui konsep seperti ini generasi muda dapat mengaktivasi identitas dan produktivitas diri agar mampu menjadi bibit unggul yaitu generasi emas peradaban Islam untuk menuju tegaknya institusi yang menerapkan syariat Islam secara keseluruhan.
Oleh karena itu Gen Z membutuhkan adanya partai atau kelompok dakwah yang akan membina Gen Z secara shahih dengan mendorong terbentuknya Gen Z yang berkepribadian Islam untuk membela Islam, menjadi pengemban dakwah Islam yang tangguh dan membangun peradaban Islam cemerlang.Wallahu A’lam Bishawab. [RY].