Kapitalisme Sekuler Akar Permasalahan dari Stunting

Admin Beritanusaindo
0

 


Ilustrasi gambar: jaringan pangan dan gizi Indonesia 


"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Al-Bukhari)


Oleh Rosita

Penggiat Literasi



Beritanusaindo.my.id - OPINI - orang pemimpin selain memiliki kemampuan, adil, dan terpercaya juga harus memiliki kecerdasan yang tinggi, karena amanah kepemimpinan ini akan diminta pertanggungjawaban bukan saja dunia tapi juga akhirat. Di antara tugasnya adalah memberikan arahan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja, membuat rencana yang menyeluruh, menguasai seluruh kegiatan, serta memberikan solusi yang tepat bagi semua permasalahan yang ada di dalam kepemimpinannya. Sebab jika tidak, maka akan menyebabkan kesalahan dalam penanganan suatu masalah. 


Seperti halnya yang dikatakan Pjs. Bupati Bandung Dikky Achmad Sidik, menurutnya dari uji petik di lapangan masih terdapat kepala desa dan kader-kader yang belum memahami tentang stunting, dan juga tugas dari tim percepatan penurunan stunting. Padahal percepatan penurunannya adalah salah satu program prioritas nasional.

Hal itu disampaikan Dikky dalam acara rapat koordinasi (rakor) yang dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan pemerintahan Kabupaten Bandung, Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting, Ketua forum Kampung keluarga berencana, para kepala desa, ganti dan pihak lainnya. Dikky juga meminta semua pihak fokus berpartisipasi dan menguatkan sinergi untuk percepatan penurunan stunting.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Bandung telah melakukan berbagai upaya dan strategi, salah satunya adalah dengan membentuk tim percepatan penurunan stunting secara berjenjang dari mulai tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa atau kelurahan, dan juga dengan memprioritaskan kelompok sasaran berisiko stunting seperti ibu hamil, ibu menyusui, ibu dengan balita. (Dara.co.id 1-11-2024)

Sangat ironis memang jika seorang pemimpin tidak tahu fungsi dan tugas utama dari permasalahan masyarakat yang dipimpinnya, padahal seorang pemimpin adalah ujung tombak dari keberhasilan suatu program atau agenda. Seperti fakta di atas sebagian dari kepala desa dan kader-kader tidak paham apa itu stunting. Lalu bagaimana mau menyelesaikan masalah stunting kalau penanggung jawabnya saja tidak paham? 

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Kasus ini bukan bermula dari proses hamil, menyusui tetapi lebih kepada ketiadaan jaminan dari negara dalam hal kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya asupan nutrisi dan gizi bagi ibu hamil dan menyusui. 


Ketiadaan jaminan ini tentu saja berimbas pada kebutuhan lainnya yang sulit diperoleh karena pengurusan negara terhadap persoalan umat jauh dari harapan. Sebut saja di antaranya masalah pendidikan yang kian mahal, harga kebutuhan yang terus melambung, phk massal, lapangan pekerjaan sulit, minimnya keamanan, interaksi lawan jenis makin bablas bahkan berujung pada perzinahan hingga praktik aborsi terus terjadi. Hal ini jelas berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Jangankan untuk memikirkan tumbuh kembang anak dengan nutrisinya yang seimbang, untuk mendapatkan sesuap nasi saja kemungkinan sulit apalagi dengan beban tanggungan keluarga yang banyak.


Dalam hal ini seharusnya negara gerak cepat untuk mengembalikan perekonomian masyarakat yang sedang sulit dengan cara membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi para laki-laki, menutup keran-keran impor, menurunkan harga-harga kebutuhan pokok, dan memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Tetapi nyatanya dalam sistem kapitalis semua itu tidak dilakukan oleh negara, kebijakan impor pun terus dilakukan meskipun di dalam negeri barang tersebut melimpah. 


Inilah sistem kapitalis sekuler, di mana kebebasan berpendapat, bertingkah laku itu lebih dijunjung tinggi, selain itu dalam sistem ini setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak berpihak kepada rakyat, negara hanya sebagai regulator bagi para kapital untuk melancarkan ambisi mereka. Berbeda dengan sistem Islam yang terjadi di masa Rasullullah saw., para khalifah, dan para pemimpin Islam. 


Dalam sistem Islam, setiap pemimpin harus memiliki pemikiran yang mustanir (cemerlang) dan syarat-syarat sebagai berikut: muslim, laki-laki, balig, berakal, merdeka, dan mampu. Mampu disini adalah mereka yang mampu secara fisik serta pemahaman dan mau menerapkan syariat Islam secara menyeluruh. Sehingga setiap pemimpin akan selalu menyadari bahwa kepemimpinan ini adalah amanah yang suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya. Seperti hadis berikut ini: “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Al-Bukhari)


Selain itu, seorang pemimpin dalam Islam akan senantiasa menjaga akidah setiap individu rakyatnya, menjaga interaksinya, memenuhi kebutuhan primernya seperti sandang, pangan, papan, serta menjamin pendidikan, kesehatan serta keamanan. Negara juga akan selalu mengedepankan kesejahteraan rakyatnya dengan cara membuka lapangan pekerjaan yang luas, memproduksi kebutuhan masyarakat tanpa harus membuka keran impor, kalaupun negara terpaksa harus impor, dipastikan barang tersebut tidak tersedia di dalam negeri dan juga tidak bisa diproduksi. Namun ketika kebutuhan barang dalam negeri telah tercukupi oleh produsen lokal, maka kebijakan impor akan dihentikan. 


Inilah gambaran di mana negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah, bukan hanya kebutuhan pokok masyarakatnya saja yang dijamin, tetapi tentang akidah pun negara melindungi. Hal yang mustahil kesejahteraan masyarakat dapat diraih jika masih mempertahankan sistem kapitalis sekuler yang sejak lahir sudah rusak. Lebih dari itu karena fungsi negara sebagai pengurus dan pelayan masyarakat tidak akan pernah terwujud karena asas kepemimpinannya hanya berorientasi pada materi semata.


Maka tugas kita sebagai umat Islam yang mencintai Allah Swt. dan RasulNya adalah berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam yang pernah berjaya hampir 14 abad lamanya.

Wallahu a'lam bishawab. [Rens]


Disclaimer: Beritanusaindo adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritanusaindo akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritanusaindo sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.




Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)