Selama dunia masih disetir oleh sistem kapitalisme sekuler masalah Palestina tak akan kunjung tuntas. Solusi usi untuk Palestina hanyalah dengan tegaknya syariat Islam dalam bingkai Daulah Khilafah.
Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam
Beritanusaindo.my.id - OPINI - Penjajahan Entitas Yahudi terhadap Palestina hingga kini masih berlangsung dan terus menelan korban jiwa. Bahkan, guru serta anak-anak sekolah tak berdosa pun tak luput menjadi target serangannya. Diketahui sejak serangan brutal yang dilancarkannya pada 7 Oktober 2023 lalu lebih dari 11.825 pelajar Palestina yang ada di Gaza dan Tepi Barat tewas. (DetikEdu, 01/11/2024)
Masih dalam laman yang sama, Kementerian Pendidikan Palestina melaporkan, di Gaza jumlah siswa yang terbunuh mencapai 11.057 orang, dan lebih dari 16.897 terluka. Sementara di Tepi Barat 114 pelajar termasuk mahasiswa meninggal dunia, ratusan lainnya terluka, serta ditahan Zionis. Adapun jumlah guru yang terbunuh di Gaza mencapai 441 orang, dan yang luka-luka 2.491. Sedangkan di Tepi Barat 2 tenaga pengajar tewas, 17 terluka parah, dan 139 lainnya ditahan.
Tindakan keji Zionis ini tak lepas dari dukungan penuh AS. Sebuah laporan terbaru dari The National Interest merilis bahwa senjata yang disubsidi AS untuk Israel sejak perang di Gaza mencapai $22,76 miliar. (Tempo.co, 1/11/2024)
Kekejaman yang Nyata, Umat Muslim tidak Boleh Diam Saja
Astagfirullah, genap satu tahun sudah dunia bersama-sama menyaksikan bumi Palestina yang diberkahi dihinakan, rakyatnya dinista dan dibantai secara keji. Sudah tak terhitung berapa jumlah nyawa melayang serta berapa banyak darah para syuhada yang tumpah. AS pun terus memberikan dukungan penuh kepada Zionis demi mengalahkan dan membumihanguskan Palestina.
Sementara, negeri-negeri muslim tak jua memberikan bantuan nyata. Selain hanya sekadar mengecam, mengutuk, dan melakukan berbagai aksi protes yang semuanya tak mampu menghentikan kebiadaban Zionis laknatullah alaihim. Para penguasa negeri muslim juga masih tetap diam saja. Tak sedikit pun tergerak hatinya untuk memobilisasi pasukan militernya untuk membebaskan Palestina. Sehingga semakin tampak penghianatan mereka terhadap saudaranya.
Padahal Palestina membutuhkan bantuan nyata. Umat muslim tidak boleh diam saja. Setidaknya ada beberapa opsi yang bisa kita lakukan hari ini untuk membantu saudara kita di Palestina seperti; terus berdoa; ikut berdonasi sebisa yang kita mampu; memboikot produk yang terafiliasi dengan Zionis; terus menyuarakan bahwa Zionis penjajah; umat harus terus mendorong para penguasa negeri muslim untuk memobilisasi pasukannya; terus mengikuti kajian Islam kafah dan menyerukan urgensi jihad akbar serta penegakan syariat Islam sehingga terbentuk opini umum di masyarakat tentang wajibnya melakukan kedua hal tersebut.
Semua itu harus dilakukan serentak dan secara kompak oleh seluruh umat muslim. Apalagi Rasulullah saw. telah mewanti-wanti bahwa umat muslim harus saling jaga, saling lindungi karena mereka saudara dan laksana satu tubuh. Layaknya tubuh, jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruhnya merasakan pesakitan yang sama. Namun hari ini umat muslim tak berdaya. Mereka dibuat bungkam oleh keadaan serta tersekat oleh nasionalisme dan nation state yang merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Sistem kapitalisme sekuler telah nyata menimbulkan perpecahan di antara kaum muslimin. Ia juga telah mematikan makna persaudaraan berdasarkan iman dan Islam, melenyapkan kepedulian karena ikatan akidah. Sebab kapitalisme sekuler memandang bahwa tali persaudaraan tak lebih berharga daripada kedudukan dan kekuasaan, sementara hidup di dunia hanya untuk bersenang-senang juga meraih apa yang diinginkan. Inilah yang menjadikan dunia tak berdaya mengenyahkan penjajah Yahudi dari bumi Palestina.
Dari fakta ini, semestinya kita menyadari bahwa selama dunia masih disetir oleh sistem kapitalisme sekuler masalah Palestina tak akan kunjung tuntas. Karena sejatinya, solusi untuk Palestina hanyalah dengan bersatunya seluruh umat muslim dari berbagai penjuru dunia, disertai dukungan negeri-negeri muslim di bawah satu tujuan yang sama, yakni jihad mengusir Yahudi penjajah dari bumi Syam.
Namun sayang, lagi-lagi selama sistem kapitalisme-sekuler masih bercokol semua itu mustahil terwujud. Apalagi faktanya kebijakan sistem ini telah menyandera negeri-negeri muslim secara politik oleh AS yang merupakan bekingan Yahudi. Sehingga membelenggu mereka, membuatnya tak mampu membela saudaranya. Karena itu, umat harus membuang dahulu sistem kapitalisme sekuler, dan segera menyadari harus ada solusi hakiki untuk membebaskan Palestina.
Sistem Islam Solusi Hakiki bagi Palestina
Islam diturunkan Allah sebagai solusi bagi seluruh masalah kehidupan. Islam jika diterapkan secara sempurna dalam bingkai Daulah Khilafah, niscaya akan mampu mengentaskan penjajahan Yahudi atas Palestina. Karena hanya khilafahlah pelindung umat. Hanya dalam khilafah pula umat muslim berada dalam satu kesatuan wilayah, tidak tersekat nasionalisme dan nation state seperti dalam sistem kapitalisme sekuler. Sehingga umat muslim tidak ada penghalang untuk segera menolong saudaranya.
Sistem Islam (khilafah) pun memiliki beberapa mekanisme komprehensif dalam mengatasi penjajah, antara lain; Pertama, Islam melarang berdamai/bersahabat dengan entitas yang menerangi umat muslim. Negara Islam pun akan memantau kafir harbi fi'lan yaitu warga negara kafir yang memusuhi kaum muslim.
Ini berkenaan dengan firman Allah Swt.: “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan kawan orang-orang yang memerangi kalian dari negeri kalian dan membantu orang lain untuk mengusir kalian. Barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka adalah kaum yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 9)
Kedua, hanya syariat Islam yang mewajibkan jihad fii sabilillah ketika kaum muslim diperangi musuh. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 191 yang artinya: “Dan perangilah siapa saja kalian menemui mereka. Dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusir kalian….”
Ketiga, hanya dengan menerapkan sistem Islam, haibah (kewibawaan) kaum muslim dapat kembali. Ini karena sistem Islam meniscayakan pemimpin negara sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (penjaga) bagi rakyatnya. Bahkan dahulu ketika sistem Islam diterapkan sepanjang 14 abad, tepatnya di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid ll, Palestina berada di haribaan negara khilafah dan dijaga sekuat tenaga, meskipun seorang Yahudi bernama Theodor Herzl menawarkan sejumlah uang untuk membelinya, namun Sang Khalifah menolak hal itu dan mengutuk aksi yang dilakukan Herzl.
Pun demikian dengan penduduknya yang tinggal di luar wilayah Islam, negara khilafah akan menjaganya. Ini terbukti tatkala ada seorang wanita muslimah digoda dan dilecehkan tentara Romawi, maka penguasa negara khilafah yang berkuasa waktu itu Khalifah Mu'tashim Billah segera mengirimkan pasukannya yang panjang barisannya dari Baghdad hingga Amuria (Asia kecil).
Demikianlah proteksi negara khilafah terhadap rakyatnya. Sungguh hanya jihad dan khilafahlah satu-satunya solusi paripurna atas Palestina. Karena itu, kehadiran negara khilafah mutlak harus terlaksana. Umat pun harus menjadikan penegakan syariat Islam sebagai agenda penjuangan. Sehingga Daulah Khilafah Islamiyah bisa kembali terwujud dan kebengisan entitas Yahudi laknatullah alaihim bisa dihentikan.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.