Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam Kafah
Beritakan.my.id - OPINI- Setiap makhluk yang memiliki hati, akal, dan mampu berpikir tentu tak akan tega melihat penderitaan yang dialami warga Gaza. Apalagi bagi seorang muslim yang memiliki satu ikatan akidah, pasti ada keinginan kuat untuk segera menolong warga Palestina dari belenggu penjajahan Zionis Yahudi. Itulah mengapa baru-baru ini Presiden Prabowo menyatakan keinginannya untuk melakukan evakuasi 1000 warga Palestina ke Indonesia, Meskipun sifatnya hanya sementara. Sebab, para pengungsi Palestina nantinya akan dikembalikan jika kondisi Gaza membaik dan memungkinkan. (Beritasatu.com, 10/4/2025)
Sayangnya, pernyataan orang nomor 1 RI itu pun menuai reaksi keras dari masyarakat. Terlebih pernyataan tersebut kontraproduktif dengan seruan jihad yang sebelumnya disuarakan oleh para ulama dunia beserta beberapa organisasi perkumpulannya, seperti IUMS (Internasional Union of Muslim Scholars).
Dr. Ratih Herningtyas, M.A, Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mempertanyakan konsekuensi dari rencana Presiden Prabowo tersebut. Ia menilai langkah pemerintah seolah amnesia dengan esensi konflik kedua belah pihak. Evakuasi akan mempercepat tujuan Israel menguasai Palestina. Dirinya pun berspekulasi bahwa wacana evakuasi ada kaitannya dengan kebijakan tarif perdagangan 32% ke Indonesia oleh AS. Pemerintah ingin mengambil hati Trump agar tarif bisa diturunkan. (UMY.ac.id, 15/4/2025)
Evakuasi Bukan Solusi
Sejatinya, pernyataan Presiden Prabowo yang akan mengevakuasi 1000 warga Gaza ke Indonesia hanyalah akan menjauhkan Palestina dari solusi hakiki. Karena sejatinya zionislah yang melakukan pendudukan bahkan perampasan wilayah. Dari itu, maka zionislah yang sepatutnya diusir dan dikeluarkan dari tanah Palestina, bukan warga Gaza.
Perlu digarisbawahi, evakuasi warga Gaza justru akan semakin memuluskan agenda pengusiran rakyat Palestina dan inilah yang diinginkan oleh penjajah. Ketika warga Gaza dievakuasi, Palestina akan kosong, dan entitas Yahudi akan berkuasa penuh di bumi Palestina. Ini berarti secara tidak langsung evakuasi telah mendukung rencana entitas Yahudi untuk menguasai Palestina.
Di sisi lain, evakuasi tersebut bisa jadi merupakan bentuk tekanan AS terhadap Indonesia atas kebijakan baru AS yang menaikkan tarif impor sebesar 32%. Sudah bukan rahasia jika AS merupakan negara yang licik. Karena itu, tentu kebijakan kontroversial menaikan tarif impor syarat akan kepentingan yakni menjaga keberlangsungan ideologi kapitalisme yang diusungnya. Selain itu merupakan bagian strategi untuk melihat negara mana saja yang dapat dikontrol olehnya.
Adapun Indonesia, sebagai negara pembebek maka mau tidak mau harus mengemis belas kasihan melalui negosiasi. Kondisi ini yang akhirnya dijadikan AS sebagai alat untuk menekan Indonesia agar mengevakuasi warga Palestina. Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain. Tidak memiliki kedaulatan, dan bisa disetir juga dikendalikan siapa saja yang berkepentingan.
Khilafah Solusi Hakiki bagi Palestina
Sejatinya, hanya khilafahlah yang akan mampu menyelesaikan masalah Palestina dan mengembalikan haibah (kewibawaan) kaum muslimin. Sejarah membuktikan hal ini. Selama 14 abad berjaya dan menjadi negara adidaya, khilafah mampu menjadi satu-satunya garda terdepan pelindung umat. Sebagai contoh ketika di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Hamid ll, saat Palestina hendak dibeli oleh seorang Yahudi bernama Theodor Herzl. Kala itu Sang Khalifah menolak tegas dan menyatakan selama dirinya hidup tak akan melepaskan tanah Palestina walau sejengkal. Ketegasan Khalifah ini merupakan buah dari diterapkannya syariat Islam secara sempurna (kafah) melalui institusi Daulah Khilafah Islamiyyah.
Khilafah adalah satu-satunya negara independen yang tidak akan pernah mau tunduk pada tekanan negara lain. Khilafah tidak akan pernah menjalin perjanjian ataupun kompromi dengan negara-negara kafir penjajah maupun lembaga internasional yang pro pada mereka. Itu karena syariat Islam yang melarang tegas berkompromi dengan negara kafir penjajah.
Firman Allah Swt.: “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan teman orang-orang yang mengusir kalian dari negeri kalian. Siapa saja yang menjadikannya sebagai teman, maka ia termasuk golongan yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 9)
Dengan khilafah, umat akan bersatu tak akan tersekat nation state sebagaimana dalam sistem kapitalisme. Jiwa umat pun akan senantiasa dihiasi ruh Islam, hidup dan mati mereka hanya didedikasikan untuk Islam. Dengan begitu, maka jihad fii sabilillah akan tegak dan negeri-negeri muslim akan bebas dari penjajahan.
Sungguh, bukan evakuasi yang bisa menolong warga Palestina. Namun para tentara yang dapat melawan zionis atas nama jihad fii sabilillah. Karena itu, sudah saatnya umat terus menyeru para penguasa agar menyambut seruan jihad yang digaungkan para ulama dunia. Sehingga negeri-negeri muslim bersatu mengirimkan tentara demi membela muslim Palestina. Meskipun memang dalam sistem kapitalisme hal tersebut pasti sukar terjadi. Sebab kapitalisme dengan nasionalismenya mengemban prinsip tak boleh ikut campur urusan negara lain. Inilah yang selama ini menjadi penghalang umat muslim menyambut seruan jihad. Padahal sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim kepada rakyatnya.
Untuk itu, tak ada cara lain bagi umat selain terus membongkar keburukan sistem kapitalisme, lalu mencampakkannya. Kemudian bersatu padu berjuang menegakkan sistem Islam (khilafah). Sebab hanya melalui tegaknya khilafahlah umat akan bersatu tidak tersekat nation state. Dengan begitu, maka jihad fii sabilillah pun dapat dilakukan secara sempurna.
Sayangnya hari ini khilafah belum tegak, sehingga nasib umat Islam terus terpuruk dan sengsara. Karenanya, umat harus berjuang mengembalikan tegaknya khilafah dalam kehidupan. Namun tentu, perjuangan ini membutuhkan kepemimpinan partai Islam ideologis agar tetap berada di jalur perjuangan yang benar. Sehingga memberikan pengaruh besar dalam tegaknya khilafah.
Allah Swt. berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh pada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.
Editor: Rens
Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.