Palestina Butuh Dibebaskan Bukan Dikosongkan

Muslimah Pembelajar
0

 

Pernyataan Presiden Prabowo Subianto terkait rencana evakuasi warga Palestina menuai kontroversi di tengah publik. Banyak yang menilai langkah tersebut berpotensi menjadi blunder strategis bagi pemerintahannya. Mengingat keputusan ini diambil saat Indonesia sendiri tengah menghadapi berbagai krisis ekonomi yang belum terselesaikan. Kebijakan yang tampak humanis ini justru dipertanyakan urgensinya. Karena bisa mengalihkan fokus dan sumber daya dari problematika domestik yang mendesak.


Padahal, Palestina tidak membutuhkan evakuasi. Mereka tidak butuh diselamatkan dari tanah airnya. Mereka butuh diselamatkan dari penjajahnya. Palestina butuh dibebaskan. Gagasan untuk mengevakuasi rakyat Palestina hanya memperkuat pendapat bahwa Gaza tidak lagi layak dihuni, dan bahwa rakyatnya harus menyerah. Ini adalah kekeliruan fatal. 


Palestina adalah tanah para nabi, tanah suci yang telah berabad-abad menjadi rumah bagi peradaban. Meninggalkannya bukanlah solusi. Itu adalah pengkhianatan terhadap sejarah, martabat, dan hak untuk hidup merdeka. Yang mereka butuhkan adalah dukungan nyata, bukan belas kasihan. 


Dukungan dalam bentuk tekanan internasional, perlawanan diplomatik, dan keberpihakan yang jelas terhadap perjuangan pembebasan, bukan dalam bentuk kapal evakuasi. Selama dunia terus memilih diam atau pura-pura membantu sambil membiarkan penjajah terus membunuh dan merampas, maka kemanusiaan kita semua sedang dirampok bersama Palestina.


Faktanya, banyak negara kini memilih menutup mata, merasa cukup telah “berperan” dengan mengirim bantuan medis, logistik, atau sekadar pernyataan belasungkawa. Padahal, Palestina tidak sedang membutuhkan sekotak bantuan mereka membutuhkan keadilan. Mereka membutuhkan dukungan yang berani dan berpihak, yang mampu membantu memperjuangkan kembali tanah suci yang dirampas secara brutal. 


Sayangnya, bentuk dukungan semacam ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang punya kekuasaan. Yaitu pemerintah dan para pemimpin dunia yang justru kini cenderung apatis, diam, atau bahkan berkompromi demi kepentingan politik dan ekonomi. Kita sebagai rakyat biasa tidak memiliki instrumen kekuatan untuk bertindak lebih, kecuali terus menyuarakan kebenaran dan menolak untuk diam. Di sinilah peran negara menjadi sangat penting. Sebab tanpa keberanian negara untuk bersikap tegas, solidaritas akan berhenti pada kata-kata, dan kejahatan akan terus berlangsung atas nama diplomasi.


Menyadarkan publik dan mendorong negara untuk mengambil peran nyata dalam membela Palestina bukanlah tugas yang mudah. Terlebih lagi, jika sistem yang ada terus membungkam suara-suara keberpihakan dan menggiring arah kebijakan pada kepentingan yang sempit.


Namun, perjuangan tidak boleh berhenti. Kita harus terus aktif berdakwah, menyuarakan kebenaran, dan menolak untuk bungkam atas ketidakadilan. Tanah suci Palestina bukan sekadar wilayah ia adalah simbol perjuangan umat, harga diri kemanusiaan, dan ujian bagi nurani kita semua. Selama dunia memilih diam, biarlah kita menjadi suara yang lantang. Selama kezaliman masih bercokol, biarlah kita menjadi pengingat bahwa kebebasan adalah hak yang tidak bisa ditawar.


Ingatlah, Rasulullah saw. bersabda,

"Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya (kekuasaannya). Jika tak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tak mampu, maka ingkari dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Wallahu’alam bishowab. []




Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)