Malapetaka Dibalik Solusi Dua Negara Bagi Palestina

Admin BeritakanMyId
0
Ilustrasi: Two-states Solution. Sumber : iStock.


Oleh : Ika Juita Sembiring, S. Gz


Sampai hari ini Palestina masih menjadi sasaran genosida oleh Israel. Penjajah zionis Yahudi, yang bahkan bayi merah pun menjadi sasaran serangan mereka. Bayi lemah yang bahkan tidak punya kemampuan untuk menjaga dirinya menjadi sasaran kekejian zionis. Konflik yang berkepanjangan seolah tanpa akhir, tanpa masa depan yang damai.


Kelaparan yang terencana juga menjadi petaka berikutnya yang dialami rakyat Palestina. Kematian secara perlahan akibat kelaparan telah terjadi dan masih berlangsung hingga kini. 
Zionis Yahudi dengan sengaja membatasi akses rakyat Palestina terhadap sumber pangan. Bantuan yang telah disiapkan dari berbagai negara pun tidak mudah untuk sampai ke tanah Palestina. Semua kemudian menjadi sia-sia.
 

Berbagai upaya penyelamatan Palestina senantiasa dihambat oleh zionis. Bahkan untuk sekedar meringankan derita rakyat Palestina mereka tidak rela. Ketakutan mereka melahirkan serangan yang brutal tanpa henti. Seolah mereka yang menjadi sasaran serangan zionis hanya karena mereka terlahir sebagai seorang muslim Palestina. Maka para penjajah ini seolah merasa berhak untuk memutuskan hidup dan mati rakyat Palestina di dunia ini.


Kaum muslim di satu sisi ada keinginan untuk menolong, namun dibatasi oleh sekat-sekat kebangsaan. Kapitalisme berhasil membunuh rasa kemanusiaan. Bahkan tanpa dorongan Aqidah, cukup rasa kemanusiaan sudah hilang tercerabut dari umat pada saat ini. Palestina serta kabar yang menyertainya seolah hanya rutinitas berita harian. Tak lagi menimbulkan gejolak untuk memperjuangkannya.


Solusi Dua Negara


Solusi dua negara (two-states solution) merupakan salah satu opsi solusi atas konflik Israel-Palestina. Dengan solusi dua negara, Palestina berdampingan dengan Israel, di sebelah barat sungai Yordan. Perbatasan antarnegara masih dipersengketakan dengan pemimpin Palestina dan Negara Arab yang menginginkan “perbatasan pada tahun 1967”, namun tidak disepakati oleh Israel. Wilayah bekas Mandat atas Palestina tidak akan menjadi bagian dari Negara Palestina, dan akan menjadi bagian dari wilayah Israel.
 

Resolusi ini bukan lah gagasan baru atas konflik Palestina-Israel. Sejarah dari kerangka solusi telah tertulis dalam resolusi PBB sejak tahun 1974. Selama bertahun-tahun kemudian, hasil jajak pendapat Israel dan Palestina mendukung solusi dua Negara. Resolusi yang diusulkan untuk konflik Palestina-israel, yakni pembentukan dua Negara yang independen, satu wilayah bagian untuk orang Israel dan yang lainnya untuk palestina, yang hidup berdampingan secara damai dan aman.


Pertanyaannya kemudian adalah, apakah ini benar menjadi sebuah solusi penyelesaian?. Seluruh negara-negara di dunia selama bertahun-tahun percaya bahwa solusi dua negara akan mampu menyelesaikan konflik Palestina dan Israel. Secara fakta tidak kah mereka berkaca bahwa berbagai pernjanjian damai (gencatan bersenjata) selalu dilanggar oleh Israel. Belum lagi kesulitan dalam menentukan batas negara yang akan menjadi pemisah wilayah Palestina dan Israel.
 

Dan yang terpenting dalam hal ini adalah, solusi dua negara artinya mengakui keberadaan zionis Israel dan bahkan memberikan tanah kaum muslim yang diberkati (tanah Palestina) kepada penjajah. Bukankah yang demikian yang memang diinginkan oleh Israel. Dan tidak ada yang benar-benar mampu menjamin bahwa Israel tidak akan menuntut wilayah Palestina menjadi hak miliknya. Sungguh ini adalah penghianatan atas seluruh perjuangan yang telah dilakukan rakyat Palestina, dan atas kaum muslimin seluruh dunia.


Malapetaka Atas Umat


Sejak runtuhnya sistem pemerintahan Islam pada tahun 1924, hilanglah sudah perisai pelindung kaum muslim di seluruh dunia. Upaya meruntuhkan daulah Islam ini sudah dimulai sejak lama dengan menyusupkan paham kebangsaan yang memecah belah perasaan kaum muslim. Disusul dengan upaya pemisahan diri dari wilayah daulah, menjadi wilayah geografis sendiri, agar semakin mudah para penjajah barat menguasai umat islam.
 

Kemudian di Palestina didirikan gerakan nasionalis kebangsaan Yahudi, yang beberapa waktu kemudian berubah menjadi ‘Gerakan Perjuangan Kemerdekaan’ atas nama Negara. Proyek ini diagendakan menjadi ujung tombak kepentingan kafir, dan untuk meletakkan hambatan yang menyibukkan kaum muslim. Sehingga kaum muslim tidak mampu mengembalikan Daulah Islam. Dengan demikian, posisi geografis dan opini umum memusat menjadi satu titik perubahan tanpa ada pembebasan kaum muslim (Taqiyuddin An-Nabhani, 2002, hal 304).


Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa malapetaka mereka bukan semata karena keberadaan zionis yahudi. Sebab keberadaan zionis yahudi di tanah Palestina sudah di design sejak lama, untuk menyibukkan kaum muslim. Hingga kemudian terlupakan dengan kewajiban sesungguhnya untuk mengembalikan tegaknya sistem pemerintah Islam. Bukan pula keberadaan negara-negara penjajah yang memfasilitasi dan menjadi penyokong zionis yahudi. Yang menyediakan dan mensuplai sarana alat-alat pembunuhan atas rakyat Palestina (dan kaum muslim di belahan bumi lainnya).


Malapetaka sesungguhnya atas kaum muslim Palestina dan seluruh dunia adalah keberadaan penguasa yang Ruwaibidhah (bodoh dan tidak berarti). Para penguasa yang bersekongkol dengan musuh, memberikan perlindungan kepada musuh bahkan menutupi kejahatan mereka kepada rakyat Palestina (kaum muslim). Para penguasa yang kemudian juga memberikan tanah kaum muslim kepada pihak musuh yang zionis dengan solusi dua negara. Solusi yang katanya mewujudkan Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai. 
 
Malapetaka, saat para penguasa ruwaibidhah ini kemudian mengikat perjanjian damai dan normalisasi hubungan dengan penjajah Israel. Para penguasa yang juga menghalangi kaum muslim untuk memenuhi tugasnya, untuk mengusir agresi zionis dari tanah kaum muslim tanah Palestina yang diberkati. Fardhu atas setiap kaum muslim untuk mempertahankan wilayahnya dari serangan musuh. Namun justru dihalangi oleh penguasanya dengan pembatasan wilayah bangsa (nation state).
 

Para penguasa negeri-negeri Islam ini senantiasa berjabat tangan dengan para penjajah. Bahkan mendorong dengan sukarela perjanjian damai Palestina dan Israel. Tidakkah mereka ingat darah yang mengalir dari rakyat Palestina. Tulikah mereka dari jerit anak kelaparan, tangis anak yang terluka yang tersiar di kanal berita seluruh dunia. Butakah mereka atas merahnya darah yang membasah bumi Palestina, luka yang menganga dan air mata bercampur darah.
 

Tidak ada sedikit pun harapan pada para penguasa ruwaibidhah. Keluar lah dari malapetaka besar besar ini wahai kaum muslimin. Wujudkan satu kepemimpinan atas umat, kembali kepada manhaj Nabi. Bersama berjuang dan wujudkan kepemimpinan Islam. Maka bukan hanya Palestina yang merdeka dari penjajahan Yahudi. Seluruh kaum muslim, seluruh dunia akan meraih keberkahan Ilahi. 
Allahu'alam.


_Editor : Vindy Maramis_

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)