Nasionalime dan Negara Bangsa : Belenggu bagi Pembebasan Palestina

Lulu nugroho
0


Ilustrasi Pinterest
Oleh Ida Paidah, S.Pd.




Beritakan.my.id, Opini_ Ribuan aktivis dari penjuru dunia kini bergerak menuju Gaza dalam sebuah aksi solidaritas bertajuk Global March to Gaza. Aksi ini bertujuan menekan pemimpin dunia agar segera menghentikan agresi militer Israel yang dinilai sebagai bentuk genosida terhadap warga Palestina.


Selain itu terdapat pula aksi bersama untuk Palestina dengan melakukan pawai darat yang diberi nama Qafilat ash-Shumud (Konvoi keteguhan). Mayoritas peserta adalah warga sipil yang tergerak oleh krisis kemanusiaan di Gaza. Mereka berharap aksi ini bisa menggugah dunia untuk bertindak.


Dikutip dari Aljazeera, Senin (16/6/2025), gerakan ini dipimpin oleh kelompok Koordinasi to Gaza atau Long March to Gaza menjadi simbol kuat solidaritas masyarakat dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina, khususnya di jalur Gaza. Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan bentuk nyata kepedulian global terhadap krisis kemanusiaan.

Munculnya gerakan  Global March To Gaza (GMTA) menujukkan kemarahan umat yang sangat besar.  Hal itu menandakan bahwa tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini.


Aksi umat Islam dari berbagai negara ini menunjukkan besarnya ghirah umat untuk membela Palestina. Mereka bergerak dengan dorongan akidah Islam dan berharap aksi yang digelar akan memberikan tekanan politik kepada penguasa muslim dan Zionis Yahudi agar membuka blokade terhadap Palestina.


Tertahannya mereka di pintu Raffah justru semakin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa mengurai masalah Gaza karena ada pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum muslimin, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa. 


Nasionalisme seringkali mengkerdilkan solidaritas terhadap Palestina menjadi sebatas retorika. Kepentingan nasional yang sempit, demi kestabilan dalam negeri, relasi ekonomi dengan Barat, atau konflik sektarian, membuat para pemimpin tidak mengambil risiko politik besar demi palestina.
Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika. 


Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari  sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan Khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam. 
Ini merupakan buah penerapan sistem sekuler kapitalisme yang mengagungkan nilai materi dan rasa superior disertai dengan kebencian atas manusia lainnya. Kekejaman Zionis Yahudi terhadap muslim Palestina yang begitu rupa tidak mengusik hati nurani para pemimpin muslim.


Umat Islam juga harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik, yakni fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.
Karenanya urgen untuk mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)