Kebangkitan dan Persatuan Hakiki Umat Islam Sedunia Menyelamatkan Palestina

Admin Beritanusaindo
0

 


Oleh: Anita 

Ibu Rumah Tangga dan Autor Beritakan 


Beritakan.my.id- OPINI - Genosida yang masih berlangsung hingga kini di Gaza bukanlah sekadar tragedi kemanusiaan yang paling memilukan. Ia adalah bukti telanjang betapa lemahnya Dunia Islam saat ini. Padahal secara jumlah, umat Islam mencapai lebih dari 1,8 miliar jiwa. Ini adalah simbol paling nyata dari keterpecahbelahan Dunia Islam, sekaligus bukti paling kasatmata dari kegagalan nasionalisme dan sistem nation-state (negara-bangsa) yang telah dipaksakan ke negeri-negeri Muslim pasca Perjanjian Sykes-Picot 1916.


Perjanjian Sykes-Picot 1916 adalah kesepakatan rahasia di antara negara-negara penjajah saat itu, yaitu antara Inggris (diwakili Mark Sykes) dan Prancis (diwakili François Georges-Picot), dengan persetujuan Rusia, dengan latar belakang Perang Dunia I (1914–1918). Tujuan dari Perjanjian Sykes-Picot tidak lain adalah membagi-bagi wilayah Kekhilafahan Utsmaniyah setelah dipastikan kalah dalam perang. Motif utamanya adalah: untuk menghancurkan Khilafah Utsmaniyah. Sebabnya, negara-negara Eropa memandang Khilafah sebagai penghalang ambisi kolonial mereka di Timur Tengah dan Dunia Islam. Khilafahlah yang selama ratusan tahun mampu menyatukan Dunia Islam. 


Kemudiaan untuk menguasai wilayah-wilayah strategis dan sumberdaya di dunia Islam. Beberapa kawasan yang saat itu merupakan bagian dari wilayah Khilafah seperti Suriah, Palestina, Irak dan Jazirah Arab memiliki posisi penting dalam jalur perdagangan dan akses laut. Ketiga, mencegah kekuatan Islam bersatu kembali. Dengan membagi-bagi wilayah Muslim menjadi negara-negara kecil di bawah kendali asing, Inggris dan Prancis berharap umat Islam tidak lagi bisa bersatu dalam satu negara besar bernama Khilafah. 


Perjanjian Sykes-Picot berdampak panjang bagi umat Islam, di antaranya: Pertama, menciptakan disintegrasi Dunia Islam. Khilafah Utsmaniyah akhirnya runtuh tahun 1924. Wilayahnya dipecah-belah menjadi lebih dari 50 negara-negara bangsa (nation-state) seperti Irak, Suriah, Yordania, Arab Saudi, dan lain-lain. Batas-batas politik bernama nation-state (negara-bangsa) yang tak pernah dikenal oleh umat Islam sebelumnya itu tiba-tiba berubah menjadi "sakral" yang bahkan mampu menumpulkan solidaritas sesama Muslim. Akibatnya, saat Muslim Palestina dibantai, misalnya, mereka dibiarkan berjuang sendiri untuk membela diri.


Kedua, memicu konflik dan krisis berkelanjutan. Batas-batas negara buatan sering mengabaikan realitas etnis, suku dan mazhab sehingga menimbulkan konflik internal berkepanjangan (contoh: Suriah, Irak, Libanon). Ditambah lagi dengan Palestina yang dijadikan titik api permanen setelah wilayahnya dijanjikan kepada Yahudi (Deklarasi Balfour 1917). Ketiga, melahirkan hegemoni Barat atas Dunia Islam. Wilayah-wilayah Islam dijajah langsung atau secara tidak langsung oleh Barat. Sistem politik, ekonomi dan pendidikan yang diterapkan pun disekulerkan dan menjauh dari syariah Islam.


Alhasil, Perjanjian Sykes-Picot adalah puncak konspirasi kolonial Barat untuk menghancurkan kekuatan dan persatuan umat Islam, memecah-belah wilayah Khilafah serta menguasai kekayaan negeri-negeri Muslim dengan menciptakan negara-negara boneka yang loyal kepada kafir Barat penjajah.


Setidaknya ada dua alasan mengapa penegakan kembali Khilafah sangat urgen bagi umat Islam dan bagi dunia saat ini. 


1. Alasan Syar’i.


Umat Islam itu satu umat. Mereka bersaudara. Demikian sebagaimana firman-Nya: "Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Karena itu perbaikilah hubungan di antara kedua saudara kalian itu dan bertakwalah kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat." (TQS al‑Ḥujurat [49]: 10)


Imam al‑Qurthubi menyatakan bahwa ayat di atas adalah dasar persaudaraan universal dan larangan keras atas kaum Muslim untuk terlibat dalam perselisihan di antara sesama mereka (Lihat: Al-Qurthubi, Al‑Jaami‘ li Aḥkaam al‑Qur’aan, 8/350).


2. Alasan Rasional dan Faktual


Pertama, hanya Khilafah yang bakal mampu menyatukan dan mempersaudarakan kaum umat Islam sedunia secara hakiki melampaui batas-batas negara, etnik/ras, suku-bangsa, bahasa, dan lainnya. Khilafah akan menghapus garis-garis batas negara palsu buatan kafir Barat penjajah. Kedua, hanya Khilafah yang bakal mampu menggerakkan kekuatan nyata umat Islam. Khilafah akan memiliki militer gabungan seluruh Dunia Islam, sumberdaya alam yang melimpah, serta otoritas syar’i untuk memutuskan jihad dalam rangka membela kaum Muslim di manapun, khususnya Palestina saat ini. Ketiga, Khilafah akan melepaskan Dunia Islam dari ketergantungan pada kekuatan asing seperti PBB, AS, Rusia, Cina dan Uni Eropa yang semuanya adalah entitas kafir penjajah yang tidak pernah berpihak pada Islam dan kepada kaum Muslim.


Kita yakin bahwa dengan izin Allah Swt. serta kesungguhan dakwah dan perjuangan, Khilafah Islam akan kembali memimpin dunia dengan keadilan, kemuliaan dan kesejahteraan hakiki. Khilafah juga akan menciptakan persatuan dan persaudaraan hakiki sesama Muslim. sekaligus akan mengembalikan kekuatan umat yang telah lama hilang. Kita pun yakin, menegakkan Khilafah Islam sebuah sistem pemerintahan Islam global bukanlah mimpi atau utopia, melainkan kewajiban syar’i dan keniscayaan sejarah yang pernah ada dan insya Allah akan kembali tegak. 

Wallahu a’lam bi ash-shawaab.

Editor: Rens

Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)