Palestina dan Fajar Kebangkitan Umat di Depan Mata

Admin BeritakanMyId
0
Sumber Ilustrasi : iStock.


Oleh : Arie Rahmayanti 


Korban jiwa di Gaza terus bertambah. Hingga akhir Juni 2025, jumlah warga Palestina yang gugur akibat serangan brutal zionis Israel telah mencapai lebih dari 56.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. Dunia internasional kembali sibuk membuat pernyataan keprihatinan. Para penguasa negeri-negeri muslim kembali mengecam dan menyerukan solusi dua negara. Namun pertanyaannya, harus sampai kapan kondisi ini berlangsung?.


Solusi dua negara yang diusulkan berkali-kali terbukti gagal mewujudkan perdamaian. Sebaliknya, sejak wacana itu dipropagandakan oleh Barat, penjajahan dan pembantaian justru terus terjadi. Amerika Serikat dan Israel sama-sama tidak pernah benar-benar berniat memberikan kemerdekaan penuh kepada Palestina. Bahkan, dalam sejumlah kesepakatan terbaru, penjajah zionis terus mempertegas klaim atas wilayah Tepi Barat sebagai milik sah mereka.


Di sisi lain, rakyat Palestina yang lurus dan teguh tidak pernah rela menyerahkan sejengkal tanah pun kepada penjajah. Mereka tahu bahwa Palestina bukan sekedar konflik batas negara, melainkan bagian dati tanah suci umat Islam. Tanah yang telah dibela dengan darah para syuhada sejak zaman Umar bin Khattab hingga era modern. Karena itu, menerima solusi dua negara bagi mereka sama artinya dengan mengkhianati perjuangan para syuhada dan perjanjian Umariyah.


Ironisnya, sebagian penguasa muslim justru mendukung solusi ini dan mendorong normalisasi hubungan dengan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak sungguh-sungguh berpihak pada Palestina. Bahkan, dalam kasus agresi Israel baru-baru ini, tidak satupun negara muslim mengirimkan bantuan militer atau langkah tegas secara politik. Kecaman dan bantuan kemanusiaan yang diberikan hanyalah pelipur lara yang tak mampu menghentikan peluru dan bom yang terus menghujani rakyat Gaza.


Khilafah, Solusi Sempurna 


Islam sebagai agama sempurna telah memberikan jawaban. Solusi atas penderitaan di Palestina bukanlah perundingan politik di bawah sistem internasional yang dikuasai Barat. Solusi itu adalah hadirnya Kembali institusi Khilafah Islamiyah yang akan mempersatukan negeri-negeri muslim dan mengomandoi jihad untuk membebaskan wilayah yang dijajah.


Sepanjang sejarah, hanya Khilafah yang mampu menjaga kehormatan Palestina. Dari tangan Umar bin Khattab yang memasuki Al Quds tanpa pertumpahan darah, hingga penolakan Sultan Abdul Hamid II terhadap upaya pendirian negara Israel di tanah suci, kita bisa melihat bahwa Khilafah adalah pelindung nyata umat Islam.


Tanpa Khilafah, jihad tidak akan terorganisir dan kekuatan militer umat tidak akan pernah digunakan untuk membela sesame muslim. Umat hanya bisa berharap pada negara-negara nasional yang terikat pada system kapitalisme global, yang lebih mementingkan relasi diplomatik dan kepentingan ekonomi.


Pembantaian di Gaza seharusnya menjadi cambuk keras bagi kesadaran umat Islam. Bahwa menggantungkan harapan pada Solusi buatan Barat justru memperpanjang penderitaan. Sebaliknya, menyerukan kembali tegaknya Khilafah bukan berarti membiarkan pembantaian terjadi, melainkan justru memperjuangkan Solusi ideologis dan strategis yang telah terbukti dalam sejarah.


Kebangkitan umat ada di depan mata. Tragedi Gaza bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari kesadaran politik baru. Kesadaran bahwa hanya dengan Islam yang diterapkan secara kaffah dalam naungan Khilafah-lah kemuliaan umat akan kembali.

Allahu'alam.


_Editor : Vindy Maramis_

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)