Upaya Damai yang Terkekang dalam Nasionalisme

Muslimah Pembelajar
0


 


 Oleh Radinka Silma NN


Konflik antara India dan Pakistan tak kunjung usai sejak pemisahan kedua negara ini pada tahun 1947. Wilayah Kashmir menjadi simbol penderitaan yang diwariskan beberapa generasi. Di sana, suara adzan bersaing dengan deru peluru. Ketegangan diplomatik menjadi simbol kegagalan para penguasa dalam menghimpun dunia secara adil dan sejahtera. Dunia menyorot. Rakyat berteriak. Namun masih belum adasolusi yang benar-benar menyentuh akar.


India berdiri atas asas nasionalisme Hindu, Pakistan atas nama negara Muslim. Tapi keduanya tetap terperangkap dalam lingkar nasionalisme yang telah memecah belah umat menjadi “kami” dan “mereka”. Sekularisme juga telah menjadikan agama terpinggirkan dari urusan politik. Selanjutnya, umatlah yang menjadi korban dari rusaknya sistem ini. Dunia hanya mampu mengecam dan menyuarakan harapan dan tindakan semu, tanpa mampu menyelesaikan konflik secara permanen.


Islam tidak mengenal batas nasional buatan penjajah barat. Dalam Islam, kaum Muslim adalah satu tubuh, satu umat. Solusi bagi konflik seperti India dan Pakistan bukanlah sekadar gencatan senjata atau perundingan diplomatik, tapi penegakan kembali institusi pemersatu umat. Sistem yang mampu melindungi darah kaum Muslim, menghapus penjajahan atas Kashmir, dan mengatur hubungan internasional berdasarkan syariat Islam—bukan kepentingan politik. Islam yang terbukti menyatukan wilayah luas tanpa menumpahkan darah.


Selama dunia masih bersandar pada solusi sekuler, luka Kashmir -bahkan seluruh dunia termasuk Palestina- tak akan pernah sembuh. Selama umat masih mengandalkan sistem sistem bobrok tersebut, kebangkitan sejati tak akan pernah terwujud. Saatnya kaum muslim menyadari solusi tuntas dari berbagai problematik dunia. Saatnya seluruh muslim sadar, bahwa Islam bukan sekedar agama, namun juga sistem yang mampu menyelesaikan konflik problematik dunia.


Ingatlah, Rasulullah saw, pernah bersabda,

"Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga dengan tidak bisa tidur dan merasa demam." (HR. Muslim)

Wallahua'lam bishowab. []


Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)