Deklarasi New York, Pengkhianatan Yang Dilegalkan

Admin Beritanusaindo
0

 


Oleh Umi Lia

Member Akademi Menulis Kreatif


Beritakan.my.id- OPINI - Gaza terus bergolak, sejak 18 Maret setelah gencatan senjata berakhir, entitas Zionis terus membombardir penduduk sipil. Dalam 24 jam terakhir, setidaknya ada 98 orang tewas dan 1.079 terluka. Sementara otoritas kesehatan setempat mencatat ada 60.430 korban jiwa sejak Oktober 2023, dan 148.722 yang luka-luka. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. (Metrotvnews.com, 3/8/2025)


Sungguh mahal harga kebebasan yang harus ditebus penduduk Gaza. Sejak tahun 1947 entitas Zionis menduduki Palestina dan menjajahnya sampai sekarang. Sudah ratusan ribu jiwa menjadi korban, padahal mereka hanya ingin merdeka lepas dari penjajahan. Mereka harus berjuang sendiri dan sekarang dipaksa untuk menyerah. Negara-negara Arab untuk pertama kalinya mendesak Hamas untuk mengakhiri konflik dan menyerahkan kekuasaannya di Jalur Gaza kepada otoritas Palestina (PA). Mereka meyampaikan hal itu dalam konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Selasa, 29/7.


Seruan untuk Hamas yang disebut "Deklarasi New York" itu ditandatangani oleh 22 negara anggota Liga Arab, seluruh Uni Eropa serta 17 lainnya. Sementara itu Prancis, Inggris dan Kanada sudah menyatakan akan mengakui Palestina pada bulan September nanti, walaupun Presiden Trump tidak menyukainya. Menurutnya hal itu sama dengan memberi penghargaan pada kelompok perlawanan. Sebaliknya deklarasi tersebut tujuannya mengakhiri konflik yang sudah berlangsung hampir delapan dekade dan puncaknya Palestina merdeka berdampingan dengan entitas Yahudi. Namun janji itu pun belum tentu terealisasi mengingat seringnya Israel mengingkari perjanjian.


Sungguh mengherankan, jika masih ada negara yang percaya pada entitas Yahudi selain Amerika. Bagaimana tidak, kekejamannya di luar nalar manusia, pelaparan rakyat sipil dijadikan senjata untuk menggenosida penduduk Gaza. Hal itu berdasarkan kesaksian Badan Bantuan Pangan PBB (World Food Programme, WFP), yang menyebutkan bahwa Gaza sudah masuk fase catrastophic hunger (bencana kelaparan). Fakta ini dengan liciknya dibantah oleh Perdana Menteri Zionis, Benjamin Netanyahu. Namun Kebusukan tidak bisa selamanya disembunyikan, pada waktunya pasti akan terbongkar. Itulah yang menyebabkan Prancis, Inggris dan Kanada ingin mengakui kemerdekaan Palestina.


Kejahatan Zionis tidak hanya menciptakan kelaparan, mereka juga menghancurkan bantuan pangan, lebih dari 1000 truk dihancurkan. Militer Yahudi juga menembaki warga yang sedang mengantri untuk mendapatkan bahan konsumsi. Sekedar mengakses makanan saja nyawa taruhannya. Sudah ribuan yang menjadi korban tewas, laki-laki, perempuan, anak-anak, orang dewasa bahkan lansia dan lebih banyak lagi yang terluka. Selain itu di antara tepung yang dibagikan itu ada yang dicampur narkoba. Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF) mendistribusikannya, dan mereka di-backup Israel juga Amerika. Demikianlah fakta kekejaman dan kekejian bangsa Israel yang didukung presiden negeri Paman Sam.


Gambaran lebih kejam adalah sikap para penguasa Arab yang hanya bisa mengutuk kejahatan entitas Yahudi, tapi di sisi lain mereka sepakat untuk melucuti senjata Hamas. Fakta ini berbahaya baik bagi masyarakat Gaza maupun Dunia Islam seluruhnya. Solusi dua negara berdampingan yang mereka setujui bisa menjadi preseden buruk. Kapan pun bisa saja militer yang kuat menyerang satu bangsa yang lemah untuk diduduki dan dijajah. Mereka tidak menyadari kebahayaan ini, kemudian memihak penjajah dan mengabaikan sesama muslim. Alih-alih membantu, mereka justru menghalangi pembebasan hakiki negara Palestina. Bahkan rezim Mesir melarangnya walau hanya sekedar berbentuk kecaman. Imam Besar al-Azhar ditekan untuk mencabut tulisan yang isinya mengecam penjajah Zionis di laman medsosnya. Realitas ini menunjukkan secara tidak langsung bahwa pengkhianatan para pemimpin Timur Tengah inilah yang membuat Gaza hancur lebur dan penduduknya mati kelaparan.


Padahal seharusnya mereka menolong, seperti yang diperintahkan Nabi saw. Apakah mereka lupa ajaran agamanya? Pengkhianatan apa yang lebih besar dari mengingkari Allah dan RasulNya? Ketundukan mereka pada Zionis dan Amerika, serta harta, jabatan dan kekuasaan yang mereka pertahankan, sejatinya tidak akan abadi. Orang berkhianat pada saudaranya dan loyal pada musuh tidak ada harganya di hadapan siapa pun. Mereka menyangka dengan tunduk pada kepentingan penjajah dan sekutunya akan aman, padahal tidak! Persekutuan mereka ibarat sarang laba-laba saking rapuhnya. 


Mereka diam, bisu dan tuli atas seruan penguasa langit dan bumi Yang Maha Perkasa melalui firman-Nya dalam QS. al-Anfal ayat 72: 


"Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama, kalian wajib menolong mereka."


Kaum muslim adalah umat terbaik yang dilahirkan ke dunia ini. Jika sekarang keadaannya jauh dari predikat itu, dikarenakan tidak adanya institusi politik yang melindungi jiwa, harta dan kehormatan mereka. Sejak Khilafah diruntuhkan tahun 1924 oleh orang-orang kafir laknatullah 'alaihim, kesatuan umat Islam dicabik-cabik menjadi negara-negara kecil yang menyebabkan sulit bersatu kembali. Ditambah lagi hegemoni Barat terhadap wilayah-wilayah yang sudah terpecah tersebut. Namun, kesadaran umat sudah muncul dan tumbuh seiring waktu menghadirkan keberanian untuk berjuang. Khilafah harus ditegakkan kembali yang selanjutnya khalifahnya akan menjadi komando jihad untuk membebaskan Palestina.


Untuk saat ini perjuangan menegakkan Khilafah sangat mendesak. Ada dua alasan yang harus diperhatikan: Pertama, karena ini perintah Allah Swt. bahwa umat harus bersatu dalam satu ikatan akidah tidak boleh terpecah belah. Mereka wajib menyelesaikan masalah yang terjadi dengan wahyu yang Dia turunkan. Rasulullah saw. sudah mencontohkan bagaimana persatuan itu dibangun dan syariah Islam diterapkan. 


Kedua, secara rasional dan faktual, institusi Islam inilah yang akan mampu menghilangkan batas-batas imajiner national-state (negara bangsa). Sehingga tidak ada penghalang bagi seorang muslim di wilayah mana pun untuk menolong saudaranya di Gaza, tidak ada lagi pintu perbatasan yang ditutup rapat. Selain itu, khalifah nanti akan menggabungkan seluruh kekuatan militer negeri-negeri muslim, dan memimpin jihad mengusir penjajah Zionis. Tidak akan mempedulikan lagi hukum internasional yang dibuat PBB atau bergantung pada Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina dan Rusia. Karena mereka semuanya adalah entitas kafir yang tidak akan pernah berpihak pada Islam dan kaum muslim.


Hanya saja untuk memperjuangkan Khilafah harus ada partai Islam ideologis yang aktivitasnya dakwah mengikuti metode Rasulullah saw., mengawalinya dengan mengkaji Islam secara kafah, kemudian berinteraksi dengan umat menyampaikan ajaran Nabi saw. yang sudah banyak diabaikan atau tidak diamalkan lagi. Di tahap ini ada perjuangan politik dan membongkar makar-makar musuh (orang kafir). Selanjutnya ada tahapan penerimaan kekuasaan yang akan menerapkan hukum Allah dan mengemban ideologi sahih ini ke seluruh dunia dengan kekuatan negara dan penguasanya. Inilah langkah-langkah yang harus ditempuh untuk bisa membebaskan Palestina dari cengkeraman Zionis Yahudi. Karena itu bencana kelaparan di Gaza saat ini harus menjadi momentum untuk menyerukan solusi hakiki yaitu jihad dan khilafah.

Wallahu a'lam bishawab.

Editor: Rens


Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.



Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)