Penjajahan Berbalut Kemerdekaan

Admin BeritakanMyId
0

 

Sumber Ilustrasi : iStock.


Oleh : Ika Juita Sembiring, S. Gz


Gemuruh dan euforia peringatan 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia telah terlihat sejak memasuki bulan Agustus tahun 2025 ini. Baik di kota maupun pedesaan, larut dalam suasana yang meriah. Kibaran merah putih meliputi persada nusantara. Panggung-panggung hiburan bahkan sudah didirikan di berbagai sudut. Namun sungguh ironi, ditengah kemeriahan ini ada banyak persoalan di berbagai bidang kehidupan yang belum terselesaikan.


Penjajahan secara fisik mungkin tidak terlihat secara langsung di negeri ini. Namun penjajahan dalam bentuk lain masih dirasakan rakyat Indonesia. Suka atau tidak suka, secara nyata ini masih terjadi. Bagaimana rakyat hari ini sungguh tidak merdeka dalam menjalani kehidupannya. Bahkan kesulitan hidup yang memenjarakan diri justru dilakukan oleh aparatnya secara sistematis.


Penjajahan Gaya Baru


Di bidang ekonomi, pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran terjadi di banyak perusahaan. Melahirkan persoalan baru di tengah-tengah masyarakat. Tanpa pekerjaan tak ada gaji, tak ada biaya untuk kehidupan. Padahal biaya hidup saat ini yang mencekik bagi rakyat. Semua mahal dan semakin tak terjangkau. Disaat seperti Negara justru mengambil harta rakyat dengan kenaikan pajak secara gila-gilaan. Tanpa penghasilan, biaya hidup melambung tinggi, bahkan Negara menaikkan pungutan pajak. Bukan semakin membaik, masyarakat justru turun kelas menuju masyarakat miskin. Sungguh sangat ironis.


Penjajahan pemikiran juga masih terus terjadi. Penanaman pemikiran rusak pada generasi dan rakyat saat ini. Dipaksakan untuk menerima pemikiran de-radikalisasi (penyebutan radikal pada mereka yang justru memperjuangkan pemikiran mendasar Islam). Pemikiran islam moderat yang justru menyelisihi hukum syara, namun dianggap pemikiran positif. Dialog antar agama dipaksakan pada rakyat dengan dalih semua agama sama semua agama benar. Yang jelas tertolak oleh aqidah Islam yang shohih. Tidak merdeka umat untuk memahami dien (agama Islam) yang shohih.


Secara politik umat juga tidak merdeka. Politik yang shohih lahir dari aqidah Islam. Namun umat juga tidak bebas untuk dipimpin secara kepemimpinan islam. Dipaksa berperan aktif dalam pelaksanaan politik yang salah dengan segala carut marutnya. Berkuasalah mereka yang memiliki dana (kapital) walau jauh dari memenuhi amanah kepemimpinannya. Kapitalisme-sekuler justru mendukung politik yang mendulang kepentingan pribadi daripada fokus memenuhi amanah atas rakyat.


Hukum yang tajam ke bawah, tumpul ke atas. Keadilan yang menjadi milik mereka yang berduit saja. Rakyat miskin dilarang sakit, karena biaya kesehatan yang sangat mahal. Ingin pintar juga dibatasi oleh ketersediaan biaya. Pendidikan hanya bagi mereka yang kaya. Akhlak dan moralitas Sesuatu yang sangat langka. Ketika manusia hidup sesuka hati tanpa terikat aturan ketuhanan. Sejumlah ironi yang disajikan sampai hari ini, bahkan setelah 80 tahun kemerdekaan Indonesia.

            

Kemerdekaan Hakiki dalam Islam


Sesungguhnya kemerdekaan Indonesia hanya di kulit luar saja, yakni bebas dari penjajahan fisik yang menggunakan senjata. Namun sejatinya masih terjajah dalam berbagai sistem kehidupan. Kemerdekaan yang sesungguhnya belum terwujud. Yakni ketika rakyat di riayah (diurus). Terlihat kemudian pada terpenuhinya seluruh kebutuhan rakyat secara mendasar. Keamanan dan kesejahteraan pun menyertai rakyat.


Kemerdekaan hakiki adalah ketika seorang hamba bebas untuk menyembah Tuhannya, bebas menjalankan seluruh perintah sang Pencipta. Merdeka dari penghambaan kepada selain Allah. Dalam seluruh sistem kehidupannya terbebas dari aturan yang bukan dari Allah. Tidak seperti saat ini, penjajahnya sudah pergi. Tetapi aturan kehidupannya masih dipakai. Hukum warisan penjajah belanja contohnya.


Ketika umat bebas dan terdorong menjalankan seluruh aturan sang pencipta. Maka keberkahan akan melingkupi umat, yakni bertambahnya semua kebaikan. Rakyat akan sejahtera di bawah kepemimpinan Islam. Seluruh sistem kehidupan akan berjalan dengan baik. Tak ada penjajahan atas manusia kepada manusia lainnya. Seluruh Negara bangsa berada dalam kemakmuran. Termasuk Negara Indonesia, bukan kemerdekaan semua berselimut penjajahan. Namun kemerdekaan hakiki yang melingkupi seluruh umat manusia.


Butuh Islam Kaffah


Seluruh kebaikan sistem ini tidak akan terwujud jika tidak dalam sistem pemerintahan Islam. Hanya sistem pemerintahan Islam yang akan mampu memberi solusi hakiki. Pemerintahan yang berjalan di atas aqidah Islam, akan menjalankan seluruh aturan sesuai dengan perintah Allah SWT. Dan menjauhi segala perkara yang dilarang oleh Allah.


Maka di dalam Islam ada aturan terkait dengan politik, ekonomi, peradilan dan lainnya. Kesejahteraan rakyat bukan lagi mimpi. Namun dapat terwujud dengan pengelolaan kepemilikan oleh negara. Kepemilikan umum akan dikelola untuk kemakmuran rakyat secara optimal. Lapangan pekerjaan disediakan oleh negara. Tanah mati akan dihidupkan, sehingga tidak akan ada warga yang menganggur.


Secara aqidah dan pemikiran, umat akan terjaga dengan diharamkannya masuk pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Umat di support untuk optimal dalam memahami dan mengkaji Islam.


Islam kaffah ini menjadi solusi atas segala persoalan umat yang masih belum terselesaikan hari ini. Namun butuh perjuangan yang nyata untuk mewujudkannya. Bukan sekadar gerakan euforia yang tidak mendasar. Umat tau butuh perubahan, namun mereka tidak tau metode yang benar. Maka tugas kita bersama untuk memahamkan umat. Dakwah terus bergulir, pengembannya semakin ramai. Semoga senantiasa istiqomah, untuk melanjutkan kehidupan Islam yang akan mampu mewujudkan kemerdekaan yang hakiki.

Wallahu’alam bi shawab.


---

Editor : Vindy Maramis

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)