Menghina Nabi, Kebebasan Berekspresi dalam Sistem Kapitalisme

Goresan Pena Dakwah
0
Ilustrasi Nabi Saw. (Sumber: pngtree)


Oleh: Nafiza


Beritakan.my.id, Opini--Pelecehan terhadap agama dan nabi di masyarakat saat ini sering terjadi. Baik dalam bentuk ucapan, komedi atau pun kartun. Kejadian serupa malah secara terang-terangan dilakukan oleh beberapa kartunis majalah terkenal di Turki. 


Bulan lalu, beberapa kartunis majalah satir ditangkap otoritas Turki setelah menerbitkan ilustrasi yang dinilai menyinggung agama karena dianggap menggambarkan Nabi Muhammad dan Nabi Musa. Sehingga kartun itu memicu kecaman luas, baik dari pemerintah maupun dari kelompok konservatif (cnncindonesia.com, 5-7-2025).


Kejaksaan Istanbul telah memerintahkan penangkapan editor majalah LeMan usai protes meluas. Perintah penangkapan diterbitkan dengan alasan majalah telah membuat kartun yang "secara terbuka menghina nilai-nilai agama" (cnbcindonesia.com, 01/07/2025).


Baca juga: 

Senjata Tanpa Peluru: Blokade Israel Membunuh Anak Gaza


Penghinaan terhadap agama dan Nabi sudah sering terjadi. Mulai dari Pembakaran Al-Qur'an, hingga penghinaan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh non muslim saja, yang lebih mirisnya, dari kalangan yang mengaku muslim sendiri pun sering terjadi, baik itu dalam candaan, hiburan, disengaja atau pun tanpa disengaja. 


Kasus ini belum menemukan titik terang dalam penyelesaiannya. Sehingga semakin menyebar luas oknum-oknum penyebar kebencian, bahkan media terkenal sekelas majalah satire LeMan melakukan penghinaan terhadap nabi tanpa takut dihukum berat. 


Kartun yang menghina Nabi yang diterbitkan oleh majalah satire LeMan, memicu kemarahan publik. Meski disangkal oleh pemilik media, dan telah dilakukan perintah penangkapan, rakyat Turki tetap tidak bisa menerimanya. 


Sistem Kapitalisme Demokrasi melahirkan kebebasan berekspresi dalam kebijakannya, sehingga manusia tanpa moral melakukan kejahatan mengatasnamakan kebebasan berekspresi. Dalam Sistem Kapitalisme, menghina simbol-simbol agama dianggap sebagai hal yang lumrah (biasa) dan dianggap sebagai bentuk kebebasan berpendapat. 


Baca juga: 

Rekening Doormant, Rugikan atau Makin Sengsarakan Masyarakat?


Kebebasan berekspresi terus mengusik umat Islam. Karena adanya hak-hak ini di setiap individu, sehingga menjadi celah bagi musuh untuk memuaskan rasa bencinya terhadap Islam. Kebencian musuh Islam telah membutakan hati mereka dan memakai segala macam cara untuk terus menghancurkan dan merendahkan Islam. Atas nama kebebasan yang di puja dalam Sistem Demokrasi, mereka melegalkan pembuatan karikatur yang terang terangan menghina umat Islam. 


Meski umat muslim Turki dan umat muslim di seluruh dunia mengecam tindakan penghinaan ini, namun hal itu bukanlah suatu solusi untuk masalah ini jika tanpa sanksi yang membuat jera. Sebab telah banyak bukti yang terjadi. Bahkan kasus-kasus seperti ini setelah lama akan hilang ditelan waktu, seakan-akan tidak pernah terjadi. 


Hal ini membuktikan bahwa Sistem Demokrasi sekuler tidak pernah mampu menjadi solusi bagi setiap masalah yang ada. Sebab akidahnya adalah akidah sekuler (memisahkan agama dari kehidupan) yang berasaskan manfaat. 


Berbeda dengan sistem Islam. Peradaban Islam dibangun atas asas akidah yang lurus yaitu akidah Islam. Peradaban Islam tidak dibangun untuk mendapatkan manfaat materi semata, apalagi hanya memuaskan nafsu kebebasan. Peradaban Islam terefleksi secara praktis dalam daulah Khilafah Islamiyyah.


Islam memiliki mekanisme untuk menjaga kemuliaan Islam dengan penerapan sistem Islam dalam kehidupan oleh Khilafah. Sejarah panjang telah membuktikan hal tersebut, bahkan diakui oleh sejarawan Barat yang obyektif. 


Baca juga: 

Blokir Rekening : Bukti Kapitalisme Gagal Menjaga Harta


Selain itu, Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan untuk para penghina Nabi.   Syari'at telah menentukan dengan detail beragam sanksi untuk mereka, baik yang menghina secara langsung dan telah jelas substansi penghinaannya maupun penghinaan dengan pernyataan yang multitafsir, siapa pun pelakunya, baik kafir harbi, kafir dzimi atau pun muslim.


Sebagaimana kisah yang terjadi pada masa Rasulullah, dimana salah seorang sahabat memenggal istrinya karena telah menghina Rasulullah saw. Sultan Abdul Hamid II mengancam memerangi Prancis karena pemerintah Prancis ingin melakukan pertunjukan teater nabi Muhammad Saw. Negara Islam siap membela Nabinya sekali pun dengan berperang.  Solusi hakiki  adalah dengan diterapkan syariat Islam Kafah.  Wallahu'alam. [ry].

Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)