Fitrah Pemuda: Menolak Diam, Potensi untuk Taghyir Hakiki

Lulu nugroho
0


Ilustrasi Pinterest
Oleh Nadisah Khairiyah



Beritakan.my.id,Opini_ Riuh aspirasi di jalanan dan dunia maya belakangan ini, oleh generasi muda. Mereka turun dengan poster kreatif, meme yang jenaka sekaligus menusuk, hingga estetika visual yang penuh pesan. Psikolog Anak dan Remaja Anastasia Satriyo, M.Psi. Psikolog, menilai hal ini sebagai cara khas Generasi Z mengekspresikan keresahan. Alih-alih melakukan tindakan destruktif, mereka memilih bicara lewat medium yang akrab bagi mereka, media sosial, bahasa visual dan humor yang sarat makna.

Namun, ada pula catatan dari Psikolog Universitas Indonesia, Prof. Rose Mini Agoes Salim, yang menyoroti meningkatnya jumlah remaja di bawah umur yang ikut aksi demonstrasi. Menurutnya, meski unjuk rasa dapat menjadi ajang belajar menyampaikan pendapat, remaja masih rentan terprovokasi karena kontrol diri mereka belum sepenuhnya matang.

Kedua pandangan ini menghadirkan gambaran: generasi muda sedang mencari jalan untuk bersuara, antara semangat untuk terlibat dengan kerentanan yang mengiringi.

Ketika Ekspresi Dijinakkan Sistem

Klasifikasi generasi termasuk Gen Z, dalam ilmu psikologi sejatinya bertujuan memahami pola tumbuh-kembang, cara berpikir, dan ekspresi khas suatu generasi. Itu adalah upaya ilmiah untuk membaca manusia dalam konteks zamannya.

Namun, dalam kerangka kehidupan yang dibangun sistem kapitalisme, klasifikasi ini kerap diarahkan untuk fungsi tertentu. Industri memakainya sebagai strategi pemasaran, media mengemasnya dalam estetika ekspresif, dan ruang publik menyalurkannya agar aspirasi generasi muda berhenti pada ekspresi kreatif semata. Akhirnya, keresahan yang sejatinya lahir dari rasa ketidakadilan lebih sering dipoles agar tetap aman dalam pagar sistem yang ada.

Padahal, jika menilik fitrah manusia, sejak awal penciptaannya ia dibekali naluri untuk mempertahankan diri (gharizah al-baqa) — menolak kezaliman, menuntut keadilan, dan mencari solusi yang benar-benar menghapus kezaliman itu.

Fitrah yang Menemukan Jalan dalam Syariat

Islam memandang fitrah manusia tidak cukup dipahami lewat klasifikasi psikologi, tetapi harus dibimbing oleh syariat. Fitrah itu akan menemukan jalannya ketika diarahkan oleh wahyu.

Karena itu, Islam menetapkan mekanisme muhasabah lil hukkam, menasihati dan mengoreksi penguasa ketika berlaku zalim. Sejak masa Rasulullah ﷺ, cara ini telah diajarkan dengan penuh hikmah, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik...” (QS. An-Nahl: 125). 

Bahkan Rasulullah ﷺ menegaskan: “Pemimpin para syuhadā’ adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan (juga) seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, lalu ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya.”

Sejarah juga mencatat, para pemuda sejak masa Rasulullah ﷺ selalu menjadi garda terdepan perubahan hakiki. Semangat mereka tidak hanya berhenti pada poster, nyanyian, atau ungkapan kreatif, tetapi menjelma menjadi tenaga yang mengubah arah masyarakat. Potensi itu masih ada, menunggu disentuh dengan visi besar: perubahan hakiki (taghyir) menuju kehidupan yang adil dalam naungan syariat.

Harapan yang Menanti Muaranya

Gelombang suara yang hari ini ramai di jalanan dan dunia maya adalah tanda bahwa generasi ini hidup, peka, dan tidak rela diam di hadapan ketidakadilan. Hanya saja, energi itu sering diarahkan agar berhenti di tepian: pada ekspresi estetik, pada luapan rasa sesaat.

Padahal di balik setiap keresahan, ada fitrah yang ingin menemukan jalannya. Ada naluri yang menolak tunduk pada kezaliman, dan ada potensi besar yang bila disentuh oleh tuntunan wahyu, mampu menggerakkan sejarah.

Generasi muda adalah wajah masa depan. Bukan sekadar pengisi ruang-ruang digital, melainkan pewaris tugas mulia: berdiri dengan keberanian, menuntun umat menuju cahaya, sebagaimana para pemuda di sisi Rasulullah ﷺ pernah menorehkan jejak agung.

Semoga setiap poster, setiap kata, setiap rasa yang terucap hari ini, suatu saat menemukan muaranya: bukan hanya dalam aliran ekspresi, tetapi dalam arus perubahan hakiki, yang menegakkan kebenaran, menyingkirkan kezaliman, dan membawa manusia kembali pada pelukan keadilan Allah.
Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)