Zionis Samakin Brutal Jurnalis jadi Sasaran

Admin Beritanusaindo
0

 

Ilustrasi: Google 


Oleh Suryani

Pegiat Literasi


Beritakan.my.id - OPINI - Gaza masih membara. Darah syuhada terus mengalir di setiap tempat termasuk para jurnalis. Serangan brutal Zionis menyasar ke berbagai arah tak terkecuali rumah sakit. Setidaknya tidak kurang dari dua puluh orang tewas akibat  serangan udara ke rumah sakit Nasser pada hari Senin 25 Agustus. Bukan hanya rakyat sipil empat orang jurnalis syahid salah satu korbannya adalah Hussen al-Masri, juru kamera sekaligus kontraktor Reuters yang tewas dalam serangan pertama.


Selain jurnalis, ada empat petugas medis juga tewas dalam serangan ini. Detik-detik video yang merekam kejadian menunjukan serangan ke dua Zionis menyasar tim penyelamat yang sedang berjibaku menolong korban akibat serangan pertama, kemudian serangan ke dua terjadi mengenai mereka beserta jurnalis yang sedang meliputnya secara live mengakibatkan siaran terhenti.


Kematian lima jurnalis ini menambah daftar panjang jumlah jurnalis yang tewas sejak perang dimulai pada Oktober 2023, dengan korban mencapai dua ratus orang. Oleh karena itu, Committee Protect Journalis (CPI) menyebut konflik di Gaza adalah yang paling mematikan bagi jurnalis. (BBC.com, 26 Agustus 2025)


Serangan udara Zionis yang menewaskan para jurnalis memicu kecaman keras dari berbagai pihak, terutama organisasi pers internasional, mereka menilai kebebasan pers dan pekerja media kembali diabaikan. Selain itu tragedi di rumah sakit Nasser menjadi bukti paling nyata bahwa Zionis Yahudi dengan serangan brutalnya tak lain untuk  menghabisi muslim Palestina.


Walaupun dunia internasional telah menetapkan bahwa rumah sakit, tenaga medis, jurnalis dan relawan kemanusian tidak boleh dijadikan target peperangan, tetapi Zionis tidak peduli dengan tetap membantai anak-anak, perempuan, orang tua, dan meluluhlantakkan masjid dan rumah sakit.


Mirisnya lagi, kebiadaban ini disaksikan dunia tetapi tidak bisa sedikitpun menghentikan kebrutalan Zionis tersebut. Sebaliknya Barat terutama Amerika Serikat sebagai negara adidaya mendukung genosida ini dengan terus mengalirkan senjata, amunisi dan dana bagi keberlangsungan kebiadaban mereka.


Aksi AS ini seakan menjadi pembenaran bagi para penguasa muslim untuk bungkam  dan menonton saudaranya di Gaza meregang nyawa. Padahal mereka mempunyai tentara yang besar, senjata modern bahkan anggaran militer yang melimpah tetapi memilih menyimpannya di barak-barak. Mereka lebih takut kehilangan kursi kekuasan dan restu Barat daripada menolong saudaranya di Palestina. Di samping itu, karena sekat nasionalisme yang telah memecah belah umat, hingga meskipun ada dua milyar kaum muslim  nyatanya hanya sekedar jumlah tanpa ada semangat jihad dengan memobilisasi militer.


Keadaan ini akan terus berlanjut, ketika solusi hakiki belum menjadi opini umum di mayoritas muslim. Yakni menyadari bahwa tanah Palestina adalah tanah kaum muslim yang telah dirampok oleh Zionis Yahudi, harus kembali diambil dan merupakan tanah suci karena di dalamnya ada masjid al-Aqso sebagai kiblat pertama kaum muslim.


Pembebasan tanah Palestina tidak cukup dengan bantuan kemanusian berupa makanan dan obat-obatan semata. Bukan juga hanya kecaman dan doa bersama, tetapi adalah dengan jihad fi sabilillah. Itulah solusi syar'i yang Allah tetapkan sebagaimana firman-Nya:


"Perangilah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu....."    (TQS al-Baqarah ayat 191)


Sejarah telah membuktikan, ketika Palestina jatuh ke tangan kaum muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Kaththab, selain beliau membebaskannya dari tangan Romawi, juga memastikan keadilan ditegakkan dan keselamatan kaum Nasrani terlindungi.


Berabad-abad kemudian tanah suci tersebut kembali jatuh ke tangan tentara salib, Allah menganugerahkan kemenangan melalui Shalahudin al-Ayyubi, dengan kekuatan jihad beliau mampu membebaskan al-Quds. Dan Ia menyatukan kekuatan umat di bawah panji Islam dan mengobarkan jihad sehingga Palestina kembali ke tangan kaum muslim.


Itulah sejarah para pendahulu umat muslim, para penguasanya hadir dalam menjaga darah dan kehormatan rakyatnya. Islam diterapkan secara kafah hingga rakyat berada dalam ketenangan dan kesejahteraan. Islam tersebar luas dan musuh-musuh pun gentar ketika berhadapan dengan negara Islam.


Edukasi terhadap umat tentang solusi hakiki untuk membebaskan Palestina hanya dengan jihad fi sabilillah harus terus dilakukan. Di samping kewajiban untuk bersatu di bawah institusi pemerintahan Islam untuk menerapkan syariatnya juga terus disampaikan. Hal tersebut sebagai bentuk pembelaan kita terhadap saudara seakidah, juga konsekuensi keimanan kepada Allah Swt.


Dengan terwujudnya institusi Islam, maka penderitaan muslim Palestina akan segera berakhir, termasuk penderitaan saudara kita di belahan bumi lainnya. Umat kembali memiliki  junnah (penjaga) dan perisai untuk melindungi mereka dari tangan-tangan kafir yang hendak memusnahkannya.


Wallahu alam bi sawwab.

Editor: Rens

Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.



Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)