Membentuk Generasi Beradab Sesuai Tuntunan Syariat

Admin Beritanusaindo
0

 



Penulis: Irma Faryanti | Pegiat Literasi 


Beritakan.my.id - OPINI - Nama SMAN 1 Cimarga mendadak viral, bukan karena prestasi tapi karena kasus penamparan kepala sekolah kepada salah seorang murid yang didapati merokok. Parahnya, orang tua siswa merasa tidak terima dan  melaporkannya pada pihak kepolisian dan berujung pada penonaktifan jabatan.


Kejadian bermula ketika Dini Fitria selaku kepala sekolah SMAN 1 Cimarga, Banten mendapati salah seorang siswa yang bernama Indra tengah merokok di belakang sekolah. Ketika ditegur ia berkelit dan tidak mengaku, hal ini diakui oleh Lukman, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) setempat. Ia menyatakan bahwa teguran yang diberikan cukup kasar disertai dengan tindakan/kontak fisik. (www.detik.com, Sabtu 18 Oktober 2025)


Anehnya, pasca kejadian berlangsung, 630 siswa SMAN 1 Cimarga justru ramai-ramai melakukan aksi mogok, sebagai wujud protes pada pihak sekolah. Alhasil, Kepala sekolah pun dinonaktifkan dan dilaporkan pada pihak berwenang. Untuk menghindari meluasnya polemik, Andra Soni selaku Gubernur Banten mencoba mempertemukan keduanya pada tanggal 15 September 2025. Pertemuan yang juga dihadiri oleh wali kelas sang siswa, akhirnya berujung perdamaian.


Meski telah berdamai, ada kekhawatiran Dini akan timbulnya masalah serupa di kemudian hari, ketika ia mencoba menegur siswanya. Padahal ia hanya menjalankan perannya sebagai pendidik generasi, yang peduli pada penerus bangsa. Karena menurutnya, pendidikan karakter tetap harus ditegakkan. Sekalipun telah saling memaafkan,  teguran yang diberikan di lain waktu akan kembali menimbulkan ancaman bagi dirinya.


Dr. Subarsono, M Si, MA selaku Pengamat Kebijakan Pendidikan Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan pendapatnya, bahwa pendisiplinan yang dilkukan oleh kepsek terhadap anak yang merokok di lingkungan sekolah, karena sepatutnya wilayah itu adalah kawasan bebas rokok. Menurutnya guru bukan hanya sekedar pengajar yang mentransfer ilmu, tapi juga mendidik muridnya agar berkualitas, berkarakter dan berbudi luhur. Namun mengingat saat ini era nya sudah berbeda dengan dahulu, mungkin perlu diperhatikan tentang cara mendisiplinkannya. Misalnya dengan menugaskan membuat karya tulis pendek tentang bahaya rokok, yang akan membuatnya lebih kreatif untuk mencari materi dari berbagai sumber.


Lebih lanjut Subarsono menanggapi tindakan orang tua yang melaporkan pendidik pada pihak kepolisian. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang harus dipikir ulang, karena bisa merusak hubungan  antara kedua belah pihak. Padahal seharusnya terjalin komunikasi yang baik di antara keduanya. Sikap protektif diperbolehkan tapi tidak harus berlebihan.


Berbagai permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari sistem yang diberlakukan saat ini yaitu kapitalisme. Di mana sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) menjadi landasannya, yang berimbas pada terhapusnya orientasi spiritual dan moral. Akibatnya, para generasi pun kehilangan arah dan makna hidup. Capaian mereka sengaja diarahkan hanya untuk mengejar materi duniawi, bukan membentuk kepribadian mulia. Alhasil, para pendidik pun turut terseret arus krisis moral seperti kekerasan, pelecehan dan korupsi.


Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, melainkan proses pembentukan karakter dan akhlak generasi.  Jika landasan yang digunakan diserahkan pada hukum buatan  manusia, maka kebingungan, penyimpangan dan kehancuran moral lah yang akan dihasilkan. Dalam sistem kapitalisme sekuler, pemisahan ilmu dari iman hanya akan memunculkan generasi yang pintar secara ilmu tapi tidak berakhlak.


Dalam pandangan Islam, tujuan pendidikan bukan sekedar mencetak manusia cerdas, tetapi juga berkepribadian Islam. Di mana pola pikir (aqliyyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah) dilandaskan pada akidah. Pembinaan akhlak juga menjadi hal yang diutamakan, para ulama dulu sangat menekankan pentingnya mendahulukan pembinaan adab sebelum ilmu. Maka tidak heran jika generasi yang dilahirkan adalah ilmuwan cerdas yang kuat keimanan dan ketakwaannya.


Oleh karenanya, dalam Islam akidah menjadi hal pertama dan utama bagi seluruh ilmu, yang akan membentuk perilaku sesuai syariat. Potensi generasi akan diarahkan agar bisa beramal demi menggapai rida Allah Swt. Sistem pendidikan Islam pernah mencapai puncak keemasan selama ratusan tahun lamanya, khususnya di masa kepemimpinan Abbasiyah. Pada saat itu, negara menjadi pelopor utama pendidikan, yaitu dengan membangun ribuan madrasah, perpustakaan dan pusat riset. Semua serba gratis dan terbuka untuk semua kalangan.


Pada abad ke-9 masehi, Khalifah al-Ma’mun pernah mendirikan pusat ilmu pengetahuan dunia Baitul Hikmah di Baghdad. Sehingga memunculkan para ilmuwan besar di bidang matematika, kimia, astronomi, kedokteran dan lain sebagainya. Lahir pula para ulama terkemuka yang ahli dalam ibadah, wara’ dan zuhud dalam berbagai disiplin ilmu seperti bahasa Arab, fikih, ushul fikih, tafsir, tasawuf, hadis, dan lain-lain.


Demikianlah yang terjadi ketika akidah dan syariah melandasi sistem pendidikan. Hal ini hanya mungkin terjadi ketika negara  menjadikan Islam sebagai fondasi, dan penguasa sebagai penanggung jawab akan memberi layanan terbaik, gratis dan berkualitas bagi rakyatnya. Rasulullah saw. dalam HR. Bukhari dan Muslim bersabda:

“Imam adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia pimpin.”


Salah satu wujud tanggung jawab itu dilaksanakan dalam bentuk penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas dan gratis. Semua itu ditujukan demi kemaslahatan bagi rakyatnya. Semua itu hanya bisa terlaksana sempurna ketika syariat diterapkan secara menyeluruh di setiap aspek kehidupan, dalam wadah kepemimpinan Islam, bukan dalam sistem demokrasi yang menyesatkan.

Wallahu alam bisawwab.


Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.


Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)