Sekularisme Bunuh Moral, Pendidikan Kehilangan Jiwa

Admin Beritanusaindo
0

 



Penulis: Zahra | Pegiat Dakwah


Beritakan.my.id - OPINI - Dunia pendidikan di Indonesia saat ini mengalami krisis karakter dan sangat mengkhawatirkan. Contohnya, yang akhir-akhir ini sedang viral, seorang kepala sekolah dilaporkan ke pihak kepolisian karena menegur dan menampar salah satu siswa yang merokok di lingkungan sekolah. Sebetulnya adalah kewajiban guru untuk menegur dan mengingatkan siswanya yang melanggar aturan sekolah semisal merokok. Mirisnya, siswa-siswa yang lainnya justru berpihak kepada temannya yang melakukan pelanggaran tersebut. Mereka pun menuntut agar kepala sekolah dipecat dan melakukan mogok belajar. (detik.com, 15-10-2025)


Adapun kasus lain, dari Universitas Udayana seorang mahasiswa mangalami pembullyan dan ia diduga bunuh diri karena terus-menerus di-bully. Bahkan setelah meninggal, ia mendapat bullying berupa kalimat-kalimat tidak pantas dan nir-empati di grup WhatsApp kampusnya. (bbc.com, 21-10-2025)


Inilah beberapa kasus yang mencerminkan rendahnya moral dan kurangnya pembentukan karakter dan akhlak di dunia pendidikan. Lantas apa akar penyebab yang membuat pendidikan saat ini mengalami krisis karakter?


Pendidikan sekularisme merupakan akar dari krisisnya karakter di Indonesia saat ini, tak terkecuali generasi mudanya. Sekularisme adalah sistem di mana seseorang memisahkan urusan agama dari kehidupannya. Akibat diterapkannya sistem sekularisme, di bidang pendidikan banyak pelajar yang kehilangan arah dan makna hidupnya. Pendidikan diberlakukan sekadar untuk bekal mencari pekerjaan, bahkan hanya untuk memikirkan dunia, dan tidak membentuk kepribadian yang mulia.


Lebih lanjut betapa bermunculan kasus-kasus guru yang ikut terseret akibat krisis moral. Dari mulai kasus pelecehan, korupsi, dan kekerasan, tak sedikit pendidik ikut terlibat. Sangat miris, betapa mulai bermunculan para guru yang belum bisa menjadi contoh atau teladan bagi siswa-siswinya. Padahal Imam al-Qusyairi berkata: 


وَمَنْ لَمْ يُؤَدِّبْ نَفْسَهُ لَمْ يَتَأَدَّبْ بِهِ غَيْرُهُ


"Siapa saja yang tidak bisa menanamkan adab pada dirinya, maka orang lain tidak mungkin mempelajari adab dari dia." (Al-Qusyairi, Tafsîr Al-Qusyairi, 2/36).


Tujuan Pendidikan dalam Islam


Berbeda dari pendidikan di sistem sekuler saat ini, pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sesuai dengan akidah Islam. Adapun firman Allah Swt. yang merangkum tentang tujuan pendidikan dan menjelaskan tujuan Rasullullah saw. diutus:  


هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ  


"Dialah (Allah) yang mengutus di tengah-tengah kaum yang ummi seorang rasul dari kalangan mereka. Dia (bertugas) membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa/diri) mereka, serta mengajari mereka Al-Qur'an dan hikmah; sementara mereka 

sebelumnya benar-benar ada dalam kesesatan yang nyata." (TQS. Al-Jum’ah [62]: 2)


Adab (Akhlak) Sangat Penting dalam Pendidikan


Adab (akhlak) merupakan fondasi ilmu. Sistem pendidikan Islam membentuk generasi yang cerdas dan penuh dengan keimanan serta ketakwaan kepada Allah Swt.


Karena itulah sistem pendidikan Islam mengutamakan akidah Islam sebagai dasar ilmu dan mengatur perilaku anak didik sesuai dengan syariat Islam. 


Sejarah Pendidikan Islam di Masa the Golden Age


Perkembangan pendidikan Islam sangat pesat di masa Dinasti Abbasiyah dan disebut masa Islam the Golden Age. Kurikulum di masa ini dibagi menjadi dua, yaitu tingkat pendidikan dasar dan tingkat pendidikan tinggi. (detik.com, 25-3-2023)


Baitul Hikmah didirikan oleh Khalifah Al-Makmun di Baghdad. Pada abad ke-9 Masehi menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia. Dari sana lahirlah ilmuwan-ilmuwan polymath, di bidang matematika, sains, kedokteran, dan seterusnya. Mereka bukan sekadar ilmuwan, tetapi menyandingkan ilmu dengan iman yang terpancang dalam dada. 


Negara Berperan Penting dalam Sistem Pendidikan


Dalam Islam, negara wajib untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan gratis untuk seluruh rakyatnya. Rasullullah saw. bersabda: 


الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ


"Imam (khalifah) adalah pemimpin dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia pimpin." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Salah satu kewajiban pemimpin untuk rakyatnya adalah menyediakan pendidikan yang berkualitas dan gratis untuk mereka. Pendidikan harus dipastikan oleh negara agar dapat berjalan dengan tujuan membentuk generasi yang beriman, berilmu, dan beradab.


Khatimah


Krisis karakter di bidang pendidikan tidak dapat diselesaikan sekadar merevisi kurikulum, pelatihan para guru, dan menambah jam pelajaran agama saja. Karena, poin krisis dalam karakter pendidikan saat ini bukan hanya perilaku individu. Maka solusi dari semua ini adalah dengan mengembalikan sistem pendidikan di bawah naungan Islam yang harus diterapkan oleh negara. Sebuah sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan akidah Islam, menerapkan syariat Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Sebagaimana dulu Islam memimpin dunia selama berabad-abad yang dinamakan khilafah.


Inilah saatnya umat untuk mengembalikan sistem Islam tersebut, agar pendidikan dapat mewujudkan generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. 


Firman Allah Swt.


أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ


"Apakah sistem hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik dari pada hukum Allah bagi kaum yang yakin?" (TQS. Al-Maidah] [5]: 50)


Hanya dengan penerapan syariat Islam secara keseluruhan oleh negara, pendidikan dapat kembali melahirkan generasi yang berilmu dan beradab. Negara sangat berperan dalam membangun pendidikan yang berlandaskan akidah Islam dengan kembali menegakkan sistem Islam (Khilafah). 


WalLâhu a’lam bi ash-shawâb.


Disclaimer: Beritakan adalah sarana edukasi masyarakat. Silahkan kirimkan tulisan anda ke media kami. Beritakan akan melakukan seleksi dan menayangkan berbagai naskah dari anda. Tulisan yang dikirim bisa berupa opini, SP, puisi, cerpen, sejarah Islam, tsaqafah Islam, fiqih, olah raga, story telling, makanan, kesehatan, dan tulisan lainnya. Dengan catatan tulisan tidak boleh bertentangan dengan syariat Islam, hoax, dan mengandung ujaran kebencian. Tulisan yang dikirim dan dimuat di media Beritakan sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis.



Tags

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)